Aldo/arga membuka matanya perlahan, rasa pusing mulai menyergapnya, bau obat-obatan khas rumah sakit yang menyengat, langsung menusuk tajam indra penciuman lelaki itu.
"Kau akhirnya sadar nak, kami berdua sangat mencemaskanmu," ucap keduanya dengan sorot lega.
Aldo menatap datar sepasang suami istri yang berdiri menatapnya dengan sorot penuh kerinduan, membuat lelaki muda itu sontak memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Untuk apa kalian menyelamatkan nyawaku, akan lebih baik jika aku mati bukan." Ucapnya dengan nada sinis.
"Aldo! Bagaimana bisa kau berpikir seburuk itu tentang kami," ucap Johan marah.
Aldo menatap mereka kembali, kali ini dengan sorot tajam yang menusuk.
"Lalu apa yang harus ku pikirkan? Haruskah aku merasa bahagia, karena kalian dengan begitu tega telah membuangku ke panti asuhan, itukah yang kalian harapkan dariku." Ucapnya terluka.
"bukan maksud kami seperti itu Do, kami terpaksa...."
"Terpaksa?" Aldo memotong kata kata Gloria dengan cepat, senyum sinis langsung terpatri di paras dinginnya.
"Apa kau juga terpaksa melahirkanku ke dunia ini, pernakah kalian berpikir bagaimana perasaanku saat kalian mencampakkanku, kalian bahkan tanpa merasa bersalah telah mengambil anak orang lain untuk kalian rawat dengan penuh cinta, lalu bagaimana denganku, pernahkan kalian pikirkan tentang aku," ucap Aldo penuh emosi
" ..."
"Bahkan berita tentang kematiankupun tidak juga membuat kalian perduli, atau .. aku memang sudah lama mati dihati kalian," ucap pemuda itu lirih.
Airmata Gloria mengalir deras ketika mendengar penderitaan yang dialami oleh Aldo, hati seorang ibu mana yang tak merasakan sakit mendengar anaknya tak bahagia. Dan pada kenyataannya mereka berdualah penyebab dari penderitaan, sakit hati, dan rasa tersisih yang kini putranya rasakan. Perbuatan mereka jelas tidak bisa di benarkan, walaupun itu untuk alasan melindungi sang anak sekalipun.
"Nak, tolong dengarkan kami sekali ini saja, kami tahu pasti sulit bagimu untuk mempercayai kami berdua, tapi kami berdua benar-benar tulus menyayangimu. Kami tidak akan memaksa engkau untuk memaafkan semua perlakuan buruk yang kau alami di luar sana karna kami, tapi tolong dengarkan dulu penjelasan dari kami." Ucap Johan dengan nada rendah, mata lelaki itu sudah nampak memerah menahan segenap perasaannya.
Aldo memejamkan matanya, berusaha untuk meredam rasa amarah yang semakin tinggi mengukungnya. Lama lelaki itu terdiam sampai dia menatap kembali kedua Orang tuanya.
"Bicaralah," ucapnya kemudian dengan nada dingin.
"Kami melakukan semua ini tidak lain hanya untuk melindungimu. Tolong jangan potong kata kataku dulu," ucap Johan ketika melihat gelagat Aldo yang hendak membantah perkataannya.
Aldo menatap tajam Johan, tapi lelaki itu tidak mengatakan apapun.
"Apa Kau tahu ada beberapa orang yang berusaha mengincar nyawamu sejak hari pertama kau di lahirkan." Ucap Johan lagi.
"..."
"Karena alasan itu kami berusaha untuk menyembunyikan segala indentitasmu dari semua orang, termasuk keluarga terdekat kami sendiri. Tak pernah menampilkan keberadaanmu di muka umum agar tidak ada satupun yang mengenalimu. Kekhawatiran kami semakin bertambah besar, tepatnya saat kau berusia sembilan tahun, sampai pemikiran itu terucap olehku, sebuah ide gila yang kami lakukan untuk menjagamu dari para pembunuh itu. Ya, kami dengan sengaja menitipkan mu ke panti asuhan, lalu menggantikan posisimu dengan anak lain yang tak berdosa dengan maksud untuk mengecoh mereka. Lebih tepatnya, kami menjadikan She sebagai tumbal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Love
SaggisticaCinta seharusnya indah Cinta seharusnya tulus Cinta seharusnya bahagia Cinta seharusnya tidak menyakiti Cinta seharusnya saling berbagi Cinta seharusnya menerima perbedaan Tapi dapatkah cinta bertahan, jika orang yang kau cintai tidak mengingink...