BAB 2

17.5K 1.5K 28
                                    

"ZAZAAAAA!!"

Suara cempreng kakak perempuan Zayn memenuhi setiap sudut rumah. Di dunia ini hanya ada segelintir orang yang memanggil Zayn dengan nama kecilnya–Zaza. Mereka adalah keluarga dan sahabat kecilnya, Zena.

Sahabat yang sekarang tidak tahu sedang berada di belahan bumi sebelah mana.

"Zaza!!" dari yang tadinya terdengar keras namun berjarak jauh, sekarang suara itu terasa begitu dekat. Telinga Zayn pengang kalau Yosa–kakaknya–sudah berteriak. Padahal dia kan bisa menggunakan volume sewajarnya. Kebiasaan di kampus, karna Yosa adalah ketua senat yang suka memberikan orasi pada teman setingkat ataupun adik tingkatnya. "Is, budek permanen baru tau rasa lo!"

"Kok gue nggak denger suara lo ya, Kak? Udah nggak cempreng lagi?" ucap Zayn berniat memberi ledekan. Gitar yang ada di pangkuannya berpindah ke tepi ranjang. Yosa masuk dan merebahkan tubuhnya di sisi sebelah gitar Zayn. "Pesenan gue?"

"Nih–eits––" perempuan bernama lengkap Yosafa Yasinta Yemima itu menarik kembali plastik putih bercap nama salah satu toko kue terkenal. "––bayar dulu! Baru boleh makan."

"Ntaran aja napa?"

"Alah, sok iye lo! Palingan mau ngutang lagi kan?"

"Ya lagian elo sama adek sendiri perhitungan. Minta ganti Bunda aja gih," berkat usaha dan tenaganya yang lebih keras, juga karna Yosa sebenarnya malas bertengkar dengan adiknya, akhirnya plastik tersebut berpindah tangan.

"Makan malem dulu, Zaza. Baru makan cake," ucap Yosa memperingatkan. Soalnya Zayn pasti akan lupa makan nasi jika sudah bertemu dengan kekasih keduanya–setelah Gladys–yaitu black forest cake. Dari umur lima tahun sampai sekarang hampir tujuh belas tahun, makanan itu tidak pernah absen dari keseharian Zayn.

"Bunda nggak masak."

"Ya emang Bunda nggak masak, yang masak kan Bi Tum."

"Ah, kakak gue udah nggak bego lagi! Senangnya hatiku," santai dan terarah, colekan Zayn bersarang tepat di pipi kiri Yosa.

"Balikin kuenya! Seenak udel lo aja ngatain gue bego."

"Punya cotton bud nggak sih lo, Kak?"

"Adalah, mau minta? Oh iya– lo adek gue terbudek sedunia."

"Lo, anjir!" jawab Zayn. Dos persegi berisi kue kesukaannya sudah terbuka. Satu parutan coklat besar di atas kue tersebut dilahapnya rakus. "Gue kan tadi bilangnya lo udah nggak bego lagi. Ah, lo sih kebanyakan gaul sama Tama."

"Lah, napa bawa-bawa Tama? Pacar gue itu, nyet!"

"Lah, yang bilang Tamtam pacarnya Bi Tum sape?"

"Tama!"

"Tamtam aja udah. Mukanya bloon gitu. Pengen ngakak gue, Kak, kalo liat dia. Mana cupu, kacamatanya tebel. Anjir, kok lo mau sih?"

Yosa meniup kepalan tangannya sebelum meninju pipi Zayn. Menyebabkan tersedaknya kunyahan kue yang belum semestinya terjun bebas ke kerongkongan. Zayn mendelik. Melihat kakaknya dengan marah. Pipinya panas dan satu kali potongan black forestnya tertelan dengan cara yang tidak wajar.

"Apa? Mau lagi? Sini gue beri lo!" balas Yosa geram.

"Biarkan Tuhan yang membalas semuanya, Kak. Aku mah cuma orang teraniaya. Punya kakak cantik tapi kelakuan kaya preman terminal," Zayn mengunyah kuenya dengan memperlihatkan mimik sok sedih. Yosa memutar bola matanya sekali lalu menoyor kepala adik laki-lakinya.

"Sedih amat hidup gue punya adek rese kaya lo!"

"Yang penting kan ganteng, imut dan ngegemesin," jawab Zayn sambil memberikan lambang nike di bawah dagunya menggunakan telunjuk dan ibu jarinya. Alis tebalnya naik-turun. Senyum tiga jarinya terpampang menjijikkan, pasalnya ada bekas coklat menempel di beberapa gigi Zayn.

"Dedek gemes. Tampang lo, kampret!" sahut Yosa sambil menampar muka Zayn. Dia tertawa ngakak setelahnya. "Persis kaya siapa tuh–yang jadi drivernya OK-JEK?"

"Sape dah?"

"Itu lho yang kaya lo mukanya-"

"O–Oh–Ibnu Jamil? Lah iya mayan ganteng."

"Bukan, yang satunya. Yang culun," Yosa berpikir keras untuk menemukan satu nama. "AHA! Dodit Mulyanto! Iya gue inget, kaya lo banget tuh. Hahaha."

Zayn menahan kuenya di dalam pipi sebelah kanan. Matanya memicing menyaksikan Yosa menertawakannya sampai tergelepar seperti ikan terpisah dengan air. Apanya yang lucu? Dasar kakak yang aneh.

"ABANGGG!!"

Satu lagi saudara Zayn yang datang mendekat ke kamarnya. Adik perempuannya yang masih duduk di bangku kelas 4 SD itu menengokkan kepalanya melalui celah pintu. Bandana berhias telinga minnie mouse membuat Winda terlihat lebih menggemaskan.

"Bang Zaza disuruh makan sama Bunda," ucap Winda lalu berlari ke arah Zayn karna melihat apa yang dipegangnya kakaknya itu––atau abang, karna selain Zaza, Zayn juga biasa dipanggil abang di rumah ini. "Winda mau kuenya dong, Bang."

"Adek udah makan nasi belom?" balas Zayn selepas kuenya tertelan.

"Belom. Kenapa?"

"Makan nasi dulu baru boleh makan kue."

"Lagak lo, bor! Kaya lo udah bener aja idupnya," Yosa yang barusaja mengirim balasan LINE untuk Tama menoyor kepala Zayn–lagi.

"Apa sih lo bar-bor-bar-bor, ada Winda. Mau lo Winda ketularan sedeng kaya lo?" ucap Zayn tanpa sengaja merelakan kepingan coklat di atas kuenya dimakan oleh Winda. "Adek itu kan punya Abang. Ah–abis kan coklat atasnya."

"Abisin aja, dek. Abang mah pelit padahal itu aja belom bayar ke kakak kuenya, biarin aja dah mules," Yosa memberi dukungan pada adik bungsunya, Winda Wandira Weriza.

Oke, kalian jadi tau kan kalau ketiga anak di keluarga ini mempunyai nama dengan huruf depan abjad urutan akhir? Hobi barangkali. Suka yang terakhir-terakhir.

"Abang ngutang lagi sama kakak?"

"Apaan mana pernah abang ngutang? Kak Yosa ngarang."

"Alah, males. Udah dek, keluar aja yuk sama kakak," Yosa menggandeng tangan Winda. Belum semenit meninggalkan, kepala Yosa terlihat lagi di pintu kamar Zayn. "Rumah bekas Zena udah ada yang nempatin lagi masa. Tadi gue lewat ada mobil di depannya."

Mendengar nama Zena disebut, Zayn enggan untuk memotong kuenya. Dia menatap Yosa sambil memasang mimik datar. "Pentingnya buat gue?"

"Kali aja keluarganya Zena balik lagi ke rumah itu. Kepoin gih! Katanya kangen."

Kangen? Iya memang, Zayn sangat merindukan Zena. Tiga tahun berpisah dengan cewek mungil itu menyebabkan dunia Zayn berputar terlalu lambat. Satu tahun pertama, hubungan jarak jauh mereka masih terjaga dengan baik. Sayangnya, setelah dia dan Zena memasuki dunia putih abu-abu, komunikasi mereka menjadi renggang. Bahkan hilang sama sekali.

Zayn bersumpah akan menarik rambut panjang Zena kalau suatu saat mereka bertemu lagi.

Eh, itupun kalau Zena masih mempertahankan model rambutnya tersebut.

"Keinget Zeze gue jadi males makan kue lagi. Ck! Yosa sialan."

Zayn meletakkan dos kuenya di atas meja belajar. Mengarah ke depan laptop dan menyetel sebuah lagu yang selama ini merasuk ke jiwanya.

They can imitate you but they can't duplicate you, cause you got something special that makes me wanna taste you ...

⭐⭐⭐

Ah, jadi keterusan bikin ceritanya abang Zayn ahahahaha

Vote and comment yuk genks!

Kisskiss 💋

Selasa, 19 April 2016

Zayn and Zena ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang