17. go away

5.1K 252 5
                                    

Yui Yokoyama, wanita 24 tahun yang bekerja sebagai direktur sebuah perusahaan ternama di Tokyo. terlahir di Kyoto dan memutuskan untuk pindah merintis karir ke Tokyo saat masuk SMA, disana ia bertemu Iriyama Anna, gadis cantik yang bekerja sebagai model dan pembisnis.

Sedangkan aku,

Aku cuma gadis bodoh yang bahkan belum bisa perkalian, aku cuma gadis biasa yang tidak cantik dan pintar mencari uang. Statusku masih pelajar, kelas 3, yang berusaha untuk mendapatkan nilai rata-rata.

dan apakah aku pantas untuk berharap pada Yui?

--

"Nee, kau itu kenapa sih? daritadi pegang buku terus? Aku risih," ucap Rena di sebelahku. Ia menatapku dari sudut matanya,

Aku mendiamkannya, masih berusaha fokus pada buku Sejarah yang ada di tanganku.

"Oe!" Pekik Rena dan aku mengendus pelan, "apa sih?"

"Kenapa kau membaca buku? Ini seperti bukan kamu tahu,"

"Lalu?"

"Kau ingin aku berhenti membaca dan belajar agar aku terus menjadi gadis bodoh? Kau kejam sekali," sindirku.

"HEI!" Ia memukul lenganku, "bukan seperti itu, kau ini kerasukan setan apa? Setan rajin, kah?" Ia menyentuh keningku.

Ku tepis tangannya, "ayolah, ini bukan urusanmu!"

"Hih," ia bergidik, "katakan, kenapa kau begini? Kau membuatku penasaran tahu!"

Aku terdiam. Alangkah baiknya jika aku mengatakan padanya. "Ano, Rena...". Rena menoleh kearahku. Aku menceritakan semuanya padanya, tentang perasaanku dan apa yang ku lakukan untuk berhenti bersama Yui. Menurutku ini yang terbaik,

Untuk terbaik demi perasaanku,

--

"Apa?" Yui tidak sanggup menyembunyikan keterkejutnya begitu mendengar pengakuan Rena. "Dia berkata begitu denganmu?"

"Setelah kau bertemu Annin, apakah kau akan kembali bersama Annin? Aku rasa itu adalah hal yang buruk untuk Paruru. Kau tahu sendiri mediam orang tua Paruru sangat ingin dirimu bisa bersanding dengannya.."

"Tapi, kita tidak bisa memaksakannya .." sambung Rena menyeruput tehnya.

"apakah kau sudah bilang kalau orang tuanya meninggal?" Tanya Yui.

"Belum. Aku tidak sanggup melihatnya menangis," Rena menunduk sejenak.

"Aku akan berusaha untuk bisa membuat Paruru pantas mengisi jabatan untuk perusahaan begitu lulus. Aku juga akan berusaha membantu Paruru,"

--
Aku melangkah menuju kamar Rena, kosong. Ke kamar bibi, kosong. Sepertinya mereka berdua sedang pergi entah kemana, aku menghela nafasku panjang lalu duduk di sofa, seketika teringat dengan Yui.

Hari ini aku sangat tidak bersemangat, makanpun tidak berselera, camilan di depanku pun ku hiraukan. Aku hanya berbaring malas di kasur atau di sofa, seperti sekarang.

click,

Ku dapati Rena muncul dari balik pintu, ia melihatku dan langsung tersenyum.

"Darimana saja?" Tanyaku. Rupanya ia membawa bingkisan untukku, ia meletakkan di atas meja dan duduk di sofa bersamaku.

Aku meraih bingkisan itu, "donut?". Rena mengangguk, "matcha kesukaanmu,"

Dengan kecewa aku meletakkan lagi donut itu, "aku lagi tidak mau makan,"

"Kenapa?" Tanya Yui. "Apa karena Yu-" belum selesai dia bicara, dia sudah bungkam dengan tatapan mataku yang menatapnya dengan tajam.

"Ok, aku minta maaf"

Aku menggeleng, "huh, aku berpikir keras sedari pagi, ku rasa aku suda jadi nenek-nenek saja!"

"Apa kamu bisa berpikir? Wah, ternyata otakmu itu belum rusak,"

Aku mengecamnya,

"Sialan,"

"Hahaha, maaf."

Aku menarik nafas panjang, apa yang Yui lakukan yah sekarang?






--






"Annin, ku rasa kita harus bicara," ujar Yui begitu ia masuk ke dalam kamar. Mendapati Annin berbaring manja di atad tempat tidurnya yang cukup besar itu sembari memainkan ponselnya.

Annin bangkit, melingkari leher Yui dengan lengannya, "kau mau membicarakan apa, sayang?"

"aku ingin membicarakan hal serius," ujar Yui, ia menepis halus lengan Annin dari lehernya, "pergilah,"

"Apa?" Annin sedikit terkejut mendengar wanita di depannya itu. Ia tidak mampu berkata-kata, ia pikir ia berhasil mendapatkan apa yang gadis itu inginkan, Yui.

"Pergilah, Annin. Apapun tujuanmu mendekatiku lagi setelah berselingkuh dengan Yuria di belakanhku, aku tidak mau tahu lagi. Aku sudah tidak ada perasaan denganmu. Ok?" Ia menunjuk pintu keluar, "sekarang, kau pergilah"

"Tidak, tidak akan!" Annin menepis tangan Yui, "kau adalah milikku, Yui!"

"Tidak lagi, itu sudah dulu. Dan kau lah yang membuang aku yang kau bilang milikmu ini!"

"Sekarang keluar, jangan datang kemari lagi! Kuncimu sudah ku ambil alih,"

Annin masih terdiam,

"Pergi!"

"Ku bilang PERGI!"

Annin geram, dengan cepat ia menampar Yui dengan kasar, membuat bekas merah di pipi Yui yang putih itu.

"Ok, tapi lihatlah apa yang akan ku lakukan padamu Yui!"

Bruk!

"Argh, sialan..." Yui meremas rambutnya.

"Aku tidak bisa begini terus,"

"Paman Shimazaki, maafkan aku..."

"Annin, maafkan aku ...."

--

My Private Class; 17
End

My Private ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang