Besok ulang tahun pacarku. Aku tidak tahu dia pacarku atau bukan. Status kami memang pacaran. Aku juga mencintainya. Tapi, masalahnya ada di dia. Aku tidak tahu apakah dia mencintaiku juga atau tidak. Dia selalu cuek dan tidak peduli. Memang sih awalnya aku sendiri yang menyatakan perasaanku duluan padanya tapi aku tidak tahu ternyata jadi begini sekarang. Awalnya aku tidak berharap kami akan pacaran. Namun, beberapa hari setelah aku menyatakan perasaanku, Kim Hanbin menmbakku. Setelah itu kami pacaran. Tapi, tetap saja diantara kami seperti tidak terjadi apa-apa. Tidak ada yang terasa begitu spesial. Aku tidak tahu mengapa.
Hanbin punya luka yang cukup dalam di hatinya. Saat itu aku datang untuk menyembuhkan lukanya. Sepertinya tidak berhasil. Dia selalu menutup dirinya dari orang-orang sekitarnya. Saat itu aku datang dan membawanya keluar dari tempatnya yang begitu sepi. Dia menemukan orang-orang yang cock dengannya. Tapi salahku juga.. karena dia juga menemukan seorang gadis. Dia jatuh hati dan luka yang sudah hampir tertutup itu terbuka semakin lebar saja setelah gadis itu meninggalkannya. Semuanya seakan seperti salahku. Aniyo. Memang salahku.
Setelah aku terus dinaungi perasaan bersalah, diam-diam aku mulai menyukainya. Dengan perlahan perasaan cinta tumbuh di dalam hatiku. Tapi.. aku takut suatu hari nanti aku akan menyakitinya lagi. Aku hanya ingin melindungi luka itu agar tidak terbuka semakin lebar. Kalau aku bisa, aku akan menutup luka itu. Aku tahu luka itu akan berbekas, tapi akan lebih baik tertutup tapi berbekas daripada aku membiarkannya terus terbuka. Bin-ah.. Mianhaeyo..
Hanbin menutup pintu hatinya. Tak seorang pun bisa masuk lagi kedalamnya.
***
"Jadi mau beli kue dimana?" tanya sahabatku, Rigi.
"Toko kue yang dekat cafe favoritku saja. Kue-kue disana lucu dan enak. Harganya juga tidak terlalu mahal" Rigi hanya menjawabnya dengan anggukan.
Aku berniat membuat pesta ulang tahun keci-kecilan untuknya. Hanya kejutan kecil dengan sebuah kue cokelat kecil dengan hadiah yang juga sudah kusiapkan. Aku akan memberikannya setelah pulang sekolah besok. Karena kelas kami berbeda akan mudah untuk membuat kejutan ini. Ah! Aku sudah tidak sabar lagi.
"Soomin, kue yang itu lucu deh" tunjuk Rigi.
"Yang mana? Yang biru itu?" Rigi mengangguk.
"Tapi yang warna putih itu terlihat classic. Yang itu aja kali ya.."
"Bagus juga kok! Cocok buat Hanbin" Rigi tersenyum. Akhirnya aku pun membeli kue itu sepaket dengan lilin angka 16 untuk ditiup olehnya nanti!
***
Pagi ini aku mencuri-curi pandang dari depan kelas Hanbin. Karena jam pertamaku hari ini olahraga setidaknya aku bisa lari-lari dan mengintip kelasnya. Aku menyimpan kue yang kubeli kemarin di kulkas yang ada di dapur sekolah. Titip bentar bolehlah... Rencana hari ini pasti berhasil! Harus!
***
Aku dan sahabatku Rigi sibuk mempersiapkan semuanya. Jantungku berdegup begitu cepat. Perutku juga rasanya seperti dikocok. Perasaanku tak karuan. Aku pergi sendirin ke kelas Hanbin untuk mengantar kue dan kado yang sudah aku dan Rigi siapkan. Tapi..
"Saengil chukhahaeyo!" suara seorang gadis menghentikan langkahku. Itu Suhyun, mantan Hanbin. Gadis yang sudah membuat luka di hati Hanbin. Suhyun membuat kejutan bersama teman-temannya. Hanbin terlihat begitu bahagia. Kejutanku tidak seberapa dengan yang buat. Sudahlah, memang percuma saja. Lihatlah wajah bahagia Hanbin. Memangnya dia pernah tertawa seperti itu karena perbuatanku? Ani. Gadis payah sepertiku tak pantas untuknya. Hanya berani memandangnya dari ambang pintu. Apa bagusnya gadis seperti aku?
"Soomin? Kok gak masuk ke dalam?" suara Bobby menyadarkan lamunanku.
"Aah.. ani, aku hanya ingin mengantarkan kue dan kado untuknya saja"
"Kenapa gak kasih sendiri aja ke dia?"
