BAB 23

8.9K 835 47
                                    

Acara Survival Training akhirnya selesai. Zayn kembali ke perkemahan di hari terakhir, karna bagaimanapun juga dia masih ada tanggung jawab untuk menuntaskan acara itu.

Berbeda dengan Zayn, di hari ketiga Zena justru dibawa pulang terlebih dulu oleh keluarganya, setelah diberi waktu satu malam untuk menjalani rawat inap.

Zayn bersyukur karna Zena bukanlah cewek lemah. Zena cepat memulihkan kondisinya sehingga efek lemas yang Zayn takutkan tidak begitu kentara terlihat. Zena bahkan bersikeras untuk ikut kembali ke perkemahan, dengan alasan ingin mengikuti acara penutupan, namun tentu larangan dari berbagai pihak menutup akses Zena untuk kembali ke tempat itu.

"Zaza pulang," sambil berjalan gontai menuju ruang tengah, Zayn meneriakkan dua kata tersebut.

Suasana rumahnya sepi. Biasanya, entah bunda atau Winda pasti akan menyahutnya. Sore ini yang Zayn dapatkan hanya kekosongan berikut udara bebas yang masuk ke tempatnya berdiri karena jendela belum ditutup––padahal di luar sudah mulai gelap dan pasti bunda akan sangat marah kalau tahu hal ini.

Oh, karena ini Zayn tahu kalau bundanya sedang tidak berada di rumah, makanya keadaan dibiarkan seperti ini.

"Eh, udah balik lo?"

Zayn memutar tubuhnya, mendapati Yosa keluar dari arah dapur sambil membawa sepiring kue yang tanpa harus melihat secara dekat, Zayn tahu kalau itu adalah kue kesukaannya.

Black forest.

"Kan udah di sini ya gue, berarti apa? Udah balik dong," jawab Zayn lalu mendekati kakaknya. Kalian salah jika mengira Zayn akan melepas rindu dengan kakaknya, karena yang terjadi adalah Zayn mengambil potongan coklat besar di atas kue Yosa.

"Kirain jadi linglung lo abis maen di hutan," Yosa meletakkan tubuhnya di atas sofa, diikuti oleh Zayn. "Gimana rasanya kemah di hutan belantara gitu, Za?"

"Biasa aja."

"Ih, kampret, ditanyain mah jawabnya yang bener kali."

"Lah, emang kenyataannya gitu," Zayn kembali mengambil coklat di atas kue Yosa, namun Yosa tidak mengeluarkan protes dalam bentuk apapun. Zayn memelorotkan tubuhnya yang bersandar malas. "Pada kemana sih orang rumah?"

Yosa menelan kuenya sebelum menjawab pertanyaan Zayn. "Ke rumah Zena."

"Ngapain?"

"Nengokin Zena lah, masa mau nyari pokemon."

"Dih, kena virus pokemonlay lo, Kak," ucap Zayn sambil terkekeh pelan.

"Tau doang, cuma nggak ngedownload, lagian kurang kerjaan banget ngejar-ngejar pokemon, mendingan juga ngejar jodoh."

"Sadis omongan lo," Zayn mendorong pipi Yosa. "Sana gih ngejar Kak Arthur."

"Lah, kenapa nyangkut ke Arthur?"

"Kak Arthur kan jodoh lo."

"Idih, yakali. Tama mau gue kemanain?"

"Sumbangin aja ke orang-orang yang membutuhkan."

Yosa mendelik, dengan mulut mengunyah kue, tangannya bekerja untuk menggetok kepala Zayn. "Menurut lo Tama baju bekas apa? Enak aja kalo ngomong."

"Baru nyadar lo kalo Tamtam sama kayak baju bekas?"

"Zaza, gue lakban ya mulut lo!" tangan Yosa maju lagi, kali ini sasarannya adalah mulut Zayn. Dia meremasnya hingga adiknya itu protes dan mencubiti tangannya. "Nggak ada lo tiga hari ini rumah damai lho, sumpah, begitu lo dateng langsung aja panas."

"Alah, nggak ada gue palingan lo kangen kan? Iya kan?" goda Zayn lalu mengusili Yosa, ujung telunjuknya mencoleki dagu Yosa berkali-kali.

"Amit-amit dah."

Zayn and Zena ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang