Hendra memeluk tubuh yang kini terbaring lemah itu dengan erat. Matanya nanar menatap Kenzo yang tampak tidak berdaya.
"Papah," ucap Kenzo lemah. Hendra menggenggam jemari Kenzo erat, mencoba memberi kekuatan pada pemuda yang sudah dia anggap seperti Putra kandungnya sendiri.
"Kenzo mengapa kau lakukan ini?" Tanya Hendra sendu, air mata mulai menggenangi kelopak mata Hendra.
"Kenzo tidak ingin Papah berbuat kesalahan yang hanya akan membuat Papah di penjara, Kenzo tidak ingin itu Pah," ucap Kenzo sambil memegangi dadanya yang terluka.
"Kenzo," ucap Hendra lemah.
"Kenzo mohon .. lupakan semua dendam Pah. Itu hanya akan membuat papa makin terluka." ucap Kenzo sedikit terengah.
"Kenapa kau lakukan semua ini Nak, kenapa?" Ucap Hendra bergetar, perasaan lelaki itu sangat terluka menatap keadaan Kenzo yang mengenaskan.
Kenzo hanya tersenyum lemah memandang Hendra.
"Pah, Pa.. pah mau berjan.. ji.. kan," ucap Kenzo yang mulai kesulitan untuk berbicara. Pemuda itu bahkan sempat terbatuk dan mengeluarkan darah segar dari mulutnya.
"Kenzoo!" ucap Hendra Frustasi.
"Kenzo sayang Pa .. Pah .." setelah mengucapkan kalimat itu, mata Kenzo terpejam perlahan dan terdiam.
"Kenzooooo!" Teriak Hendra, sambil mengguncang tubuh anaknya, berharap Kenzo hanya tertidur karna lelah.
Dengan marah Hendra berdiri dan mengarahkan senjatanya ke arah Johan.
"KAU HARUS MATI JOHAN!" Teriak Hendra murka. Ia mulai membidikkan senjatanya tepat ke arah Johan. Tapi, belum sempat Hendra menekan pelatuk senjatanya, sebutir peluru telah lebih dulu melesak ke arahnya hingga mengenai telapak tangan Hendra, mengakibatkan senjata milik lelaki itu jatuh terhempas membentur lantai.
"BRENGSEK, siapa yang ..." ucapan Hendra terhenti, menatap tak percaya pada pemuda bertubuh tegap yang berdiri tepat di depan pintu masuk dengan tatapan menusuk.
"Kau!? bagaimana engkau masih bisa hidup hingga detik ini sialan!" umpatnya penuh amarah, saat menatap sosok lelaki di hadapannya dengan bagian bahu yang masih terlilit perban putih.
Anak buah Hendra yang berada di sekitar lelaki itu mulai bersiap untuk menyerang, tapi mereka kalah cepat dengan anak buah Johan yang dengan sigap melumpuhkan mereka dengan tangan kosong.
Pemuda itu tersenyum tenang, dan mulai melangkah maju.
"Apa kabar Paman, maaf aku baru menyapamu sekarang," ucapnya datar.
"Apa maksud perkataanmu sialan!" Umpat Hendra marah, sambil memegangi tangannya yang masih mengeluarkan darah.
"Pamanku tersayang, kau tidak perlu semarah itu kepadaku. Seharusnya kau menyambut keponakanmu ini dengan senang hati," ucap nya dengan nada mengejek.
Hendra mengerutkan dahinya tanda heran, dia mengalihkan pandangannya ke arah johan menuntut penjelasan.
"Dia Aldo, Putra kandungku yang selamat dari tragedi kebakaran di panti asuhan beberapa tahun lalu, yang selama ini kami kira telah tiada," ucap Johan menjelaskan.
"Berengsek, ada dua penerus keluarga Abigail rupanya, aku sama sekali tidak menduga," desah Hendra pelan. Tak lama setelah Hendra bicara, polisi segera datang ke tempat kejadian dan meringkus Hendra beserta anak buahnya tanpa ada perlawanan, lelaki itu sudah pasrah tampaknya.
Tubuh Kenzopun telah diangkut dengan ambulance oleh paramedis, menuju rumah sakit terdekat.
Rombongan keluatga Johan segera mengikuti ambulance yang membawa Kenzo, mereka sedikit tenang ketika mendengar bahwa Kenzo masih bernapas, tapi rasa khawatir masih tetap ada mendengar kondisi Kenzo yang kritis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Love
Non-FictionCinta seharusnya indah Cinta seharusnya tulus Cinta seharusnya bahagia Cinta seharusnya tidak menyakiti Cinta seharusnya saling berbagi Cinta seharusnya menerima perbedaan Tapi dapatkah cinta bertahan, jika orang yang kau cintai tidak mengingink...