Aldo sampai di mansion saat hampir tengah malam, suasana di kediaman Orang tuanya itu sudah terlihat hening dengan beberapa lampu ruangan yang dipadamkan. Dengan tenang Aldo melangkah menuju kamarnya yang berada di lantai dua, langkah kaki pria itu terhenti, saat dirinya berada tepat di depan kamar She.
Aldo terdiam sesaat, sejenak ia merasa ragu untuk meraih gagang pintu di sampingnya, lama terdiam akhirnya jemari lelaki itu bergerak, memutar pelan hingga terdengar bunyi deritan samar, saat benda persegi itu didorongnya.
Aldo melangkah mendekati She yang tengah terlelap. Wajah gadis itu tampak damai dengan kelopaknya yang memejam, dalam kamarnya yang temaram dengan sedikit pencahayaan.
Aldo mendudukkan tubuhnya ditepi ranjang, lama lelaki itu terdiam sambil menatap She yang masih terlelap, hingga tubuhnya perlahan bergerak mendekat, semakin mempersempit jarak wajahnya dengan gadis itu.
Aldo menciumnya dengan kelopak terpejam, merasakan hangat dan lembut bibir gadis itu di bibirnya sebelum mengulumnya lembut.
Aldo kembali menarik wajahnya, paras cantik itu tampak tidak terganggu atas sentuhannya tadi. Perlahan tangan lelaki itu mengusap pipinya lembut sebelum beranjak pergi.
Aldo membaringkan tubuh letihnya diatas pembaringan sambil menatap langit-langit kamar.
Pikirannya kembali berkelana, menciptakan kegelisahan pada paras maskulin miliknya.
"Mengapa aku harus jatuh cinta padamu She," gumam Aldo resah.
Aldo sama sekali tidak menyangka, dia akan jatuh cinta secepat ini. Terlebih pada Sheron, Adik angkat yang pernah sangat dibencinya dulu.
Dan dia benar-benar menyesali keputusan bodohnya waktu itu, yang telah meminta kedua orangtuanya untuk menyembunyikan fakta, kalau mereka berdua bukanlah saudara kandung.
Awalnya Aldo mengajukan permintaan itu atas dasar rasa bersalah, akibat dari kesalahfahaman yang terjadi, yang membuat dirinya begitu membenci She dan berusaha menyakitinya, bahkan berniat mengakhiri hidup Adik angkatnya itu.
Aldo bahkan telah berjanji pada dirinya sendiri, untuk menyembunyikan fakta itu selamanya. Dia tidak ingin She sedih dan terluka, jika mengetahui kenyataan kalau dia bukanlah putri kandung dari Johan dan Gloria.
Tapi siapa yang dapat menduga kalau dirinya justru jatuh cinta kepada gadis itu, dan semakin terperosok dalam akan pesonanya, yang membuat situasi ini semakin sulit untuknya. Bagaimana dirinya bisa menyatakan perasaannya pada She dan menjadikan gadis itu sebagai miliknya, jika selama ini yang gadis itu tahu dirinya adalah saudara kandung.
Ya Tuhan, perasaan ini benar-benar sangat menyiksanya.
+++
She melangkah lesu sekeluarnya ia dari mobil yang dikemudikan oleh Aldo.
Lelaki itu masih bersikap sama padanya, datar dan dingin. Walau She sudah berusaha untuk tidak ambil peduli akan sikap acuh tak acuh kakak kandungnya itu, namun tetap saja hatinya merasakan perasaan sedih dan terluka.
Di pertengahan halaman kampus gadis itu terhenti sesaat dengan mimik kaget, ia lalu mempercepat laju langkahnya, untuk menghampiri sosok lain yang berada cukup jauh di depan.
"Kak Vion!" Seru She keras, membuat langkah Vion terhenti.
"Kak Vion kenapa, kok bisa memar-memar gini?" Tanya She khawatir, terlebih saat melihat luka lebam yang mulai membiru di paras manis kakak kelasnya itu.
Tangan lelaki itu juga mengalami luka lecet yang cukup parah, yang kini tengah menyanggah sebuah kruk di ketiaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Love
Non-FictionCinta seharusnya indah Cinta seharusnya tulus Cinta seharusnya bahagia Cinta seharusnya tidak menyakiti Cinta seharusnya saling berbagi Cinta seharusnya menerima perbedaan Tapi dapatkah cinta bertahan, jika orang yang kau cintai tidak mengingink...