Seorang cowok bertinggi 181 cm berjalan lurus menapaki lantai keramik sekolahnya. Dasinya tidak terpasang terlalu ketat. Seragam putihnya pun mencuat di bagian belakang. Hanya terlihat rapi dari depan.
Dia tidak peduli. Fokusnya kali ini hanya pada layar ponselnya yang menyala. Menampilkan kolom percakapan LINE dengan nama My By tertera di bagian kiri atas.
"Baju lo, nyet!" tarikan di bagian belakang seragamnya menyebabkan Zayn harus menoleh. Mencari oknum pengganggu saat dia akan mengetik kata iya, udah sarap- Zayn meniadakan akhiran -an karna kedatangan Arga, yang sekarang berjalan di sebelah kanannya. Memantulkan bola basketnya sekali lalu ditangkap lagi.
"Tai kepencet!"
"Tainya siapa yang kepencet?"
"Balesan gue buat Gladys. Baru nulis iya, udah sarap-"
"Lah, emang lo beneran udah sarap kan?" Arga nyengir. Tatapan tajam Zayn tidak bisa membuatnya segan. Dia terlalu bosan melihat itu. Lagipula mana bisa Zayn marah padanya. Mereka kan sudah sehati.
Kadang baik Zayn dan Arga merasa jijik sendiri jika mengingat hal itu.
"Sarap soalnya temenan sama lo!" jawab Zayn. Balasan kedua untuk Gladys-pacarnya-telah terkirim. Alasannya, tadi dia diganggu oleh monyet nyasar.
"Baju lo!"
"Iyeee. Ribet lo kaya mak-mak!" Zayn memasukkan sedikit bajunya. Hanya sedikit karna dia malas. Toh tidak ada guru di sekitar lorong kelas sebelas.
"Gue tadi ngobrol sama Risa dong."
"Ada hubungannya sama emak gue nggak?"
"Ada lah-" Arga menjeda jawabannya. Mereka sampai di depan kelas sebelas ipa dua. "-Bunda pasti ikut seneng anak kesayangannya bentar lagi nggak jomblo." Saking dekatnya, Arga sampai memanggil Bundanya Zayn dengan sebutan Bunda juga.
"Anak kesayangan yang dibuang di tong sampah. Abis itu lo digeret sama kucing, sampe ketemu sama bokap-nyokap lo yang sekarang."
"Zayn bego!"
"Arga dongo!"
"Lah, kita sama dong?"
"Seterah lo aja, tong!"
Sepuluh menit setelah Zayn dan Arga menempati bangku mereka, Bu Arni-guru Bahasa Indonesia masuk. Wanita dewasa berumur awal tiga puluhan itu mengambil daftar absen. Kebiasaannya sebelum memulai pembelajaran.
"Abdi Bagaskara?"
"Hadir, Bu."
"Ngapain itu bola lo bawa masuk?" tanya Zayn. Arga duduk di sebelahnya. Di bawah kakinya, bola basket itu tengah menjadi pijakan.
"Abis istirahat kita pelajaran olahraga-" ucap Arga lalu menegak. "-Hadir, Bu." Arga harus menjawab panggilan Bu Arni pada nama lengkapnya. Arga Pratama.
"Nenek-nenek astronot juga tau kalo abis istirahat kelas kita ada pelajaran olahraga."
"Lah, neneknya siapa tuh yang jadi astronot?"
"Gue nanya nya, kenapa itu bola pake lo bawa masuk segala? Mau lo cemilin? Titip di kantin kek."
"Ogah. Bisa dijadiin bakso sama Mpok Eni. Lagian suka-suka gue kali. Nggak ngerepotin nenek moyang lo ini."
"Serah lo- serah."
Nama-nama murid yang dipanggil Bu Arni satu persatu mengacungkan jarinya sambil berucap soal kehadiran mereka. Zayn selalu mendapat giliran terakhir karna namanya berawalan huruf Z. Kadang ini pula yang membuatnya bosan. Di setiap pelajaran atau acara pengambilan rapor dia selalu menjadi satu nama yang tersisa.
Sempat terfikir kenapa Ayah dan Bundanya tidak memberinya nama berawalan A saja. Atau B. Atau C. Setidaknya masih di urutan atas.
"Zayn Zafran Zefrado?"
"Hadir, Bu," jawab Zayn sembari memberikan telunjuk kanannya.
"Nama kamu itu ya, paling susah dibacanya. Aneh-aneh aja," kata Bu Arni. Daftar absen telah ditutup. Kacamatanya dibenarkan karna agak melorot.
"Yekali dah, Bu. Tanya aja sama Ayah Bunda saya-" Zayn menjawab dengan santai. "Eh- tapi ya, kalo saya dikasih nama Paijo kan malah saya nya yang malu, Bu. Jadul. Nggak modern."
"Paijo itu nama Bapak saya!" sambil berkacak pinggang, Bu Arni melotot pada Zayn.
"Demi?? Wah, nama Paijo tuh keren lho, Bu. Udah nggak ada yang ngalahin pokoknya. Pasti ganteng deh," Zayn memberi cengiran lebar. Acungan jempolnya tertuju pada Bu Arni yang geleng-geleng kepala melihat kelakuan muridnya yang satu itu.
Zayn dan kegilaannya.
Zayn dan kekonyolannya.
Jangan pisahkan mereka.
"Muke lo, nyet! Ketek sapi aja kalah deh-"
"Ah, bisa aja sih anus sapi!"
Zayn membelai rambut Arga. Matanya berkedip genit. Arga lalu ijin ke toilet karna tiba-tiba ingin muntah.
⭐⭐⭐
Yeyooo gimana si Zayn kocak gak? ewkwkwk- nanti per partnya bakalan sedikit doang kok isinya, palingan cuma 500-1000 kata aja. Biar ringan kesannya tapi tetep nyampe isi ceritanya.
Semoga kalian suka ya..
Kisskiss 💋
Senin, 18 April 2016

KAMU SEDANG MEMBACA
Zayn and Zena ✔
Jugendliteratur[Teenfict Story] Bagi Zayn, Zena adalah kepingan coklat di atas black forest cakenya, dan bagi Zena, Zayn adalah taburan gula halus di atas donat polosnya. Tanpa keduanya semua terasa hambar.