2 April 2013
Ctik!Ctik!Ctik!
Dia pasti mau merokok lagi. Kapan dia akan menghentikan kebiasaannya ini?
"HEY!" aku mengambil puntung rokok dari tangannya lalu menginjak-injaknya. Aku juga mengambil pemantik dari saku bajunya. "Apa-apaan ini?!" dengan wajah marah dia bangkit dari duduknya. "Kapan kamu akan berhenti merokok?! Aku sering melihatmu merokok disini! Itu menggangguku!" aku meneriakinya. "Itu bukan urusanmu!" dia balas berteriak.
"Berhentilah merokok" aku menasehatinya. "Lalu aku harus menuruti semua omonganmu itu?!" dia tertawa menyindir. "Iya kamu harus!" aku berteriak lagi. "Atas dasar apa kamu bisa menyuruh-nyuruh aku?!" nada suaranya meninggi. Dia maju ke arahku, membuatku reflek untuk mundur. Dia memeluk pinggangku. "Aku bertanya padamu, jawab dong.." kali ini dia tersenyum licik padaku. Spontan aku mencium bibirnya. "Aku akan menjadi pengganti rokokmu! Besok aku datang lagi!" aku pergi meninggalkannya sendirian di lapangan.
***
3 April 2013
"Wah, kamu beneran datang lagi?" Bobby memberikan tampang tidak yakin padaku. "Aku memegang omonganku sendiri" aku tersenyum padanya lalu mencium bibirnya. "Kau sungguh-sungguh ingin jadi pengganti rokokku?" dia tersenyum geli ke arahku. "Memangnya kenapa? Tidak ada salahnya juga aku menjadi pengganti rokokmu" jawabku cuek. "Bye Bobby! Aku kembali lagi besok!" aku pergi meninggalkannya di lapangan.
Aku sudah memperhatikannya sejak dulu. Entah mengapa mungkin hanya aku yang ingat, tapi aku ingin mengembalikan dirinya seperti dulu.
***
12 April 2013
Aneh tidak sih, seorang gadis yang tak kalian kenal tiba-tiba datang dan mencium bibirmu begitu saja? Padahal yang sudah jadi pacar saja masih tidak yakin untuk menciummu. Memang sih alasannya dia ingin menjadi pengganti rokokku, tapi aku tidak begitu yakin.. Dia sepertinya punya maksud tersendiri di balik ini semua. Ini sudah terjadi satu minggu lebih dan dia benar-benar masih menjaga omongannya waktu itu. Dia setiap hari datang untuk menciumku agar aku tidak merokok lagi. Aku hampir gila memikirkan gadis aneh ini..
***
"Oppa!" aku berlari kecil menuju tempat Bobby. Hari ini dia mencoba untuk merokok lagi. Kurasa aku datang tepat waktu. "Mencoba untuk merokok lagi?!" dengan cepat aku mengambil rokok dan pemantik dari tangannya. Dengan pasrah dia membiarkan kegiatanku menginjak-ijak rokok-rokoknya dan menyimpan pemantiknya.
"Apa sih sebenarnya mau mu itu?" tanya Bobby frustasi. Aku hanya tertawa ke arahnya. "Main basket yuk!" ajakku. "Enggak ah, kamu aja" tolak Bobby. Aku melempar bola basket ke arahnya. Hap! Dengan cepat Bobby menangkapnya. Hening, tak satu pun dari kami yang bicara. "Kenapa gak kembali ke klub?" tanyaku. Dia tidak menjawab pertanyaanku. Dia balik melempar bola itu ke arahku, namun aku tidak cukup cepat untuk menangkapnya. "Hey! Bolanya itu di tangkap jangan cuman dilihatin doang!" Bobby tertawa melihatku terdiam kaku seperti batu.
Aku berlari mengambil bola. Wajahku merona merah. "Oppa, ajari aku main basket!" aku berteriak mendekatinya. "Aku tak perlu kan menghabiskan energi ku untuk gadis yang tidak berbakat?" dia tertawa ke arahku. "Hey! Aku tak sepayah itu!!" aku memukul lengannya. Dia tertawa lalu merebut bola basket dari tanganku. Dia mulai bermain sendiri. Mungkin hanya aku yang ingat..
*flashback on*
Apa gunanya lagi aku hidup? Aku memang pernah membayangkan masa-masa SMA yang indah. Tapi apa gunanya jika sekarang aku benar-benar tersiksa dengan kehidupan SMP ku? Aku tidak tahu lagi harus kemana dan harus melakukan apa lagi untuk meperbaiki semuanya. Aku sudah muak dengan semua ini. Lebih baik aku mati saja. Lagi pula, tak ada seorang pun yang peduli padaku.

KAMU SEDANG MEMBACA
IKON FanFiction
FanficCuman Oneshoot kok gak panjang-panjang~ Coba dibaca dulu aja~ kali baper.. (ups.)