"Aaaaaaaaaaaakh." Teriak gadis itu, di saat Arga mulai mengayunkan belatinya ke arah jantung She. Dengan cepat She berguling ke kanan, berusaha untuk menghindar.
"Kau gesit juga," ucap Arga dengan senyum dinginnya, baru saja pria itu hendak menyerangnya lagi, dering telpon menghentikannya.
Dengan berdecak kesal pria itu mengambil handphone di saku celananya.
"Hallo."
_"Apa?"
_"Mereka sekarang ada di mana?"
_"Oke, kau terus tahan mereka."
_"SIAL!" Arga mengumpat kesal setelah menutup telpon dari anak buahnya.
Tidak lama terdengar suara letusan senjata di kejauhan, di susul oleh suara derap kaki.
Arga menatap She tajam, pria itu lalu memasukkan kembali belati kecil yang tadi di genggamnya ke balik saku dan segera menghampiri gadis itu.
She yang baru saja beranjak dari tempat tidur tampak memucat dengan tubuh sedikit bergetar, oh bahkan jantungnya masih berpacu dengan begitu hebatnya walau lelaki itu telah menyimpan kembali belatinya ke balik saku. She yang masih diliputi rasa takut tersurut mundur saat melihat Arga mendekat. Dia berusaha untuk menghindar, namun gerakan lelaki itu terlalu cepat, hingga kini lengannya sudah berada dalam cengkraman tangannya.
Dengan kasar Arga menarik pergelangan tangannya, memaksa She untuk mengikuti langkah cepat lelaki itu. She hanya dapat mengikuti langkah Arga dengan perasaan cemas.
Nik/Arga melangkah menuju lemari buku, ia lalu menarik salah satu bacaan tersebut hingga dinding di samping-nya bergerak, membentuk sebuah lorong rahasia.
Dia kembali menyeret gadis itu mengikuti langkahnya, meninggalkan kegelapan total saat dinding batu itu menutup sempurna.
Mereka berjalan melewati lorong panjang yang gelap dan lembab. Hanya suara tapak kaki mereka yang menggema saat melangkah cepat melewati jalan gelap berdinding kelam tersebut. Terus melangkah, hingga mengantar keduanya ke tepi hutan belantara yang mulai menggelap karena mendekati senja.
Arga mempercepat langkahnya saat memasuki kedalaman rimba, suara derap langkah kaki mereka menarik perhatian beberapa orang yang berjaga di sekitar hutan.
"Itu Dia!" Tunjuk salah seorang lelaki bertubuh tinggi besar yang mengenakan masker kain di wajahnya.
Mereka langsung mengejar keduanya, sesekali melepaskan tembakan yang langsung di hindari Arga dengan gesit.
Arga sesekali menoleh untuk balas menembak tanpa menghentikan laju mereka, berusaha berlari secepat mungkin menyelamatkan diri dari berondongan peluru yang berusaha menghantam tubuh keduanya.
"Shit! Peluruku habis," umpat Arga kasar, ia melempar senjatanya kesal sambil terus berlari, tak memperdulikan She yang terseok-seok mengikuti laju langkahnya.
Keduanya terus berlari menerobos rimbunan hutan, sampai salah satu dari mereka berhasil melukai Arga hingga lelaki itu hilang keseimbangan dan jatuh terperosok ke dalam jurang. Tubuh keduanya terhempas kebawah. Beruntung, di detik-detik terakhir Arga berhasil meraih akar pohon yang menjuntai, terus berpegangan erat pada benda tersebut sambil menahan bobot She yang berpegangan erat pada lehernya,
She sangat ketakutan, dia memeluk leher lelaki itu erat. Dari atas sana terdengar suara langkah kaki mendekat. Mereka hanya bisa diam dengan mimik tegang, sampai suara langkah kaki itu perlahan menjauh dan akhirnya menghilang.
Arga menarik napas lega, dengan susah payah pria itu mencoba naik kembali dengan She yang masih memeluknya erat, mereka akhirnya berhasil mendarat dengan selamat di bibir jurang. keadaan di dalam hutan sudah semakin gelap, hanya cahaya bulan yang sedikit memberi penerangan pada langkah mereka. Arga masih terus berjalan cepat, tak memperdulikan luka tembak di tubuhnya, lelaki itu terus melanjutkan langkahnya dalam diam. Hampir sejam mereka berjalan, dan dia tidak tahu kemana lelaki itu akan membawanya. She melirik cemas pada lelaki di sampingnya, terlebih saat menyadari telapak tangan Arga yang mulai mendingin. keringat dingin bahkan mulai membasahi seluruh tubuh dan wajah pria itu, walau udara di sekitar mereka terasa membeku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Love
Non-FictionCinta seharusnya indah Cinta seharusnya tulus Cinta seharusnya bahagia Cinta seharusnya tidak menyakiti Cinta seharusnya saling berbagi Cinta seharusnya menerima perbedaan Tapi dapatkah cinta bertahan, jika orang yang kau cintai tidak mengingink...