Chapter ini beda cerita ya~
Dari kejauhan, terlihat pasangan yang sedang bertengkar.
Rey dan Mirei, ya itu mereka.
Mereka sedang bertengkar karena masalah kecil yang menjadi besar karena keegoisan mereka.
Rey berusaha mengontrol emosinya, Rey tau bahwa setiap pertengkaran tidak akan selesai jika tidak diselesaikan dengan kepala dingin.
Tenang Rey, tenang. Batin Rey.
Hanya gara-gara sebuah masalah kecil saja, semua menjadi besar.
Entah siapa yang membesarkan api kecil itu... namun sekarang, api itu telah membesar dan membakar pikiran mereka.
Mereka bertengkar tanpa memikirkan moment-moment mereka bersama. Sepertinya itu juga telah terbakar.
Setelah cukup lama bertengkar, kesabaran Rey menipis dan akhirnya,
"Daripada kita bertengkar terus, mendingan kita putus!" Kata Rey dengan nada emosi.
"Baiklah, kalau itu maumu!" Balas Mirei dengan emosi juga.
Lalu Mirei mendorong Rey dan pergi berlari entah kemana.
Setelah cukup lama di tinggalkan Mirei, Rey tersadar akan kata-kata yang diucapkannya.
Rey lalu segera berlari mengejar Mirei.
"MIREI!!!" Teriak Rey dari kejauhan.
Mirei menoleh ke arah suara itu dan terhenti sebentar.
"Tunggu Mirei!" Teriak Rey yang masih berlari.
Setelah jalan raya kosong, Mirei melangkahkan kakinya menyebrangi jalan raya.
Rey mempercepat larinya ketika Rey melihat sebuah mobil berkecepatan tinggi melaju seperti ingin menabrak Mirei.
"Mirei awas!" Teriak Rey sambil mendorong Mirei ke sisi jalan.
Brukk...
Rey tertabrak dan cukup terpental jauh.
Orang yang mengendarai mobil itu sudah mencoba untuk menghentikan mobilnya. Namun, orang itu tidak kabur.
Mirei segera menghampiri Rey dan menangis dengan keras.
"REY!!"
"REY!! BANGUN REY!!"
Mirei terus berteriak-teriak sambil menangis.
Dan orang yang mengendarai mobil itu segera menghampiri mereka berdua.
"Dek, biar saya membawa temanmu ke rumah sakit dan juga kamu ikut karena tanganmu tergores, dan hubungi orang tua dia." Kata pria itu.
Lalu pria itu menggendong Rey dan memasukkannya ke dalam mobilnya.
Setelah itu, pria itu segera memacu mobilnya menuju rumah sakit.
Di dalam mobil, Mirei menelepon orang tua Rey.
"Halo?" Kata Mirei dengan sedikit menangis.
"Ada apa Mirei?" Kata Ibu Rey.
"Tan, Rey kecelakaan." Kata Mirei lalu menangis kembali.
"Sekarang Rey dimana?!" Kata Ibu Rey.
"Dia sedang perjalanan menuju rumah sakit, Tan. Tante dan Om segera lah menuju rumah sakit." Kata Mirei.
"Makasih infonya ya Mirei, kami akan segera kesana."
Tut... tut... tut...
Telepon akhirnya terputus dan mereka melanjutkan perjalanan menuju rumah sakit.
Setelah sampai Rey segera digotong menuju UGD.
"Dok tolong segera melakukan pertolongan, anak ini telah cukup banyak kehabisan darah." Kata pria itu.
"Baiklah, silahkan mengurusi administrasi." Kata salah satu petugas.
"Dek, ayo kita ke administrasi." Kata pria itu kepada Mirei.
Akhirnya mereka menuju administrasi dan meninggalkan Rey di ruang UGD.
Ketika sedang mengisi data,
"Mirei!" Teriak seorang ibu, dan ternyata itu Ibu Rey dan bersama Ayah Rey.
"Om, Tante." Kata Mirei menghampiri mereka berdua dan memeluk mereka lalu menangis.
"Dimana Rey?" Tanya Ayah Rey.
"Di ruang UGD, Pak." Kata pria yang menabrak Rey.
Lalu pria itu memperkenalkan diri dan bersedia menanggung semua biaya.
Akhirnya urusan administrasi selesai, lalu mereka semua menunggu Rey di depan ruang UGD.
Setelah cukup lama menunggu, dokter keluar dari ruang UGD.
"Tim kami sudah berusaha semampunya, namun, Tuhan mempunyai rencana lain." Kata dokter itu.
"Rey... Rey... meninggal, dok?!" Kata Ibu Rey kaget.
Akhirnya Ibu Rey dan Mirei menangis.
"Bu, sudahlah tak perlu menangisi Rey. Dia tidak akan kembali lagi." Kata Ayah Rey menenangkan Ibu Rey.
"Mirei kamu yang sabar ya." Sambung Ayah Rey.
"Pak, saya minta maaf yang sebesar-besarnya, saya akan menanggung biaya pemakamannya." Kata pria itu.
"Ini memang sudah rencana Tuhan, jadi tak perlu menyesal." Kata Ayah Rey dengan tenang.
Akhirnya Rey segera di bawa ke rumah duka.
Setelah 3 hari, Rey akhirnya dikuburkan. Semua teman Rey ikut mengantarkan Rey menuju tempat terakhir.
"Rey!! Kenapa kamu harus meninggalkanku?" Kata Mirei.
"Mirei, sudahlah jangan menangis terus. Biarkan Rey tenang di sana." Kata Ibu Mirei.
Akhirnya pemakaman Rey selesai. Seluruh teman Rey menyalami orang tua Rey.
Ketika dalam perjalanan pulang, Mirei merasa kehangatan. Seperti ada yang memeluk dirinya.
"Mirei, jangan menangis. Aku akan melihatmu dari atas sana." Suara samar-samar seperti suara Rey.
Akhirnya Mirei pulang dan menjalani hari dengan kehangatan dari Rey.
***
Yoo semua aloo.Cerita ini kek khusus dibuat jadi sebernernya Rey tidak mati. Di chapter lain Rey gak mati yaa~
Jangan lupa vomments ya~
Oh ya yang baca cerita "You And Me" minggu ini gak rilis ya chapter 3. Gomen semua~
- 22 April 2016 -
- RL -
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Reason
Poetry"Kamu... Adalah alasan dibalik semuannya. Kamu menjadi alasan untuk aku selalu hidup. Aku sampai tidak mengerti kenapa kamu ditakdirkan untuk bersamaku. You'll Always be My Reason" Cerita singkat mengenai kehidupan sepasang kekasih. Ditulis dalam be...