09. damn, i miss her

6.7K 306 1
                                    

Ok, rasanya agak aneh jika aku berkata begini
Tapi, aku merindukan Yui sekarang.

Selama tiga hari lamanya Yui tidak kembali menghubungiku. Apa dia marah? Apa dia masih kesal? Yang harusnya marah dan kesal itu aku, bukan dia.

Gezz..

Aku mengirimnya beberapa pesan pagi ini dan dipaksa menunggu sampai sekarang. Apa dia tidak memegang ponselnya? Aku mau menelfonnya namun gengsi di jemariku bertindak sendiri.

Tidak, kau tidak bisa menelfonnya.

"Merindukan orang yang kau benci, Paru?" Goda Rena disampingku. Gadis ini, kenapa tidak pergi saja!

"Berisik!"

Rena memanyunkan bibirnya, "kau memang merindukannya. Ya kan?"

Aku memukul pahanya hingga ia meringis, "berisik!!!". Rena mengusapnya kesakitan. Ups, ku buat tanda tangan bewarna merah di pahanya yang putih itu.

"Kau, ini sakit tau! Ouch!"

"Itulah sakitnya hatiku saat ini, Rena-chan~ kau tahu menunggu bukanlah kemampuanku,"

"aku ingat betul, tiga hari yang lalu kau marah karena dia menyuruhmu menjadi pacar namun malah menciummu sekarang? Kau malah merindukannya!"

"Aku merindukan orangnya bodoh, bukan sentuhannya!" Aku bangkit duduk sejajarnya dan kembali memukul pahanya hingga ia berteriak cukup keras, "DASAR MESUM!"

"AAAAAA!!!"

--

Yui memainkan ponselnya diatas meja bar yang selalu ia datangi, dulu. dari meja minuman, seorang gadis berambut pendek di depannya hanya tersenyum tipis. Ia kembali melihat bagaimana temannya merasa kurang beruntung dalam hidupnya.

"Jadi, ada gadis lain yang membuatmu seperti ini?"

Yui menghela nafasnya, "Sayanee, tolong diamlah"

"Biarkan aku sendiri. Ok?"

Gadis bernama Sayanee itu hanya menggeleng, "tidak! Kalau kau ingin sendiri kau harus ke kuburan bukan ke klub"

"Dia benar, Yuihanku" sahut gadis dengan dress mini yang memperlihatkan belahan buahdadanya yang besar dan sedikit pahanya yang putih seperti susu itu. "Kenapa tidak kau coba mencari perempuan lain, contohnya aku?" Goda gadis itu diikuti tawa kecil dari Sayanee.

"Kau tidak cocok jika bersanding dengan Yuihan, Milky" gadis bernama Milky itu menatap sinis Sayanee.

Yui membenarkan posisi duduknya,

"Ini bukan Annin. Ada gadis lain,"

"tapi, dia mirip Annin"

Sayanee dan Milky mengangguk. "Jatuh cinta pada orang yang berbeda namun sama" ujar Milky membuat Sayanee kebingungan. Yui mengenduskan nafasnya.

"kalau itu bukan Annin... kenapa kamu harus berdiam galau disini?"

"Karena aku lost-control. Aku ... ya, kau tahu lah!"

Milky mengeryit,"uhh.. agresif!"

"Dan, dia marah padaku. Aku mengusirnya dan menyuruhnya jangan kembali padaku."

"Sampai sekarang?" Tanya Sayanee.

"Ya. Sampai sekarang"

"Yuihan, aku tahu emosi mu dan sifat lepas kendalimu itu paling sulit kau hilangkan dari dirimu. Kita berteman dari SMA dan aku tahu betul kau itu seperti apa," kata Sayanee lembut.

"Tapi, menghabiskan waktu disini dengan menyakiti dirimu sendiri bukanlah hal bagus untukmu. Ok?"

"Aku tahu,"

"Kau tahu kau telah menghabiskan sekitar dua juta won untuk minuman itu?" Sahut Milky sembari menunjuk ke beberapa gelas wine disamping Yui.

"Dua juta won bisa ku cari dalam lima menit"

"Orang kaya!" Seru Milky -ia menganggap semua ini gurauan.

"Milky, ini posisi serius. Ok? Kenapa tidak kau cari pelanggan saja. Sana!" Perintah Sayanee kesal.

"Huh, baiklah. Dah,"

Yui menunduk lalu mendesah pelan. Desahannya begitu berat seperti ada luka dan penyesalan dibaliknya. "Apa yang harus ku lakukan..."

--

"Apa yang harus ku lakukan..." gumanku sembari menghadap langit-langit kamarku. Biasanya jam segini, aku akan berdesak-desakkan di kereta untuk pergi ke tempat Yui tapi sekarang?

"Ku rasa kau harus minta maaf, Paru" sahut Rena dari kejauhan. Dia duduk di meja belajarku, menatap diriku dengan kedua matanya yang sayu.

"Ih, siapa kau menyuruhku meminta maaf!" Gengsi ku keluar."kau tidak tahu apa-apa, kau diam saja"

"Aku memang tidak tahu apa-apa. Tapi aku tahu, kau merindukannya, kau menyukainya." Aku mencengkram sprei begitu ia mengucapkan kata "rindu" dan "suka" padaku.

"Kau tahu, kau bisa menjadi sangat menyebalkan. Ok!" Aku segera mengomelinya dan menyuguhi tatapan siap membunuhnya namun Rena mengalahkan itu dengan tatapan keseriusannya.

"Kau merindukannya"

"Tidak!"

"Bohong!"

Aku merindukannya

Dan aku sangat merindukannya

--

My Private Class: 09
End

My Private ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang