Rena menghampiriku, tersenyum manis begitu aku menolehnya. Matanya memancarkan sesuatu yang berbau kebohongan.
"Rena" panggilku untuk kesekian kalinya, "jujur padaku, sebenarnya apa?"
"Tidak ada! Kenapa kamu tak percaya padaku?" Ia mengeritkan dahinya lagi, aku membuang wajah lalu menghela nafas.
"Ya, sudahlah. Aku percaya padamu. Ok?"
"Itu baru saudaraku!" Ia memelukku erat.
--
Yui menaikkan kacamatanya, terlihat jelas raut wajahnya yang tertekan. Ia mengusap wajahnya lalu mendesah, ditutup laptobnya yang ada di depannya.
Ia melihat ponselnya yang berdering, ia menaikkan alisnya. "... Paru?"
"Hallo, Paru. Ada apa?" Tanyanya begitu mengangkat panggilan itu. "Bertemu? dimana? baiklah, aku segera kesana. Ok!"
Ia mengeritkan dahinya kembali, "apa yang ingin ia katakan?"
--
Aku mengetuk-ngetuk meja dengan jemariku. Mataku memandangi pintu cafe yang sedari tadi terbuka tutup, berharap bahwa Yui muncul dari bibir pintu itu.
Cring. Kembali lagi aku mendongak, seorang wanita dengan kacamata hitamnya itu menoleh mengelilingi cafe ini. Aku mengangkat tanganku, "hei, Yui!"
Ia melihat lalu melangkah mendekati, "ada apa? Kau bilang kalau kau harus bicara sesuatu yang penting padaku?"
"Duduklah.." kataku. Jujur, degup jantungku kembali berpacu dengan sangat cepat. Mata Yui membuatku meleleh dan hei, lihat itu ... senyum tipisnya membuat dadaku kembali bergemetar hebat.
"Baik, apa yang ingin kau bicarakan?"
Oh, tuhan..
"Aku.."
Ia menunggu. Ah, Paru.. ayo, ayo, ayo! Ini hanya sekedar bicara. Lagipula kau sudah tidak ingin menyukai Yui, ya kan?
"Aku ingin bertanya sesuatu padamu!" Akhirnya! Ku lihat Yui terkekeh,
"Kalau kau kesulitan PR kau bisa bertanya nanti. Ok?"
"Tunggu! Bukan itu maksudku," aku mengehela nafas, "aku ingin bertanya sesuatu yang serius. Padamu, dan mungkin kamu tahu jawabannya!"
"... baik. Kau ingin tanya tentang?"
Aku mulai serius, "apa kau..tahu tentang orang tuaku?"
--
Yui masuk ke apartnya dengan gelisah. Ia duduk di sofanya segera, ia menutup wajahnya. seketika ia teringat satu hal, buru-buru ia keluarkan ponsel dari sakunya lalu menelfon seseorang.
"Hallo, ini aku Yui!" Yui melirik jam, "bisakah aku bicara dengan ibumu?"
"ini tentang Paru.. baik.. baik.. aku tunggu!"
"Yui, ada apa?"
"Bibi, aku minta maaf!"
"Untuk apa?"
"Aku ... " Yui mengutuk dirinya sendiri sekarang, "aku .. mengatakan semuanya pada Paru! Dan dia kini pergi entah kemana...!"
"Apa?!"
"Maafkan aku, aku ceroboh! Maafkan aku!"
"Yui, kita harus mencarinya!"
--
Flshbck
"Apakah, kau tahu tentang orang tuaku?"
Yui terdiam, terlihat mulai gelisah. Kalau aku tidak salah ingat, aku tahu Yui sejak aku masih SMP. Entahlah darimana ingatan itu muncul setelah sekian lama ku lupakan, tapi ..
Entah kenapa aku rasa Yui juga mengetahui hal yang tidak ku ketahui, sama seperti bibi ataupun Rena. Ya, aku merasa kalau mereka mengetahui sesuatu.
"Tidak. Aku tidak tahu," ia membuang pandangannya. "Ini tidak penting, Paru. Aku harus kembali bekerja!"
Aku menahannnya, "aku masih belum memberikanmu izin, ok? Duduk!"
"Paru, aku harus-"
"Kau sembunyikan sesuatu! Aku memang bodoh, Yui .. tapi setidaknya, aku tidak sebodoh yang kau pikirkan!"
"Rena dan bibi membicarakan aku denganmu. Masalah pernikahan bahkan sampai orang tuaku dan orang tuamy. Bagaimana mungkin kalau kau tidak tahu apapun soal ini?" ceplosku. Ia terlihat memasang raut bersalah.
Ia kembali duduk di hadapanku, "berjanjilah padaku kalau kamu tidak akan melakukan hal buruk apapun setelah aku menceritakan hal ini padamu,"
".. aku janji," entah kenapa perasaanku menjadi tidak enak.
"Sebenarnya ..." ia menutup matanya, "orang tuamu itu.. sudah,"
"Sudah..."
Aku menunggu!
"Sudah... meninggal"
Degh,
Tunggu..apa?
"Kami janji akan pulang,"
"Dan, wasiat orang tuamu mengatakan bahwa kita harus bersanding. Aku tidak tahu maksudnya hal tersebut, namun ... bibi yang menjadi alih-walimu menutuskan untuk menikahkan kita berdua ..." lanjutnya membuat dadaku terasa sangat sakit. Ku pegang dadaku dan menahan tangis.
"... kau.."
"Maafkan aku, tapi ini adalah kenyataannya... bibi dan Rena membohongimu demi dirimu juga,"
"Jangan marah pada mereka!"
Brak!
Aku berlari kencang meninggalkan Yui keluar dari cafe. Sialan, kenapa...
Kenapa mereka membohongiku selama ini?! Apa salahku?! kenapa harus berbohong soal ibu dan ayah?! Kenapa tidak bilang kalau mereka telah meninggal, bahkan akupun tidak mendoakan kepergian mereka ...
"Paruru!" Entah sejak kapan Yui sudah berada di belakangku. Berlari begitu kencang hingga hampir menyamai lariku.
Tidak, aku tidak ingin dengar Yui lagi!
"Paruru, awas!"
Aku menoleh ke arah suara nyari di sebelah kananku, cahaya..
Cahaya yang begitu terang itu,
BRAK!!!!
--
My Private Class: 22
End
KAMU SEDANG MEMBACA
My Private Class
RomantizmSeorang guru private yang mengetahui masalaluku dan berpengaruh pada masa depanku ini, Membuatku menggila. [Completed]