Pria itu menatap tajam photo seorang gadis muda dalam genggaman tangannya. Ia lalu mengalihkan tatapannya ke arah seorang lelaki muda berkacamata yang menatap takut kepadanya. Tentu saja ia sangat takut, apalagi reputasi tentang kekejaman pria yang berusia tidak jauh berbeda darinya yang kini berumur dua puluh dua tahun, yang tidak akan segan menyakiti siapapun bahkan wanita sekalipun
"Berapa keuntungan yang akan aku dapatkan dari menghabisi nyawa gadis ini?" Tanya lelaki itu tenang, dengan aura hitamnya yang mencekam.
"Anda akan mendapatkan 25 persen dari saham bos saya Tuan," jawabnya takut-takut.
Lelaki bersurai hitam itu bangkit dari kursinya dan menghampiri pemuda berkacamata tadi, yang seketika bergetar dan nampak tegang.
Dia menggerakkan sedikit kepalanya kesamping, sambil memperhatikan sosok di depannya yang semakin terlihat gelisah.
"30 persen, dan tidak ada bantahan!" Ucap lelaki itu tegas, sambil membalikkan tubuhnya dan kembali melangkah menuju kursinya.
Pemuda berkacamata itu mengerjap kaget, otaknya berpikir cepat mencari kalimat sanggahan yang tidak akan menyinggung perasaan lelaki tersebut.
"tapi ....." Belum selesai pemuda berkacamata tadi melanjutkan perkataannya, sebutir peluru melesat dengan sangat cepat dari pistol lelaki bersurai hitam tadi dan tepat mengenai bahu kanannya.
Pemuda berkacamata di hadapannya setengah berlutut sambil memegangi bahunya yang terluka, darah pekat merembes seketika menodai kemeja putihnya.
Lelaki itu sekarang sudah berdiri tepat di hadapannya, menatapnya tajam sekaligus dingin. Dengan kasar dia menarik kerah baju pemuda berkacamata, yang semakin meringis merasakan sakit di bahunya.
"Aku sudah bilang padamu untuk jangan membantah," ucapnya dengan tatapan sedingin es.
Tanpa perasaan, lelaki itu menekan kuat luka tembak di bahu pria berkacamata tadi.
"Aaaaaaaaakkkk ... !"
Teriakan pria itu menggema, ketika merasakan sakit yang semakin menyengat di bahunya.
"Apa kau sudah mengerti?" Tanyanya dengan suara rendah yang dalam. Pemuda itu buru-buru mengangguk cepat, sambil menahan sakit di bahunya yang semakin bertambah nyeri.
"Itu bagus, kau boleh pergi." Ucapnya kembali.
Pemuda itu dengan cepat segera berlalu meninggalkan ruangan itu, dengan pria bersurai hitam tadi yang masih menatapnya tajam.
Lelaki itu lalu menoleh ke samping, di sana tampak seorang pria yang lebih terlihat dewasa dengan rambut pirangnya yang sedikit gondrong. Tatapan-nya tampak sama dinginnya dengan lelaki bersurau hitam tadi.
"Kau, bunuh dia segera setelah menemui bosnya, aku tidak mau siapapun mengenali wajahku!" Perintahnya datar.
Lelaki tadi mengangguk patuh, dan segera berlalu meninggalkan ruangan itu, dengan beberapa orang yang mengikuti langkahnya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Love
Non-FictionCinta seharusnya indah Cinta seharusnya tulus Cinta seharusnya bahagia Cinta seharusnya tidak menyakiti Cinta seharusnya saling berbagi Cinta seharusnya menerima perbedaan Tapi dapatkah cinta bertahan, jika orang yang kau cintai tidak mengingink...