05. Date?

6.5K 324 0
                                    

Aku kembali memasuki kamar Yui yang memiliki suasana berbeda dari ruanganan yang lain. Duduk di berandanya dengan malas. Yui datang menghampiriku dan duduk di depanku, bersikap dingin tiap kali mengajariku.

"Mau pergi akhir minggu ini?" Tiba-tiba Yui mengajakku bicara diantara heningnya tempat ini.

Aku mendongak, "apa aku tidak salah dengar?"

Yui menatapku, memberikan sinyal bahwa dia serius mengajakku pergi. Aku mendengus pelan, "aku akan lihat, kalau bisa, aku akan menghubungimu"

"memangnya mau kemana?"

"Kencan," jawab Yui dengan santai.

"Kalau kamu kencan, kenapa ajak-ajak aku?" Aku mulai menatapnya sinis. Mentang-mentang aku tidak punya pacar, dia mau pamer begitu? Kurang ajar.

Dia terkekeh dan mulai memegang daguku tiba-tiba, "aku kencan denganmu, bodoh"

"Hah?!" Ku kutuki reaksiku yang pasti terlihat bodoh di depan Yui. Yui malah tertawa lalu melepas pegangannya di dagu.

"Aku cuma mau pergi, itu saja.."

"Dasar bodoh!"

Aku mengumpat, "sialan!"

"Hahahaha..."

--

"apa-apaan ini? Aku tidak ada baju untuk ku pakai?!" Seruku kesal begitu pulang dari rumah Yui. Rena yang sedari tadi asyik membaca novel melirikku dengan aneh.

"Mau kemana kamu?"

"Bukan urusanmu,"

Rena tersenyum aneh, "hmm.. mau kencan yah?"

Ia pun mulai mendekatiku, "dengan siapa-dengan siapa?!" Tanyanya sambil memeluk pinggangku yang segera ku pukul kesal,

"Bukan kencan, bodoh!" gertakku, "ini bukan urusanmu!"

"Euw, pasti ada yang kau sembunyikan dariku!"

"Urusi saja pacarmu si J itu," sinisku.

Dia terkekeh, "ah, kau cemburu ya?"

"Untuk apa aku cemburu pada si J? Aku berharap dia menculikmu dan tidak membawamu pulang kembali kesini!" Umpatku yang langsung mendapatkan pukulan dari Rena.

"Aku benci kamu!" Seru Rena kesal.

"Apalagi aku!" Sahutku.

Ku tatap pantulan diriku di cermin, rasanya aneh, kenapa tiba-tiba aku jadi bersemangat memilih baju untuk pergi bersama Yui? Padahal masih ada hari-hari lain untuk memilih baju?

Dadaku kembali mempercepat temponya, wajahku memanas dengan tanda merah yang pekat di pipiku, ahhh... sensasi berbeda yang terjadi padaku rasanya aneh namun aku menyukainya,

"Rena, bagaimana perasaanmu saat kau jatuh cinta pada baby J?" Tanyaku tanpa sengaja.

"hmm, ada hal apa kau bertanya padaku seperti itu?"

"Sudah, jawab-jawab saja..."

"Hehehe, aku tahu kau sedang menyembunyikan sesuatu dariku, ye!!!"

ku lempar gaun pink yang sedari tadi ku pegang kearahnya, "bodoh!"

"Hahaha, baiklah-baik. Perasaan aku saat jatuh cinta pada dia ..."

Rena mulai terdiam, "rasanya aneh tapi kau menyukainya"

"Aneh tapi kau menyukainya?" Aku mengulang bagian itu dengan heran.

"Perasaan yang tidak kau jelaskan dalam kata-kata tapi tiap kau merasakaannya, itu seperti narkoba yang menuntun lagi dalam tubuhmu"

"Sama seperti kau berciuman atau ya, kau tahu" Rena mulai tersenyum -aneh- lagi.

Aku menghela nafas dan masih berfikir, "aneh tapi kau menyukainya..." apa iya aku jatuh cinta pada Yui? Hah, omong kosong. Itu mustahil. Selama berhari-hari saja aku cuma di dinginkan olehnya dan di perlakukan sewajarnya guru dan murid walaupun dia suka mencolong kesempatan untuk menggodaku, tapi.. apa iya?

--

Hari berlalu dan kami siap untuk pergi. Kami janjian di salah satu satu pintu stasiun di Shibuya, kami pergi sendiri-sendiri. kami janjian jam 12 siang dan aku sudah sampai pukul 11.46. Masih banyak waktu yang siap di buang sia-sia demi menunggu Yui.

"Harusnya aku tidak terlalu bersemangat," umpatku sambil melirik ke arah jam tangan yang ku kenakan di lengan kanan. Mataku menyapu tiap orang yang berlalu-lalang di depan mataku, ini hampir masuk jam makan siang dan stasiun masih seramai ini.

"Shimazaki?"

Aku menoleh ke suara di belakangku dan mendapati Anna sendirian, "ah, sudah ku duga kau Shimazaki!" Ia terlihat senang melihatku.

"Anna Iriyama?" Aku menoleh-noleh ke belakang Anna, "kau sendirian?"

Dia mengangguk, "iya, aku ada acara di sekitar sini. Kau?"

"Menunggu seseorang," jawabku

"Janjian disini?"

"Begitulah,"

Anna mengangguk-angguk, "masih lama kau menunggunya?"

"Ku rasa dia akan terlambat beberapa menit," jawabku dengan sedikit senyuman. Anna tersenyum dan menatapku seksama.

"emm, maaf?" Aku membuatnya terkejut dan tertawa perlahan.

"Maaf membuatmu risih, tapi ku rasa kedua mata kita itu sama, warnanya cokelat"

"Benarkah?" aku tertawa, "aku tidak menyadarinya"

"kau memakai kontak lensa?"

"Tidak, ini asli." Jawabku.

"Ngomong-ngomong, acara apa yang kau maksudkan?"

"Hmm, acara sederhana," jawabnya, "ada pameran lukisan dekat sini,"

"oh, kau pengamat seni?"

"pengamat? Tidak, aku hanya suka mengamati mereka," jawabnya, "apa kau menyukainya?"

"Tidak.. terlalu,"

"Baiklah, aku permisi dahulu. Bye Shimazaki!"

"Bye, Iriyama!"

Lalu Iriyama pergi,

"Siapa dia?" Tanya Yui yang muncul tiba-tiba. Aku terkejut begitu ia muncul dengan wajah datarnya.

"Kau gila!"

"Kenapa?"

Ku atur nafasku yang tidak beraturan, "jangan mengejutkanku, kau bodoh!"

"Kau terdengar seperti nenek-nenek, dan ingat, aku tidak bodoh, bodoh!"

"Terserah kau,"

Yui melirikku hingga membuatku risih, "apa?!"

"Kau cantik"

Aku pun terdiam dan merasakan semua tubuhku membeku jadinya. Dia memegang tanganku dan tersenyum,"bagaimana kalau kita pergi, nona? Acaranya akan segera dimulai"

"Acara?"

"Iya, ayo. Pergi!"

--

My private class; 05
End

My Private ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang