14. Finally,

4.9K 258 3
                                    

Aku mengatakannya,

Ya, aku berhasil mengatakannya,

Mengatakan kalimat yang selalu membebani hari-hariku setelah bertemu dengannya. Terkesan singkat tapi,

Aku yakin bahwa perasaan ini adalah perasaan cinta, cintaku pada yui. Aku berhasil membuat Yui terdiam tanpa kata, ku rasa dia kebingungan sekarang.

"Umm.." Yui melepas pegangannya di pundakku dan menunduk begitu juga aku yang membuang wajahku ke arah lain. Aku terlalu takut melihat Yui sekarang.

"Paru, aku.." ia berhenti sejenak. "... maafkan aku.. andai aku tahu perasaanmu sejak awal, mungkim aku-"

"Sudahlah, Yui .. kau tidak perlu meminta maaf, semua salahku. Aku yang terlalu mudah untuk jatuh cinta padamu," aku kembali menoleh pada Yui, kali ini air mataku mulai mengalir cukup deras. Yui melepas kacamata hitamnya, menatapku dengan kedua mata hitamnya.

"Paru," panggilnya. "Aku dan Annin sudah tidak ada hubungan apa-apa, percayalah"

"Walaupun begitu.." aku menarik nafasku, "kau hanya akan mencintai Annin dan menjadikan aku pelarianmu, ya kan?"

Yui kembali terdiam, wajahnya sedikit terkejut. "Siapa yang berkata seperti itu padamu?". Aku menggeleng, "kau tidak perlu tahu ini, Yui. Maafkan aku yang kekanak-kanakan. Mulai besok, aku akan mulai kembali belajar privat bersamamu. Ku harap kita bisa jalani kelas privat ini seperti kelas-kelas lainnya,"

"Paru.."

"Pulanglah. Aku ingin istirahat. Terima kasih," aku bangkit dan meninggalkan Yui dengan isak tangis. Rena dari dapur hanya menghela nafas panjang.

Yui mendesah, ia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Apa yang ia lakukan? Dia jahat. Dia membuat seseorang jatuh cinta karena dia memperlakukan orang itu dengan spesial, dia memang membuat diriku menjadi pelariannya.

"Kau gagal?"

Yui mengangguk pasrah.

"Hah, sudah ku duga" Yui membuang pandangannya.

"Yui,"

Yui mendongak pada teman semasa kecilnya itu. Rena tersenyum, "tidak masalah.. kau bisa mencobanya lain waktu..." Yui mengangguk, menyetujui apa yang dikatakan Rena.

--

Aku memeluk bantalku erat di kasur. Berhasil mengatakan hal itu membantu meringankan perasaanku. Setidaknya, aku bisa sedikit bernafas lega.

Tok tok tok

"Paru, bolehkah aku masuk?"

"Masuklah"

Rena tersenyum lalu menghampiriku. Ia duduk di hadapanku dan memegang lututku, "bagaimana keadaanmu?"

"Buruk" jawabku. Ku eratkan pelukkanku.

"Well, aku tidak ingin mencampuri urusan kalian berdua tapi," Rena menoleh kearahku, "aku tidak bisa melihat kau bersedih, Paru."

Aku hanya menahan tangis,

"Aku tahu kamu menyukainya"

"Ini semua salahku. Jika aku tidak memintanya menjadi guru privatemu, kalian tidak akan mungkin seperti ini.." ia menunduk dan mencoba tersenyum. Aku mendesah lalu memeluk dirinya erat.

"Ini bukan urusanmu," bisikku, "aku baik-baik saja sekarang.."

Rena tersenyum, membalas pelukku. "Jaga dirimu, Paru."

"ya,"

--

keesokkan harinya,

Sepulang sekolah aku menyempatkan diri untuk beristirahat sejenak. Hari ini, aku akan kembali belajar dengan Yui. Rena mengantarku seperti biasa, dia tidak mau melepasku sembarangan, apalagi jarak antara tempat Yui dan aku cukup jauh.

"Kau bisa melakukannya. Ganbatte!"

"ha'i! Ganbarimasu!" Sahutku. Rena mengangguk dan meninggalkan aku, ku ketuk pintu cokelat itu sembari menunggu.

pintu terbuka, "masuklah" ucap si pemilik dengan nada datarnya. Aku mengikuti ucapannya.

"Kali ini belajarny disini saja" katanya. Membiarkan aku duduk di sofa. pembelajaran kami tidak seperti biasanya. Yui lebih banyak diam dan tidak mencoba untuk merayuku.

Sedikit sesal merayap ke benakku namun aku menghiraukannya. Yui mungkin melakukan hal yang benar, toh, aku juga yang memintanya belajar dengan gaya biasa saja, lalu kenapa aku harus cemas dan menyesal?

"Kau lumayan juga," pujinya walau dengan gaya datar. Aku tersenyum tipis.

"Lanjutkan saja," ia kembali menyuruhku mengerjakan soal-soal sementara ia berdiri di depanku dan meregangkan tubuhnya. Ia menoleh ke arahku dan sejenak menunduk,

"Paru," katanya.

"Aku ..."

Aku menoleh, wajahnya terlihat murung walau aku tidak terlalu yakin juga. Dia mencoba tersenyum, "minta maaf .. pasti aku membuatmu sakit hati, ya kan?"

Aku kembali tersenyum tipis, "lupakanlah.. aku kesini untuk belajar"

Yui mengangguk dan meninggalkan aku. Ku tatap kosong buku pelajaran di depanku. Aku ingin sekali menangis, aku ingin sekali berkata bahwa aku sakit, tapi, mulutku terlalu bisu untuk bicara demikian.

Yui,

"Aku .."

--

My private class: 14
End

My Private ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang