Gadis itu duduk dengan gelisah. Dia berusaha tetap tenang, tapi detakan cepat jantungnya sungguh tidak dapat lagi di kontrolnya.
Tatapan pemuda yang baru menjadi bodyguard-nya lah penyebabnya.Lelaki itu secara terang terangan terus menatap dan memperhatikan dirinya, tanpa berusaha menutupi-nya sedikitpun. Dan hal itu jelas membuatnya salah tingkah.
Sorot matanya yang tajam seolah ingin menelan Sheron bulat-bulat. Dengan takut- takut Sheron memberanikan diri menatap balik lelaki itu. Tapi baru beberapa detik, gadis itu sudah kembali menundukkan kepalanya dengan wajah yang sudah memerah seperti tomat.
"Sheron." Sheron berjengit kaget saat namanya di panggil. Tapi gadis itu kembali mendesah lega, ketika melihat Mamanya telah berdiri di hadapan Sheron. Menutupi pandangannya dari sorot tajam mata abu-abu gelap, yang sejak tadi menusuk hatinya dalam.
"Oh Mam kau mengagetkan-ku, ada apa?" Tanya gadis itu berusaha terlihat tenang.
"Ini sudah cukup larut sayang, istirahatlah di kamarmu," ucap mamanya lembut pada Sheron yang masih asyik membaca di gazebo taman belakang.
"Aku belum mengantuk Mam," ucap gadis itu beralasan, sebenarnya ia masih ingin menatap wajah tampan bodyguard-nya, walau terkadang sorot mata itu membuatnya takut.
"Tidak sayang, kau harus istirahat. tidak ada bantahan!" ucap Gloria tegas, ketika melihat Putrinya hendak protes.
Gloria lalu berbalik membelakangi Sheron, dan menatap satu sosok yang masih berdiri tegap di sebrang tempatnya berada.
"Nik, temani She menuju ke kamarnya!" ucap Gloria pada bodyguard yang berdiri di sudut yang agak gelap.
Pria itu segera mengangguk patuh dan berjalan menuju ke arah dua wanita tersebut.
Seketika jantung She berdebar kencang, apalagi jarak mereka lumayan dekat.
"Selamat malam Mam," ucap She sebelum pergi.
"Malam juga sayang," ucap Gloria lembut dan langsung berlalu menuju arah lain.
Gadis itu segera bangkit sepeninggal Gloria. Berjalan cepat menuju lorong lain yang menuju ke arah kamarnya, dengan sang bodyguard yang setia mengikuti langkahnya di belakang. Seketika gadis itu merasakan aura hitam yang semakin menyelimutinya, gadis itu menoleh ke belakang sejenak menatap sosok bodyguard tadi. Sheron terkejut saat mendapati sorot mata itu berubah menjadi aneh dengan seringai kejamnya. Sheron mempece-pat langkahnya tanpa sadar. Rasa panik dan takut seketika merambati hatinya, terlebih ketika lelaki itu juga mempercepat langkahnya, tanpa melepaskan sedikitpun pandangan matanya dari gadis itu.
BRUUUUK...
"Aww ..."
pekik gadis itu. Tanpa sengaja ia menabrak seseorang di depannya.
"Nona tidak apa apa?" tanya pelayan senior itu yang berhenti dan menatapnya cemas. Dia baru kembali dari kamar gadis itu untuk mengambil pakaian kotor.
"Ti .. tidak apa-apa Bi," jawab Sheron gugup, ia kembali menoleh ke belakang untuk menatap lelaki itu.
Lelaki itu tampak berhenti di kejauhan. Ia kembali melangkah mendekati mereka berdua, langkahnya tampak tenang dengan ekspresi yang kembali datar.
"Saya permisi dulu," ucap pelayan itu sopan, setelah Nik sampai di hadapan mereka.
sheron seketika berkeringat dingin setelah hanya tinggal mereka berdua, gadis itu segera melangkah dengan cepat, tapi baru beberapa langkah pria itu mencekal erat tangannya.
Gadis itu menoleh dengan panik, pria itu mendekatkan wajahnya menatap gadis itu dengan dingin, tangannya menyentuh pipi gadis itu perlahan hingga turun ke rahang, pria itu segera menariknya kasar semakin mendekat padanya, matanya masih tetap memperhatikan wajah cantik dihadapannya.
"Sayang sekali, padahal kau sangat cantik ..." ucapnya penuh misteri.
Pemuda itu melepaskan cekalannya, dia kembali mundur selangkah.
"Ini bukumu," ucapnya sambil menyerahkan buku yang tersimpan dalam jas hitamnya Ia lalu berbalik, meninggalkan Sheron yang tertegun di tempatnya dengan jantung yang masih berdebar kencang.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Love
Non-FictionCinta seharusnya indah Cinta seharusnya tulus Cinta seharusnya bahagia Cinta seharusnya tidak menyakiti Cinta seharusnya saling berbagi Cinta seharusnya menerima perbedaan Tapi dapatkah cinta bertahan, jika orang yang kau cintai tidak mengingink...