? (11)

7.6K 544 11
                                    

"Kau betul betul tak terduga Nik." Komentar Rido, saat ini mereka semua kembali berkumpul di dapur, sambil menikmati kopi dan makanan kecil, beberapa diantaranya tampak mengobrol santai, sambil menghisap rokok.

"Aku sempat heran, ketika kau mengacuhkan pelayan pelayan cantik itu, ternyata kau mengincar yang lebih sempurna, kau beruntung sekali." Ucapnya, sambil meninju bahu kiri Nik pelan.

"Aduh," kontan Nik meringis menahan sakit di bahunya.

"Kenapa?" Tanya Rido bingung, sambil mengeryitkan alisnya heran.

"Tidak apa, hanya bahuku terkilir tadi malam sewaktu berolahraga." Ucap pria itu beralasan.

"Mau ku panggilkan tukang urut?" Tanyanya lagi.

"Tidak terimakasih, aku tidak terlalu suka di urut, lagipula aku telah mengompresnya tadi dengan.obat, itu yang biasa di lakukan di negaraku," ujar Nik beralasan.

"Baiklah, terserah kau saja." Jawab Rido akhirnya.

Tak lama Jon, Erwin dan Hendra menghampiri mereka.

"Kau lihat wajah para pelayan tadi? kurasa mereka semua patah hati, setelah mendengar hubunganmu dengan nona muda kita." Ucap Erwin dengan seringai jailnya.

Nik hanya diam tanpa menanggapi, semua temannya mengangkat bahu dan kembali sibuk dengan urusan mereka.

Tidak lama pelayan senior yang menjadi kepala pelayan di mansion ini menghampirinya.

"Maaf tuan Nik, tuan besar dan nyonya memanggil anda ke ruang kerja." Ucapnya dengan sedikit membungkuk hormat.

Nik menghela nafas sebelum menjawab. "Saya akan segera kesana, terimakasih." Ucapnya, pelayan itupun segera berlalu.

TOK...TOK...TOK...

"Masuk," terdengar suara berat dari balik pintu, Nik segera membuka pintu ruang kerja itu, di dalam sudah tampak She beserta kedua orangtuanya yang sedang duduk menikmati kue beserta teh diatas sofa panjang merah berbahan kulit.

"Silahkan," ucap lelaki setengah baya itu dengan sentyum ramahnya.

Nik segera duduk, diatas sofa kulit bewarna senada menghadap meteka.

"She sudah mengatakan semua pada om tentang hubungan kalian, dan kami berdua merestuinya, om mempercayakan She padamu, om harap kau dapat lebih menjaganya dengan baik."ucapnya bijak.

Nik berusaha tetap tenang menghadapinya, dan menekan emosinya sedalam mungkin, pria itu hanya membalas dengan tersenyum sopan.

"Om sangat mempercayakan She padamu nak, om yakin kau akan menjaganya dengan sangat baik, seperti kami menjaganya selama ini" ucap papa She kemudian.

"Iya om." Nik menundukan kepalanya dalam, hatinya mendadak sakit.

Tiba tiba sebuah tangan lembut mengenggam kedua jemarinya, Nik mendongakkan kepalanya, dan senyuman lembut dari wanita separuh baya itu menghipnotisnya, pria itu tanpa sadar membalas senyum Gloria tak kalah lembutnya.

"Sayangi dan cintai dia seperti kau menyayangi dirimu senditi nak, kau mau melakukannya untuk kami kan?" Tanya Gloria dengan lembut.

"Iya." Jawab Nik singkat, hatinya sedikit senang akan kata kata lembut wanita itu.

"Baiklah kami rasa perbincangan ini sudah selesai dan kalian bisa pergi, oh iya satu hal lagi, mulai sekarang kau menempati kamar tamu di lantai bawah, dan ini khusus permintaan dari pacarmu tersayang." Ucap lelaki itu dengan kekehan jail.

"Papa," ucap She dengan wajah merona menahan malu, ia menatap papanya sedikit kesal.

"Permisi om tante," pamit pemuda itu ia lalu bangkit disusul She yang menguntit di belakangnya.

Sampai di luar ruangan pemuda itu kembali bersikap tak acuh, ia berjalan cepat meninggalkan She.

"Nik!", panggil gadis itu kesal, tapi pemuda itu tidak menoleh samasekali dan terus berjalan cepat, setengah berlari She menyusul langkah pemuda itu, setelah mendekat She mencekal lengan pemuda itu erat, dengan kesal Nik menghentikan langkahnya dan menatapnya penuh amarah.

"Apalagi hah!" Ucapnya setengah membentak.

"Mulai sekarang, Kau tidak boleh lagi bersikap dingin padaku." Ucap She kesal.

"Untuk apa aku harus bersikap baik padamu?" tantang pemuda itu, bernada ketus.

"Karna aku sekarang kekasihmu!" teriak gadis itu kesal.

"Bukan aku yang meminta hubungan sialan ini," ucapnya penuh penekanan, pemuda itu menatap sinis dan kembali melangkah, tapi tarikan di bajunya membuat langkahnya kembali tertahan.

"Ya, tapi apa kau lupa kalau ini adalah solusi dariku, untuk menutupi perbuatan busukmu itu." Ucap gadis itu tersenyum puas, melihat Nik yang kembali pucat.

"Terserah," ucap pria itu tak berkutik, She tersenyum dan mengalungkan lengannya di leher Nik, ia mengecup pipi pria itu sekilas.

"Terimakasih sayang," bisiknya lembut di telinga pemuda itu, ia melepaskan pelukannya kembali dan berjalan meninggalkan Nik yang menatapnya tajam dengan penuh amarah yang siap meledak kapan saja.

Nik kembali ke kamar pavilyun, pemuda itu terkejut melihat semua barang pribadinya sudah tidak ada, dia kembali keluar dengan membanting pintu kasar.

tiba-tiba handphone di saku celananya bergetar, ia segera menggeser layar benda persegi tersebut, dan mulai membaca pesan singkat dari gadis itu.

To Arga:
Aku sudah menyuruh seseorang memindahkan semua barangmu ke kamar tamu (from She).

Nik menatap layar handphone
miliknya dengan ekspresi tak percaya.

'Gadis itu benar benar...'

TBC

Aku benar benar bingung mau kasih judul apa, sebingung hubungan antara Nik dengan mamanya She, ada apa ya diantara mereka?

Black Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang