H. I'll Always Love You (Part 1)

91 5 3
                                    

"Apa yang harus kulakukan?" Batin seorang lelaki yang sedang duduk di sudut kamar dengan tangan yang menutup telinganya.

"Apa aku harus melakukannya?" Batin lelaki itu, "Jika aku melakukannya, aku pasti akan membuatnya sedih."

"Apakah dia akan mendapatkan kebahagiaan?" Lelaki itu berpikir keras. Dia sedang berada dalam kondisi yang sulit.

"Aku rela jika membuang kebahagiaanku deminya. Aku ingin dia bahagia." Batin lelaki itu.

Tiba-tiba ponselnya berdering. Ternyata ada pesan masuk. Lelaki itu sangat ketakutan. Sangat takut, bahkan ia tak sanggup berdiri.

Ketakutan telah menyelimuti dirinya, dia seperti terseret menuju tempat sepi dimana hanya dia seorang diri saja.

Lelaki itu tau jika pesan itu dari kekasihnya.

"Apakah aku harus membacanya?" Batin lelaki itu.

Ponselnya kembali berdering. Namun bernada beda. Ada panggilan masuk.

Dengan cepat lelaki itu berdiri menuju meja belajarnya yang letaknya tidak terlalu jauh.

"Halo?" Sapa lelaki itu.

"Apa kamu baik-baik saja, Eyza?" Tanya seorang gadis.

"Aku baik-baik saja kok, Mir. Oh ya ngomong-ngomong ada apa meneleponku?" Tanya lelaki itu.

"Aku takut kamu kenapa-kenapa, karena kamu lama membalas pesanku. Kamu membuatku khawatir." Kata gadis itu.

"Maafkan membuat kamu khawatir lagi. Aku tadi sedang tidak fokus, jadi ya aku tidak tau jika ada pesan masuk." Kata Reyza menjelaskan.

"Hmm, ya sudah kalau kamu baik-baik saja. Aku hanya takut saja ada sesuatu terjadi sama dirimu." Kata Mirei. "Kalau begitu, sampai jumpa."

"Maaf ya aku membuatmu khawatir. Iya, sampai jumpa juga." Kata Reyza lalu mengakhiri panggilan itu.

"Untuk kesekian kalinya, aku membuatnya khawatir lagi." Batin Reyza.

Pikirannya mulai tidak karuan, pandangannya mulai buram.

"Kenapa semua menjadi buram?" Batin Rey. "Argh... kepalaku pu..." Rey akhirnya terjatuh.

*****

Setelah cukup lama pingsan, akhirnya Rey sadarkan diri. Dia mulai mengerjapkan matanya, pandangannya masih buram.

"Argh... silau..." Batin Rey. "I...I...Ibu? dan Mi...Mi...Mirei?" Batinnya bertanya-tanya.

"Sepertinya Rey sudah sadar, Tan." Kata Mirei dengan gembira.

"Rey? Bagaimana perasaanmu sekarang?" Tanya Ibu Rey.

"Apa yang terjadi, Bu?" Tanya Rey.

"Kamu pingsan, Sayang." Jawab Ibu Rey. "Jika bukan karena Mirei, Ibu mungkin tidak akan tau jika kamu pingsan."

"Aku menelepon Ibumu, Rey." Kata Mirei membantu menjelaskan. "Aku khawatir terjadi sesuatu padamu. Kamu kembali lama membalas pesanku. Aku kembali khawatir."

"Dia meneleponmu dengan cemas, Rey." Kata Ibu Rey. "Dengan segera Ibu menuju kamarmu dan melihatmu terjatuh di lantai."

Tiba-tiba terdengar seseorang berjalan ke kamar Rey.

"Apa Rey sudah bangun?" Kata seorang pria memasuki kamar Rey, ternyata itu Ayah Rey.

"Sudah, Yah. Dia sudah sadar." Kata Ibu Rey menjelaskan.

"Baru beberapa menit yang lalu, Om." Kata Mirei.

"Baguslah kalau begitu." Kata Ayah Rey lalu kembali ke ruang kerjanya.

You're My ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang