Pertemuan kembali (15)

7.7K 519 9
                                    

Gloria menatap nanar sosok pemuda yang terlihat tak berdaya di hadapannya, seketika Rido mundur ke samping, memberi jalan pada istri Tuannya tersebut untuk maju. Masih dengan tatapan sendu dan nanar, Gloria menghampiri si pemuda. Jemarinya sedikit bergetar, saat ia menyentuh tanda lahir yang terdapat di dekat bahu kanan pria itu yang kini tak terhalang apapun.

"Aldo," ucapnya begitu lirih, dengan air mata yang kini telah meluruh.

Lelaki itu mendongakkan kepalanya perlahan, mata kelamnya yang biasa memancarkan aura dingin itu kini tampak ikut berkaca- kaca.

"Ma .. ma," ucapnya lemah, sebelum akhirnya tubuh itu ambruk dan tidak sadarkan diri.

"ALDO?!" ucap johan yang ikut terkejut. Johan segera menghampiri lelaki itu, ikut memperhatikan seluruh fisik pemuda yang masih tidak sandarkan diri, hingga pandangannya ikut jatuh pada tanda lahir berbentuk sabit di bawah bahunya, seketika raut wajah Johan menjadi pias.

"Anakku masih hidup, i .. Ini sulit di percaya, Aldo ku ternyata masih hidup, terimakasih Tuhan," ucap Johan penuh rasa haru, ia segera memapah tubuh Arga dengan di bantu oleh beberapa anak buahnya meninggalkan pondok, untuk menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh dari tempat tersebut.

She tampak mematung di tempatnya, dia tak dapat berkata-kata. Jadi pemuda yang selama ini di cintainya adalah saudara kandungnya sendiri.

"Nona She, lebih baik anda juga bergegas." Ucap Rido yang kini berada tepat di belakang Sheron.

She mengangguk lemah, dengan gontai ia melangkah meninggalkan area hutan, di ikuti oleh Rido dan beberapa pengawal lainnya.

Di sebuah lapangan yang letaknya tidak jauh dari pondok, tampak dua buah range rover hitam terparkir manis. Tanpa berkata apapun She segera memasuki salah satunya, wanita itu tetap diam dengan pandangan kosong, saat Rido mulai menjalankan kendaraan tersebut. Rido pun berinisiatif untuk membiarkan gadis itu. Rido tahu, saat ini suasana hati
Nona mudanya sedang dalam kondisi yang tidak baik untuk di ajak berbicara.

Iringan kedua kendaraan itu melaju kencang meninggal-kan area hutan. Sementara mobil yang di kendarai oleh kedua Orang tua She yang membawa Aldo telah melesat lebih dulu meninggalkan kawasan, berpacu dengan waktu untuk secepatnya menuju rumah sakit terdekat.

Wajah Gloria sangat cemas, melihat Aldo yang semakin pucat, bibir pria itupun tampak mulai membiru.

Ya Tuhan, tolong selamatkan Putraku.

"Erwin lebih cepat lagi." Perintah Johan pada salah satu pengawal yang bertugas mengemudikan mobilnya.

"Erwin kembali menambah kecepatan mobilnya, lelaki itu juga terlihat sangat cemas.

Akhirnya mereka sampai juga di rumah sakit, para anak buah Johan segera memapah Aldo memasuki ruang UGD, beberapa dokter dan perawat dengan segera menanganinya, meninggal- kan Orang tua She yang hanya dapat menatap cemas dari kejauhan.

Tidak lama seorang perawat keluar dan menghampiri mereka.

"Maaf, siapa anggota keluarga pasien?" Tanya perawat itu.

"Kami suster." Ucap Johan dan Gloria dengan cemas.

Dokter Hans ingin menemui anda di ruangannya, ada yang ingin beliau sampaikan tentang kondisi pasien.

Dengan cepat mereka mengikuti perawat tersebut menuju ruang kerja dokter.

"Permisi dok, ini kedua Orang tua dari pasien yang bernama Aldo, silahkan." Ucap suster itu ramah sebelum melangkah pergi.

"Terimakasih." Balas mereka, perawat itu kembali tersenyum, lalu beranjak pergi dari ruangan itu.

"Silahkan duduk," ucap dokter Hans mempersilah-kan, ia lalu mengambil map berisi rekap data pasien, memperhatikan isinya sejenak, sebelum akhirnya mengalihkan pandangannya pada kedua Orang tua Aldo, yang duduk dengan raut wajah cemas.

"Begini, pasien telah kehilangan banyak darah, dan harus segera mendapat transfusi darah. kami tidak memiliki stok darah yang sesuai dengan golongan darah pasien, jadi ..."

"Saya dok, golongan darah saya sesuai dengannya." Ucap Johan memotong pembicaraan dokter tadi, ia ingin anaknya segera di tangani.

Dokter itu tersenyum maklum atas sikap Johan yang memotong kata- katanya, ia tentunya mengerti kalau mereka sangatlah panik, dengan segera dokter Hans menghubungi seseorang, tidak lama seorang perawat lain datang.

"Suster Rita, tolong antarkan bapak ini ke ruangan lab, pasien harus segera mendapatkan transfusi darah secepatnya."

"Baik dok, mari silahkan ikut saya Pak," ucapnya sambil kembali melangkah, Johan mengikuti langkah perawat tersebut. setelah beberapa saat Johan kembali keluar, menghampiri sang istri yang tengah duduk menunggunya.

+++

She telah kembali sampai di mansion Orang tuanya. Dengan langkah lesu gadis itu menuju kamarnya, saat ini waktu telah menunjuk-kan pukul sepuluh malam. Mansion itu tampak sepi, hanya ada satu dua pelayan yang tengah menyelesaikan tugas mereka.

Rido masih setia mengikuti langkah lemah Nona mudanya tersebut. She lalu berbalik, dan menoleh ke arah Rido yang tepat berada di belakangnya.

"Ada apa Nona?" Tanyanya sopan.

"Do, sebaiknya kamu istirahat, tidak perlu mengantarku sampai ke kamar, aku bisa sendiri." Ucap She kemudian.

"Tapi Nona, ini sudah menjadi tugas saya untuk menja ..."

"Tidak apa apa Do, terimakasih." ucap She memotong kata-katanya.

Rido tampak ragu, namun lelaki berperawakan tinggi besar tersebut akhirnya mengangguk patuh.

"Baiklah Nona saya permisi," ucap Rido sebelum pergi,

"Do," She memanggilnya kembali sebelum langkah lelaki itu terlalu jauh.

"Ya Nona," ucap Rido sambil memutar tubuhnya berbalik menghadap She.

"Bagaimana keadaan Nik, emm .. maksudku Kak Aldo?" Tanya she cemas.

"Kakak Anda baik-baik saja Nona, dia sempat mengalami kritis karna terlalu banyak mengeluarkan darah, tapi semua sudah di tangani dengan baik. Papah anda juga berpesan, mereka berdua akan bermalam di rumah sakit." Ucap Rido menberitahu.

"Terimakasih Do, kau boleh pergi sekarang." Ucap She kemudian.

Tanpa menunggu jawaban dari Rido, gadis itu kembali melangkah melewati lorong menuju ke kamarnya.

TBC

Black Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang