V. Keahlian

580 18 3
                                    

Aku paling membenci hal ini, sangat membenci.

Jika aku memikirkan ini, selalu membuat diriku seperti seseorang yang tak seperti yang lain, merasa diriku tak berguna.

Tampil bersama di atas panggung, itu hal yang sangatku inginkan.

Tapi,
Yang bisa kulakukan apa? Bernyanyi? Aku tidak bisa. Bermain musik? Apa lagi.

Aku hanya seseorang yang minat di bidang teknologi, khususnya komputer.

Namun, tidak banyak yang bisa kulakukan.

Jadi untuk apa aku hidup?

Sampai saat ini, aku masih bertanya-tanya.

Setelah 20 tahun aku hidup, aku masih tak mengerti alasanku hidup.

Mengingat hal dulu, membuatku merasa bodoh, terutama saat kamu mengikuti lomba bernyanyi dan kamu berduet.

Kamu berduet dengan adik kelas yang kemampuannya melebihi diriku. Dia sangat baik dalam bidang musik.

Itu membuatku cukup sakit, apalagi saat itu kita sedang dalam suatu hubungan yang sudah serius.

Aku hanya bisa memberi semangat saja pada waktu itu.

*****

"

Rey..." Kata Mirei di tengah perjalanan pulang mereka.

"Ada apa?" Kata Rey penasaran.

"Selama satu minggu kita gak bisa pulang bersama." Kata Mirei dan sontak membuat langkah Rey terhenti.

"Aku akan mengikuti lomba bernyanyi bersama adik kelas. Dan latihannya sepulang sekolah." Sambung Mirei seolah-olah tahu apa yang akan diucapkan oleh Rey.

"Tenry, kau pasti ingat bukan, Rey?" Sambung Mirei kembali.

Dia... Batin Rey sambil menggepalkan kedua tangannya.

"Ya aku masih ingat." Kata Rey dingin.

"Ya sudah, semangat ya." Kata Rey dengan ceria yang sebetulnya hanya dipaksakan.

Lalu Rey melanjutkan langkahnya. Mirei hanya mengikuti dari belakang.

Kehengingan dan kecanggungan menyelimuti semua mereka selama perjalanan.

Akhirnya Mirei sampai di rumahnya.

Hari terus berjalan, selama satu minggu Rey dan Mirei tidak pulang bersama.

Namun, Mirei meminta Rey untuk menjemputnya setelah selesai latihan.

Pemandangan itu... Batin Rey. Selalu setiap Rey menjemput Mirei, dia melihat Tenry dan Mirei sedang bersama.

Kenapa harus dia? Andai saja aku bisa bermain gitar. Batin Rey.

Hatinya penuh dengan pisau yang sedang menyayat-nyayat.

Rey tidak akan memberitahukan Mirei bahwa hatinya tersayat, Rey tidak mau semuanya hancur karena hal sepele.

Lebih baik mengorbankan perasaan, daripada semua yang telah dipersiapkan hancur. Batin Rey.

Mirei terus berlatih, hingga akhirnya hari Minggu tiba dan besok merupakan penampilannya.

***
R: Besok kamu berangkat jam berapa?

You're My ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang