Love Is.. #Bobby

142 11 1
                                        

"Love Is.."

Eunseo POV

Besok adalah hari raya setahun hubunganku dan Jiwon. Anak satu memang menyebalkan apapun yang terjadi. Dengan siapapun, termasuk pacarnya. Dia benar-benar anak nakal yang keras kepala. Entah harus kubilang dia keras kepala atau pendiriannya teguh, tapi intinya dia tak akan mudah goyah.

Kalau kata mereka aku adalah gadis ajaib karena bisa meluluhkan hati Jiwon. Awal hubungan memang terlihat seperti itu kan?

Buktinya sekarang.. apa? Memangnya dia masih terlihat begitu perhatian padaku? Memangnya dia masih mau mendengarkan aku?

..Apa dia bosan dengan hubungan kami? Sungguh!? Andwae..

Aku masih sayang dia.. walaupun dia menyebalkan. Hal itu yang membuatku mencintainya. Dia punya caranya sendiri untuk membuatku merasa spesial. Dan itu hanya dia yang bisa melakukannya.

***

"Besok kita jalan ya.. aku gak mau tau.." rengek Eunseo.

"Tapi.." Jiwon baru saja akan menyela, tapi Eunseo kembali melanjutkan.

"Gak ada tapi-tapian. Kita sudah lama tidak kencan karena alasan-alasan basimu itu. Pokoknya besok kencan. Aku tunggu di cafe biasa, oke?" Eunseo menghentikan langkahnya. 'Kami selalu berpisah di persimpangan ini. Kami juga bertemu disini untuk pertama kali, jadi aku tak mau kami juga akan berpisah disini nantinya..'

"Aku pulang.." Eunseo berbelok. Jiwon menatap punggung gadis itu yang lama-kelamaan hilang dari sudut pandangnya.

"Besok ya?" gumam Jiwon.

***

Eunseo duduk di dekat jendela. Dia memesan secangkir kopi hangat favoritnya dan Jiwon. Diluar salju turun. "Hah.." Eunseo menghela nafas berat. 'Padahal aku ingin kencan natal yang romantis dan menghabiskan tahun baru bersamamu.. tapi bahkan kamu gak ingat ini hari apa?'.

Eunseo termenung sebentar. Sesekali dia menghirup kopinya. Sebentar-sebentar juga dia mengecek ponselnya untuk sekedar membalas pesan masuk atau hanya melihat jam.

Sudah 2 jam sejak Eunseo sampai, tapi keberadaan Jiwon tak kunjung ada. Gadis itu mulai terlihat lelah. Bukan badanya. Tapi hatinya. 'Kalau memang tak suka ngomong.. jangan biarkan aku menunggu selama ini disini..'. Eunseo berusaha menahan tangisnya. 'Mungkin memang seharusnya sampai disini saja..'. Eunseo berjalan pergi keluar cafe. Salju mulai menderas malam itu. Eunseo pergi meninggalkan gelas kopinya yang masih terisi setengah.

***

Jiwon berlari secepat yang dia bisa. Diterobosnya hujan salju yang cukup lebat.

"Permisi.." dia masuk ke dalam cafe itu.

"Maaf kami sudah tutup.." ujar salah seorang pelayang yang sedang merapikan meja-meja.

"Apa tadi ada seorang gadis paruh baya datang ke sini.. dia biasanya duduk di dekat jendela sebelah sana.." Jiwon menunjuk kursi, yang memang benar tadi Eunseo duduk disana. "Dia juga biasanya pesan Cappucinno hangat dengan gula 75%. Apa dia datang?" Jiwon menjelaskan sedetail mungkin.

"Iya, tadi ada seorang gadis memang duduk disna sendirian cukup lama lalu pergi" jawab pelayan itu.

"Ah, terima kasih" Jiwon melesat keluar cafe. Dilihatnya jam ditangannya. 'Sudah pukul 9.. Eunseo.. kamu dimana'. Jiwon menyusuri jalan-jalan yang sudah sepi. Ini malam minggu tapi orang-orang lebih memilih menghangatkan diri di rumah masing-masing.

"Eunseo.. eodiya?" Jiwon berkeliling tempat-tempat yang di sekitar cafe. Dia tak mendapati Eunseo dimanapun. Eunseo tak bisa dihubungi. Bukan tak bisa, tapi tak mau. Wajah Jiwon terlihat pucat. Dia terlihat lelah mencari Eunseo. Pikirannya penuh tetang kekhawatirannya atas Eunseo. Gadis yang sangat dicintainya. Gadis yang dengan hebatnya bisa membuat hati seorang Kim Jiwon luluh. Gadis luar biasa yang sangat dicintainya. Gadis yang membuatnya tau rasa takut kehilangan. Hanya Eunseo yang bisa.

***

Mata Jiwon menangkap sosok seorang gadis. Dia duduk di pinggir jalan sambil bersandar ke dinding di belakangnya. Dia memeluk kedua kakinya erat. Gadis itu terlihat kehilangan begitu banyak harapan. Hatinya begitu sakit. Ingin menangis tapi tak bisa. Rasanya, untuk apa menangis.. keadaan tak akan menjadi lebih baik jika kita menangis. Iyakan?

"Eunseo.." Jiwon sudah bertekuk lutut di depan Eunseo agar sejajar dengan gadis itu. Eunseo mengangkat wajahnya. Wajahnya pucat kedinginan. "Apa yang kamu lakukan di tempat begini? Ini sudah malam.. disini dingin.. ayo pulang.." Jiwon membantu Eunseo berdiri. Gadis itu pasrah tak ber energi. 'Tubuhnya dingin sekali.. aku takut.. apa dia baik-baik saja?'.

"Mianhae.." Jiwon memeluk Eunseo. Seketika tangis Eunseo pecah, itu membuat Jiwon memeluk gadis itu lebih erat. "Uljima.."

"Jiwon bodoh! Jiwon menyebalkan! Aku benci Jiwon! Jiwon jahat!" Eunseo berteriak-teriak sambil memukul Jiwon.

"Kenapa!? Kenapa kamu tega!? Aku benci...!" pukulannya memelan.. suaranya pun menghilang. Hanya sisa isakan yang terdengar.

"Mianhae.." hanya itu yang bisa Jiwon katakan.

"Jangan lakukan ini lagi.. berjanjilah.." 'Gadis ini.. aku tau dia tak bisa marah padaku.. tapi aku merasa tak pantas mendapat cintanya terlalu banyak begini..'.

"Aku janji. Aku janji tak akan begini lagi Eunseo. Aku sungguh-sungguh minta maaf. Kumohon jangan marah.. jangan tinggalkan aku.. Eunseo.. tatap aku" Eunseo mengangkat wajahnya. Tatapan mereka bertemu.

Jiwon melepas kancing jaketnya. Disembunyikannya Eunseo ke dalam jaketnya. "Jangan pergi.." bisik Jiwon. Jiwon pun mempererat pelukannya. "Jangan lupa datang.." balas Eunseo. Keduanya tertawa.

"Sarangahe.." ucap Jiwon. Ditatapnya mata Eunseo penuh arti.

"Nado.." balas Eunseo.

-Fin

"Seseorang bisa membenci tanpa alasan, dan juga bisamencintai tanpa alasan" -49 Days

IKON FanFictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang