Pagi yang cerah menemaniku yang asyik berjalan-jalan di tengah taman dekat rumahku, sudah berapa lama aku tidak pernah bermain di taman ini? Dulu, saat umurku masih 10 tahun, aku selalu menghabiskan waktu bermain disini -tentunya bersama Rena- namun untuk beberapa waktu setelah kami lulus SD sampai sekarang, kami jadi jarang sekali ke taman ini.
Taman ini memiliki ayunan, seluncuran, dan beberapa jungkat-jungkit yang biasa dimainkan oleh anak-anak. Aku memilih untuk duduk di ayunan dan mengayun pelan tubuhku, angin sepoi-sepoi menambah kenyamanan yang ku rasakan.
"Shimazaki-san" panggil seseorang dari belakangku. Jurina berada disana, Jurina adalah kekasihnya Rena. Tubuhnya lumayan tinggi dan sedikit kurus daripada aku, dia duduk di sebelahku dan mulai mengayun mengikuti ku.
"Kau tidak bertemu Rena?" Tanyaku heran. Biasanya dia akan menghabiskan waktu dengan Rena.
"Aku menunggu Rena. Dia sedang berdandan."
"Kalian mau kemana?" Aku mengangkat alisku,
"Aku hanya ingin mengajaknya ke Saitama. Ada urusan sekolah dan Rena bersedia membantuku,"
"Oh," aku kembali mengayun-ayunkan tubuhku. Jurina terlihat menunduk, seperti ada sesuatu yang ia sembunyikan.
"Nee, kau kenapa?" lagi-Lagi ku angkat alisku dengan heran. Dia sedikit terkejut namun mencoba menetralkan ekspresinya.
Dia berdeham pelan, "ini masalah antara ... kau tahu Iriyama Anna, kan?"
Aku mengangguk,
"Dia.. adalah sepupuku,"
Aku menelan ludah,
"beberapa hari lalu dia pulang dengan keadaan mabuk dan berkata bahwa kekasihnya telah direbut oleh seseorang bernama Shimazaki Haruka. Apa itu benar?"
"... aku tidak merebut siapapun," jawabku.
Helaan nafasnya terdengar, "ya.. aku tahu kamu tidak mungkin seperti itu. Tapi, ku peringatkan saja padamu, berhati-hatilah, dia seorang yang bisa melakukan apapun untuk mendapatkan apapun yang ia inginkan.. aku hanya takut kalau ini berdampak pada aku dan Rena"
Ku tepuk pundaknya dan tersenyum, "kau tenanglah, Ju... aku tidak akan membuat kalian berdua kenapa-napa!"
--
Yui terbangun dari tidurnya yang lelap, mendapati seorang gadis yang hanya terbalut oleh selimut masih menutup mata. Bagian leher dan dada gadis itu terdapat bercak bibir yang memerah, seketika Yui pun membuang wajah.
Flashback
"Annin, pergilah.. ku mohon," lirih Yui tanpa digubris oleh Annin. Annin mendekapnya makin erat, "tidak.. aku tidak akan pergi .. aku mencintaimu, Yui."
"Annin, hubungan kita sudah-" Yui tersentak begitu Annin melesatkan ciuman panas di bibirnya, ia berusaha menolak namun hasrat dalam dirinya sudah meledak. Ia membalas ciuman Annin dengan panas juga.
"Ahh.. ahh.." desah Annin begitu Yui kehilangan kendali untuk mencium lehernya. Mata Annin terpejam menikmati tiap hisapan dan gigitan yang merajalela di lehernya. "Yuihan... yu..yu"
Yui memanas, ia menerobos masuk dari bawa baju Annin, memeremas payudaranya yang cukup besar itu. "ahh...mmm..." Annin kembali mendesah dan itu membuat Yui makin menggila.
Ia memeluk pinggang Annin dengan satu tangannya yang kosong, menariknya menuju kamar Yui yang sedari tadi terbuka. Ia mendorong Annin cukup kasar ke atas kasur,
tanpa banyak bicara, Yui melepas jedai yang ia pakai untuk rambutnya. Disusul melepas kaos yang ia kenakan, senyuman nakal muncul dari wajah Annin. Ia tidak mau kalah, Annin membuka celananya dan memainkan jari di pahanya.
--
"Yuihann..." guman Annin sembari menarik tangan Yui. "Jangan tinggalkan aku lagi.."
Yui menatap gadis itu, tubuhnya yang polos, bibirnya yang seksi, dan suara desahan yang membuat hasrat bergairah. Ia harusnya senang melihat bagaimana Annin, gadis yang ia cintai akhirnya kembali padanya namun yang ia rasakan hanyalah hampa,
Yui menghela nafas lalu melepas genggaman Annin, ia mengambil handuk dan melilit tubuhnya. Meninggalkan Annin yang sudah membuka matanya,
"Tertangkap kau,"
--
Rena baru saja pergi bersama Jurina. aku jadi kepikiran dengan perkataan Jurina. Kalau Jurina bisa berkata demikian, apa itu artinya Annin bisa melakukan apapun seperti apa kata Jurina?
Aku menghela nafas, tidak.. tidak.. aku tidak boleh melibatkan Jurina atau Rena yang tidak tahu soal kami bertiga. sepertinya aku memang harus meninggalkan Yui, ya.. meninggalkan Yui. Tapi, bagaimana caranya?
Aku berfikir cukup keras dan, "aku tahu!"
--
"Berhenti les privat dengan Yui?" Tanya bibi padaku. Ia cukup terkejut mendengarnya. "Kau yakin?"
Aku mengangguk, "terima kasih, bi karena bibi peduli dengan pendidikan ku, tapi aku rasa usai ujian ini selesai. Aku akan berusaha sendiri,"
Bibi menatapku sedikit sayu, "bibi percaya padamu, Haruka. Baiklah, kau akan berhenti les privat asalkan nilai ujianmu diatas rata-rata. Bagaimana?"
"Baiklah, aku terima!" Sahutku yakin. Usai bertemu bibi, aku naik keatas. Quotes yang ku tempel depan pintu kamar terpasang jelas, "tenang saja, Paru. Kau akan bebas dari guru lesmu yang sarap itu!"
Aku mulai membuka buku, membaca lembar tiap lembar. Menulis dari awal hingga akhir. dan akhirnya, aku tertidur di menit ke lima belas.
--
my private class: 16
End
KAMU SEDANG MEMBACA
My Private Class
RomanceSeorang guru private yang mengetahui masalaluku dan berpengaruh pada masa depanku ini, Membuatku menggila. [Completed]