"Gak ah. Nih" aku memberikan kue dan kado yang sedari tadi ku genggam.
"Gomawoyo" aku tersenyum getir. Tanpa sadar aku menitikkan air mata. Bobby kaget melihatku. Namun sebelum Bobby sempat bertanya yang macam-macam, aku berlari pergi tanpa arah.
***
"Bobby! Kok gak masuk?" tanya Hanbin.
"Ini dari siapa?" tanya Hanbin lagi.
"Ini dari pacarmu" Hanbin kaget.
"Dia kemana sekarang? Mau hujan lagi.." Hanbin melihat ke arah langit.
"Sepertinya Soomin berdiri di luar dari tadi. Dia mungkin gak mau masuk karena ada 'itu'" Bobby menunjuk ke arah rombongan Suhyun. Raut wajah Hanbin berubah menjadi panik tidak karuan.
"Sungguh?! Sekarang dia dimana?!" Hanbin memegang kedua pundak Bobby kasar.
"Dia pergi ke arah situ" Bobby menunjukkan arahnya. Hanbin segera berlari secepat mungkin.
"Mianhaeyo Min-ah.." gumamnya.
***
Mianhaeyo Bin-ah. Aku gak bisa menutup luka itu. Tapi mungkin dia bisa. Aku rela kok kalo kamu pergi asalkan kamu bahagia. Aku akan baik-baik saja. Janji! Aku janji.. tapi jangan sekarang perginya.. aku belum bisa relain kamu untuk sekarang. Bin-ah.. Saranghae.. Mianhae..
Air mataku mengalir begitu deras. Kakiku berlari begitu cepat. Entah kenapa, entah kemana.. aku hanya ingin pergi.. aku ingin sendiri sekarang.
***
Mata Hanbin menangkap pacarnya yang sedang berlari menuju jalanan. Hanbin menyadari mobil yang berjalan begitu cepat ke arah Soomin. Hanbin berlari semakin cepat berharap bisa menyelamatkan gadis itu. Tapi terlambat. Semua itu terjadi begitu cepat. Gadis itu terpental cukup jauh dari tempat dia berdiri terakhir kali. Hanbin berlari menuju gadis itu. Darah mengalir deras dari berbagai sudut tubuh gadis itu. Tubuhnya pucat dan lemas tak berdaya. Hanbin menaruh gadis itu dalam dekapannya. Hanbin mendekap gadis itu semakin erat saat dia mendengar erangan dari mulut gadis itu.
"Berahanlah.. kumohon bertahanlah.." Hanbin mengambil telponnya dan menelpon ambulan. Hanbin berbicara sambil terus mendekap gadis itu.
"Gwaenchana.. gwaenchana.." Hanbin terus mengantakan kata-kata itu pada Soomin. Hanbin tak sanggup membendung air mata. Baju seragamnya dipenuhi darah. Tangan dan pipinya juga.
"Min-ah.. bertahanlah kumohon" wajah Hanbin semakin panik saat erangan gadis itu semakin pelan.
"Bin-ah.."
"Gwaenchana.. Min-ah.." Soomin menggelengkan kepalanya.
"Aku akan pergi.. Mianhaeyo.. Saranghaeyo.." Soomin tersenyum.
"Aniyo! Kamu gak boleh pergi.. kamu gak perlu minta maaf! Kamu gak salah! Aku yang salah! Aku yang gak pernah peduliin kamu Soomin! Aku! AKU!" teriak Hanbin disela-sela tangisannya. Soomin hanya tersenyum.
"Jangan pergi... kumohon.. jangan.." tangisan Hanbin semakin menjadi.
"Apa kamu gak mau ucapkan selamat tinggal untukku?"
"GAK! AKU GAK MAU! KAMU GAK BOLEH PERGI! GAK BOLEH!" Hanbin mencium bibir gadis itu sesaat.
"Bertahanlah.. untukku.. kumohon.." tangisan Hanbin sedikit mereda.
"Mian.. Mianhae Bin-ah.. Mian.." Soomin menggelengkan kepalanya.
"Ara.. Min-ah, chal ga.. Mianhae, Saranghae.." Hanbin menecup kening Soomin.
"Bin-ah.. gomawoyo, Saengil chukhahaeyo, saranghae.." sesaat setelah itu,Soomin menghembuskan nafas terkhirnya
-Fin-
Thank You for reading this story!
Choesonghamnida karena ceritanya kurang menarik .-.
Don't forget to vote and comment!!
(Karena setiap votingmu berharga dan memberiku semangat untuk terus berkarya)
-{Author{-
KAMU SEDANG MEMBACA
IKON FanFiction
FanfictionCuman Oneshoot kok gak panjang-panjang~ Coba dibaca dulu aja~ kali baper.. (ups.)