Multimedia : Rossa–Jangan Hilangkan Dia
Zayn tidak peduli celananya kotor terkena tanah. Zayn tidak peduli dirinya hampir tergelincir––kalau bukan Ben yang bergerak cepat untuk membantunya, korban yang ada tidak hanya Zena. Keadaan justru menjadi lebih buruk kalau sampai itu terjadi.
Yang terpenting bagi Zayn saat ini adalah cepat merengkuh Zena dan mengetahui bagaimana keadaan sahabatnya itu secara pasti.
"Zeze," berhasil, Zayn sudah berjongkok di dekat Zena, dengan cepat Zayn mengangkat tubuh Zena yang nampak lemas lalu mensejajarkan posisi mereka. "Ze, ini Zaza– plis, Zeze bilang kalo Zeze nggak papa."
Tidak ada suara yang keluar dari bibir Zena kecuali rintihan kecil. Matanya terus menatap Zayn.
"Za, gimana dong ini Zena? Buruan kita harus bawa Zena ke kemah, Za," ucap Sovia panik. Dia tidak berani berbuat apapun yang lebih jauh, dia hanya berjongkok di dekat kaki Zena sambil memeganginya.
"Bener, Za. Zena harus segera dikasih pertolongan," Rachel menyahut, sama paniknya dengan Sovia.
"Tunggu," sela Ben. Dia masih berdiri bersama Arga, berusaha menghardik ular besar yang berada di dekat mereka. "Racun di badan Zena harus dikeluarin dulu, kelamaan kalo nunggu kita bawa ke kemah. Yang penting sekarang Zena jangan banyak gerak dulu biar racunnya nggak nyebar ke seluruh aliran darahnya."
Zayn mengangguk paham, dia menenangkan Zena lewat perlakuan yang lembut. Berjuang sebisa mungkin agar Zena nyaman walau tangannya didera rasa sakit. Satu tangan Zena yang lain memeluk dada Zayn sekaligus kepalanya terbenam di sana. Isakan pelan terdengar kemudian, menyebabkan Zayn menumpukan kepalanya di atas kepala Zena sambil terus merapal kalimat penenang.
"Ya tapi gimana, Ben? Kita kan nggak ngerti cara ngeluarin racun ularnya," ujar Sovia.
"Ben tolong, kalo lo ngerti sesuatu, bilang sama gue sekarang juga, gue mesti ngelakuin apa buat nolongin Zena," Zayn bersuara keras, nada kecemasan terekam jelas di sela kata-katanya. Zena nampak semakin lemas di dalam dekapannya, membuat Zayn kacau.
Ben memberi telapak tangannya, memerintahkan Zayn untuk diam sejenak karna langkah pertama yang harus dia ambil adalah menjauhkan ular dari tempat ini.
"Caranya gimana, Ben? Anjay, gue takut beneran sama uler. Gede lho ini," Arga berbisik. Kaki-kakinya sudah gemetar hebat.
Langkah Ben selanjutnya yaitu mencari sebatang kayu, dia bisa memanfaatkan benda itu sebagai alat pengusir. Ben menerapkan ilmu yang pernah dia baca dari sebuah buku mengenai cara mengusir ular. Arga tidak ikut maju, dia memilih diam dan hanya mengamati gerakan Ben.
"Ben awas ih, ati-ati!"
"Ben Ben– ya ampun gue ngeri!"
Cowok berekspresi datar itu lebih memilih bisu dalam ucapan, namun cekatan dalam tindakan. Tidak ada kata yang keluar darinya sampai hanya butuh sekitar sepuluh detik baginya untuk membuat ular di bawah kakinya mengubah arah, perlahan menggeliat ke belakang dan menjauh.
"Sadis, Ben keren!" ucap Arga, lantas dia sadar kalau fokus saat ini hanya tertuju untuk Zena. Arga dan Ben ikut berjongkok mengerubungi Zena yang wajahnya tengah diusap oleh Zayn.
"Boleh gue liat tangan Zena?" tanya Ben. Zayn membimbing tangan Zena agar Ben bisa melihatnya. "Zena digigit ular berbisa, kita harus bertindak cepat."
"Darimana lo tau kalo ini gigitan ular berbisa? Emang ada bedanya sama gigitan ular biasa?" Arga ingin tahu.
"Keliatan dari bentuk gigitannya, ada dua titik di tangan Zena, itu tanda gigitan ular berbisa. Kalo ular biasa bentuk gigitannya kayak huruf U dan nyebar titik-titiknya."
![](https://img.wattpad.com/cover/69239874-288-k552886.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Zayn and Zena ✔
Teen Fiction[Teenfict Story] Bagi Zayn, Zena adalah kepingan coklat di atas black forest cakenya, dan bagi Zena, Zayn adalah taburan gula halus di atas donat polosnya. Tanpa keduanya semua terasa hambar.