Sheron baru saja menyelesaikan kegiatan belajarnya bersama Miss Ana, ia segera bergegas keluar dari perpustakaan mini tempat di mana Miss Ana mengajarnya.
Langkahnya seketika terhenti, ketika mendengar kasak kusuk dari para pelayan yang rata-rata berusia belia itu.
"Ah, aku tidak menyangka samasekali kalau bodyguard baru Nona Sheron sangat tampan, seperti malaikat." Ucap salah satu pelayan termuda disana.
"Benar sekali, aku telah melihatnya tadi. Oh kuharap dia mau jadi pacarku," ujar pelayan satunya dengan mata berbinar.
"Enak saja, dia milikku!" ujar pelayan yang lain tak terima, hingga terjadilah perdebatan panjang di antara ke sepuluh pelayan muda, yang tengah sibuk memperebutkan sosok bodyguard yang baru di lihat mereka tadi.
Sampai akhirnya pelayan senior yang sudah berusia lima puluh tahunan tersebut menghardik mereka untuk kembali bekerja, suasana kembali menjadi hening.
Sheron akhirnya melanjutkan langkahnya kembali sambil tersenyum simpul, mengingat tingkah para pelayannya tadi.
Sesampainya di ruang kerja Ayahnya Sheron langsung mengetuk pintu, sampai suara ayahnya terdengar menyuruhnya untuk masuk.
"Papa ..." ucapnya dengan nada ceria, tapi suaranya terhenti seketika saat menyadari ada orang lain di ruang kerja Papanya yang berdiri membelakanginya.
Seorang lelaki yang memiliki tinggi sekitar 185 cm dengan postur tegapnya. Dari balik lengan pendek bajunya, Sheron dapat melihat otot kekar pemuda itu. Dia pasti sering berolahraga, pikirnya.
"Kemarilah Nak," panggil Johan sambil tersenyum.
Dengan sedikit canggung Sheron menghampiri Papanya. Berdiri canggung di samping tamu Orang tuanya, tanpa berani menoleh ke samping.
"Perkenalkan dia adalah Putri saya Sheron. 3 bulan lalu telah terjadi insiden penembakan yang hampir menewaskan putriku ini, karna itu saya memperkeja-kan anda sebagai pengawal pribadi Putri saya. Saya telah banyak mendengar tentang keberhasilan dan reputasi anda selama ini," Ucap Johan kemudian, ia kembali melanjutkan kata katanya.
"Saya sangat berterimakasih, karna anda telah bersedia menjadi pengawal pribadi Putri saya," ucap Johan ramah.
"Terimakasih juga atas kepercayaan yang Anda berikan pada saya Tuan, kalau begitu saya permisi undur diri," pamit lelaki tadi sopan, ia lalu membalikkan tubuhnya menghadap ke arah She.
Seketika She terkesiap, hingga tanpa sadar menatap lelaki di hadapannya tanpa berkedip. Benar-benar terkesima.
"Mulai besok, saya yang akan mengawal Anda Nona. Saya harap kita akan bekerjasama dengan baik," ucapnya datar. Lelaki itu sedikit menunduk, dan langsung berlalu pergi. Meninggalkan She yang masih berdiri terpaku dengan tubuh kaku. Gadis itu masih belum sadar dari keterpesonaannya atas pemuda tadi.
"Dia sangat tampan bukan?" Ucap Johan dengan nada menggoda, setelah hanya tinggal mereka berdua di dalam ruangan tersebut.
"Papa ..." ucap sheron dengan wajah merona malu.
"Papa juga tidak menyangka kalau bodyguard-mu akan setampan itu, yang Papa tahu dia berasal dari Rusia dan bernama Nickolash volkov. Dia biasa di panggil dengan sebutan Nik," jelas Papanya lagi.
"Nik ya," gumam gadis itu tanpa sadar.
+++
Sementara itu, di dalam kamar paviliun yang terletak di samping rumah utama. Nik, atau pria yang mengaku bernama Nik, meletakkan tas ranselnya di atas dipan tunggal.
Dia segera membuka baju kemeja lengan pendeknya, sehingga menampilkan bagian dadanya yang bidang, dengan perut sixpack-nya yang menggoda.
Dia melempar bajunya ke arah keranjang pakain kotor di pojok ruangan, dan segera meraih ponsel dalam saku celananya.
Pria itu menekan beberapa digit angka hingga terdengar nada sambung di sebrang sana.
"Bagaimana? Kau sudah membereskan semuanya," Tanyanya langsung ketika telponnya tersambung.
"Sudah Tuan Arga, semuanya sudah saya bereskan dengan rapi, tidak akan ada yang curiga dengan penyamaran anda ini." Balas pria di sebrang telpon.
"Bagus, kau memang pantas di andalkan Thom," ucap pria bersurai hitam dengan kulit putih pucatnya. Ekspresi lelaki itu tampak puas, lalu kembali menutup telponnya.
Ia lalu merebahkan tubuhnya di atas dipan, sejenak memejamkan matanya untuk mengusir lelah, karena penerbangan yang memakan waktu cukup panjang.
Hampir saja ia terlelap ketika suara ketukan di pintu mengejutkannya, dengan sedikit kesal ia langsung bangkit dari kasurnya dan melangkah menuju pintu.
Dia membukanya sedikit kasar, di luar pintu berdiri seorang pelayan wanita berusia sekitar delapan belas tahun yang tersenyum manis padanya. Seketika wajah gadis itu langsung merona merah, melihat lelaki di hadapannya hanya bertelanjang dada tanpa mengenakan atasan.
"Ada apa?" Tanya lelaki itu dingin, tanpa mempedulikan pelayan tadi yang masih terpesona menatapnya.
Pelayan muda itu langsung tersadar, dengan sedikit canggung ia menunduk ke arah nampan perak yang di pegangnya sejak tadi.
"I ... ini sa ... saya bawakan sarapan pagi, Anda pasti lapar," ucap pelayan itu srdikit terbata.
Pria itu menatap datar nampan yang berisi makanan di kedua tangan wanita tadi.
Pria itu membuka pintunya lebih lebar dan melangkah ke tepi, memberi jalan pelayan muda itu untuk lewat.
Dengan agak canggung pelayan tadi melangkah masuk dan meletakkan nampan berisi makanan itu di atas nakas dengan tangan sedikit bergetar.
Dia kembali melangkah ke arah pintu dengan kepala sedikit menunduk, di mana pemuda tadi masih berdiri di samping pintu, memperhati-kan gerak geriknya dengan tatapan tajam.
"Saya permisi dulu." Ucapnya setelah berhadapan dengan pria bersurai hitam tadi.
"Terimakasih," jawab lelaki itu singkat. Ia mengernyit, saat pelayan itu belum juga beranjak pergi.
"Kenapa kau belum pergi juga?" Tanyanya heran.
Seketika gadis itu tersadar dan buru buru melangkah pergi dengan salah tingkah dan wajah semakin merona.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Love
Non-FictionCinta seharusnya indah Cinta seharusnya tulus Cinta seharusnya bahagia Cinta seharusnya tidak menyakiti Cinta seharusnya saling berbagi Cinta seharusnya menerima perbedaan Tapi dapatkah cinta bertahan, jika orang yang kau cintai tidak mengingink...