12. Well,

4.8K 274 3
                                    

Aku menaikkan alisku saat melihat Yui yang sedari tadi hanya diam menatap layar ponselnya, dari raut wajahnya aku tahu bahwa dia sedang gelisah menunggu sesuatu.

"Kenapa?" Tanyaku yang tidak di hiraukan olehnya. Aku mendesah, "oi, Yui!". Masih tidak ada balasan. Dengan kesal ku goyangkan tangannya hingga ia mengerjap.

"Kau!" Dia hampir membentakku, matanya melihat tajam kedua mataku di depannya. Tidak, ini tidak seperti biasanya. Ia mendengus kesal lalu melanjutkan aktifitasnya.

"Selesaikan tugas itu dan kau pulang," akhirnya dia membuka suara tapi, tunggu.

Dia..

"Apa?" Aku mendongak, dia tidak biasanya menyuruhku pulang apalagi ini baru pertengahan jam bersamanya.

"Ada temanku ingin berkunjung, aku tidak bisa mengajar sambil menerima tamu. Kan?" kali ini dia menoleh. Tersirat perasaan aneh di dadaku seperti marah atau lebih ke .. entahlah, ku balas dengan anggukanku saja.

--

"Aku terlambat.. aku terlambat.." guman Rena begitu sampai di lift apartment Yui. Pintu lift hampir tertutup jika tidak ada seorang gadis dengan rambut cokelat yang tergurai sepunggung itu menekan tombol buka untuknya.

"huh, terima kasih!" Sahut Rena begitu masuk ke lift. Ia hendak menekan tombol lantai, "oh.. tujuannya sama" pikirnya melihat angka 5 tertekan disana.

--

Yui masih terdiam di sofanya sedangkan aku, aku masih sibuk melihatnya yang diam itu. perasaan aneh itu mulai menguasai aku, malah makin parah. Aku tidak bisa berhenti memikirkan siapa yang akan datang ke tempat Yui, aku .. aku gelisah.

Tok tok tok!

Suara itu membuatku mendongak. Yui berlari menuju pintu diikuti aku dari belakang, apakah itu teman yang dibicarakan Yui? Ia membuka pintunya dan mendapati Rena dan..

Annin?

Mata ku dan Annin bertemu. Dengan datarnya ia menatapku seperti itu,

"Paru, ayo kita pulang!" Seru Rena yang sudah selesai berbicara dengan Yui. Entah apa yang mereka bicarakan, aku tidak peduli. Yang aku pedulikan adalah,

Untuk apa Annin datang? Apa dia adalah teman yang dimaksud oleh Yui? Bukannya Yui menjauhi Annin seperti di pameran itu? Tapi kenapa malah sekarang ia menunggu Annin? Apa yang terjadi?

Rena menepuk pundakku, menatapku aneh, "ayo!" Ajaknya. Aku mengangguk, dadaku bergemuruh begitu melihat Yui tersenyum pada Annin. Ada apa ini? Kenapa dadaku sakit? Apa yang Annin mau?

--

"Kau bersama Shimazaki?" Tanya Annin begitu pintu tertutup.

"Aku menjadi guru lesnya," jawab Yui.

"Uh, aku penasaran apa yang kau lakukan bersamanya saat.. berdua" goda Annin dengan tatapan seolah tahu apa yang Yui lakukan padaku selama disini.

"Kami tidak melakukan apapun," jawab Yui lagi dari arah dapur. Mata Annin mengelilingi apartment Yui.

"Seleramu tetap saja sama," kritik Annin. Yui meletakan gelas di depannya, teh hijau tersaji harum di meja. "Seperti apa kataku, seleramu tetap sama saja!"

Annin mendekat Yui, "aku penasaran kalau semua 'selera'mu sama seperti dulu..."

Ia mencium dagu Yui, "apakah kamu juga masih sama seperti bermain denganku?"

Yui mendesah, "hentikan"

"Tidak" jawab Annin, "aku tidak berhasil melakukannya di kantormu, oleh karena itu aku datang kemari"

"Jawab aku, Yui.. apakah kamu masih mencintaiku?"

Flashback

annin mempautkan bibirnya di bibir Yui, ciuman mereka panas. Kemeja yang di kenakan Annin tidak lepas dari cengkraman kuat Yui yang ada di bawahnya. Mata Annin menatap bagaimana wajah Yui yang memerah karena permainannya.

"Ahh.." desah Annin begitu melepas ciumannya di mulut. Ia berniat untuk membuka blaser yang dikenakan Yui, "i'll go first, bae" ujarnya.

Tap!

"Jangan!" Larang Yui begitu tangan Annin menyentuh blasernya. Annin menurunkan senyumnya, "jangan lakukan". Yui mencoba bangkit dan menatap Annin yang duduk di sofanya, "lebih baik kau pulang, aku sibuk"

--

"Annin, aku tidak ingin mengulang masa lalu" Yui menjauhkan tubuh Annin darinya. "Kalau kau datang untuk bertamu, aku akan menerimamu jika tidak, lebih baik kau pulang,"

"Aku harus melanjutkan pekerjaanku yang tertunda karena kamu," lanjut Yui sembari menatap Annin risih, Annin hanya mendengus kesal. Ia gagal, lagi.

--

"hei, kenapa kamu diam saja?" Tanya Rena di kereta.

Aku hanya diam, kembali mendiamkannya. Otakku tidak fokus pada apapun saat ini terkecuali satu, pada Yui dan Annin. Apa yang mereka lakukan sekarang? Apa yang terjadi? Kenapa Yui senang?

apa mereka akan kembali menjadi sepasang kekasih?

Kau hanya pelarian untukknya

Degh

Jantungku terpompa cepat. Tanpa sadar ku tindikan air mata. Rasa sesak membuat dada dan jemariku sakit. Ada apa ini? Isak tangis ku mulai terdengar dan itu membuat Rena terkejut,

"Paru, kau kenapa?"

Aku masih menangis. Apa yang mereka lakukan? Kenapa Yui menunggu Annin? Ada apa antara mereka berdua? Ku tahan isak tangisku yang semakin lama semakin kencang.

Reflek Rena memelukku, mendekapku hangat. "paru, semua akan baik-baik saja" ucapnya seperti tahu apa maksud pikiranku dan ini membuatku sedikit merasa nyaman.

Yui,

--

My private class: 12
End

My Private ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang