20. Until

3.6K 211 20
                                    

Aku menguap lebar begitu membaca buku sejarah. Ini serius, aku seperti membaca dongeng namun tanpa sisipan gambar atau yang ilustrsi lainnya.

"... kamu masih ingin sekali belajar sendiri tanpa Yuihan?" Tanya Rena di sampingku. "Sampai kapan?"

Aku menatap Rena lalu menghela nafas, "sampai hatiku berkata bahwa ia tidak menyukai Yuihan lagi,"

"Sejak kapan kamu jadi mendramatisir seperti itu?" Rena mengangkat alisnya.

"Bukan urusanmu," aku membalikkan lembaran buku tersebut dan mulai membaca kembali.

Rena mengangguk-angguk lalu kembali memainkan ponselnya. "Ugh.. sepupunya Jurina cantik sekali!"

"Hei, Hei, Paru!" Panggil Rena. Aku menoleh. "tunggu, ini bukannya gadis yang bertemu dengan kita di apart Yui, ya?"

"Hah?" Aku menatap layar ponsel Rena. Tunggu, itu Jurina dan,

"Annin?"

--

"Kakak yakin kalau kakak mau ikut bertemu pacarku?" Tanya Jurina ragu-ragu.

"Ya, kenapa tidak?" Senyum Annin, "... kakak sangat ingin mengetahui gadis yang menjadi incaranmu itu, Ju!"

"Tapi..."

Anna memegang pundak Jurina, "kenapa?"

Jurina menggeleng, membiarkan Anna tersenyum aneh disampingnya lalu berbaring manja di kasurnya.

"Ugh..." lirih Jurina begitu mengetahui kalau Anna akan ikut dengannya bertemu Jurina. "Apa aku batalkan saja, ya?"

--

"Batal?" Suara Rena meninggi, "Ju, tiketnya sudah ku bayar dan tidak bisa dibatalkan!"

"Kita bisa membeli tiket tambahan untuknya, kan?" Lanjut Rena. Dia terdiam sejenak, "ayolah, Ju!"

"Ju!"

Sial. Jurina akan membunuhku karena hal ini. Aku sudah bilang kalau Anna tidak akan mempengaruhi hubungan mereka namun ini sudah termasuk mempengaruhi hubungan mereka.

"dasar bocah kurus, aku sudah membuang 2.600 yenku deminya!" Ujarnya sebal disebelahku.

"Kamu masih bisa menontonnya denganku, kan?" Aku mencoba menetralisir keadaan. Rena menatapku,

"Mati saja, kau!" Ia beranjak dari kasur dan keluar kamarku, tidak lupa dengan bantingan pintunya yang cukup membuat kupingku pengang.

"... hah, ya ampun.." aku menggeleng-geleng kepalaku, ".. apa yang harus ku lakukan sekarang!"

--

tok.. tok.. tok..

"Masuk," sahut Yui di depan monitor komputernya. Seorang wanita muncul dari balik pintu tersebut. "bibi?"

"Halo, Yui, bisa kita bicara?" Tanya wanita tersebut yang tidak lain adalah ibunya Rena.

"Tentu saja, ada apa, bi?" Ia mempersilahkan ibu Rena duduk di sofanya.

"Ini tentang kau dan Haruka,"

"Apa ada yang salah?"

"Tidak," ibu Ren menghela nafas, "tapi ini tentang Haruka yang harus secepatnya mengambil alih perusahaan,"

"ah, masalah itu.." Yui memegang dahunya, "aku rasa Haruka masih butuh latihan mental dan dari nilai akademiknya.. ku rasa ia masih butuh bimbingan,"

"Itulah kenapa aku ingin kamu membimbingnya, Yui. Sekaligus untuk mempercocokan kalian berdua," ibu Jurina menatap foto di dinding, foto orang tua Paru yang sudah lama meninggal.

"Tapi rasanya ... ini sudah tidak ekfetif lagi,"

"... maksudnya?"

Ibu Rena menatap Yui, " kalian akan di nikahkan,"

"Hah?!"

"Kami berdua? Tapi..."

"Tidak ada cara lain. Ini untuk berbakti pada mediam orang tuamu dan Haruka,"

Yui terdiam di tempatnya, shock sekaligus tidak percaya apa yang ia dengar, keputusan ibu Rena biasanya selalu ia setujui, namun, entah kali ini tidak.

"hanya itu, saya permisi!"

"Tunggu, bi!"

"Ada apa?"

Yui berdiri, "apa yakin tidak ada jalan lain? Menikah bukan hal yang sembarangan ..."

"Kalau tidak begini, perusahaan dan hidup kalian berdua ini mau dibawa kemana? Apa kalian tidak mau menjalankan wasiat terakhir orang tua kalian?"

"Bukan begitu, bi.."

Ia menepuk pundak Yui, ".. aku tahu ini sulit. Maafkan aku, Yui."

Yui menghela nafas, "baiklah.."

--
My private class;20
End

My Private ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang