Multimedia : Sahabat Jadi Cinta–Mike Mohede version
Desau angin menyentuh lembut telinga Zena, menghantarkan kesyahduan yang dimilikinya, menenangkan sekaligus menentramkan.
Langit sore ini nampak biru, gumpalan awan putih berarak dan menyebar ke segala penjuru membentuk keabstrakan yang terlihat indah. Burung-burung mengepakkan sayapnya dalam dawai irama alam yang bersiap menghantarkan mereka kembali ke peraduan. Sama halnya dengan matahari yang bergerak kasat mata meninggalkan posisinya sekarang.
Zena kembali menengok jam tangan warna merahnya. Zayn belum juga datang semenjak sepuluh menit yang lalu dia menduduki bangku besi ini––spot yang menempatkan Zena menghadap langsung pada kolam air mancur di tengah taman.
Tadi siang setelah bersama-sama keluar dari kelas, Zayn berujar sesuatu. Tepatnya dia meminta Zena menemuinya di taman komplek pukul lima sore nanti. Zena langsung mengangguk setuju, karena sesungguhnya berada di dekat Zayn adalah kebahagiaan tersendiri bagi Zena.
Dan disadari atau tidak, perasaan yang Zena miliki untuk Zayn menyangga segala fungsi hatinya secara kokoh––makin kokoh bersamaan dengan pergantian detik. Zena sempat berpikir untuk menanggalkan semua ini, rasanya percuma karna yang dia takutkan, perasaannya hanya bertepuk sebelah tangan. Namun manusia hanya bisa berkehendak, sementara Tuhan terus merenda untaian cerita pada setiap hidup masing-masing umatNya.
"Hayo ngelamun!"
Tubuh Zena bergeser ke sisi kiri, space kosong yang dia sediakan untuk seseorang spesial sudah ditempati secara sempurna.
Zayn telah datang, membawa serta segala daya pikatnya yang mampu menghidupkan semua lampu di ruang hati Zena.
"Lama aja, bisa lumutan Zeze nunggunya. Huh!"
"Maafin ya, Zeze cantik," telapak tangan Zayn hinggap di atas kepala Zena, membelainya perlahan. "Abisnya tadi Zaza nyiapin ini dulu buat Zeze."
"Apa nih?" tanya Zena heran namun tetap menerima kotak makan berwarna pink dari Zayn.
Seketika, sinar kegembiraan keluar dari dua mata Zena. Dua buah donat bertabur gula halus bertengger cantik di dalam kotak tersebut.
"Zaza kan janji mau bikinin Zeze donat lagi, maaf ya baru kesampaian sekarang."
"Ih, kirain Zeze mah Zaza udah lupa soal ini. Ya ampun, ternyata masih inget aja," ucap Zena senang. "Makasih ya Zaza ganteng– eh, tapi masih gantengan Zayn Malik deh ya."
Cubitan yang Zena hadiahkan di pipi Zayn membuat cowok itu tersenyum.
"Dimakan dong, cobain enak nggak."
"Bentar bentar––" satu donat diangkat Zena lalu didekatkan ke mulutnya yang terbuka, gerakannya luwes dalam menggigit lantas mengunyah kue tersebut. Ekspresi seolah sedang menilai diperlihat Zena tepat menghadap pada Zayn. "––em, lumayan lah buat pemula kayak Zaza. Enak kok, lembut, nggak bantat. Pasti usaha keras ya si kakak ini?" Zena menyenggolkan lengannya pada lengan Zayn.
"Ya sampe bikin dapur Bunda kayak kapal pecah aja sih tadi. Hehe."
"Ih, gitu banget masa."
Selanjutnya, waktu berjalan sebagaimana kebiasaannya. Zena melahap donat pemberian Zayn dengan penuh semangat, seperti ada curahan kasih sayang yang Zayn berikan pada setiap gigitan, seperti ini adalah pemberian spesial dari hati Zayn hanya untuk Zena seorang.
Mengamati Zena sebahagia ini melalui cara yang sederhana bisa membuat Zayn merasa puas. Mereka memang benar mengenai kesederhanaan kata bahagia. Zayn telah berpikir keras, merangkai kata demi kata, menyusun kepingan puzzle serta menyempurnakan segala celah di hatinya. Zayn sadar, kalau keistimewaan yang dimiliki Zena tidak boleh dia lewatkan begitu saja.
![](https://img.wattpad.com/cover/69239874-288-k552886.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Zayn and Zena ✔
Novela Juvenil[Teenfict Story] Bagi Zayn, Zena adalah kepingan coklat di atas black forest cakenya, dan bagi Zena, Zayn adalah taburan gula halus di atas donat polosnya. Tanpa keduanya semua terasa hambar.