(Miya POV)
"JANGAN TINGGALKAN AKU!!" Teriakku."Miya, bangun." Kata Ibu Miya membangunkan Miya.
Dan mataku langsung terbuka, aku melihat Ibu sedang membangunkanku.
"Kamu kenapa, Sayang?" Tanya Ibuku.
"Ibu, aku bermimpi jika dia akan pergi." Jawabku.
Dan tak terasa, air mata keluar dari mataku. Dan akupun menangis.
Ibuku mencoba menenangkanku tapi yang ada aku semakin keras menangis. Ayahku lalu datang dan bertanya mengapa aku menangis. Ibuku lalu menjelaskan.
Mendengar itu aku semakin menangis dan jatuh lebih dalam ke mimpi buruk yang bisa saja terjadi.
Dan akhirnya ayah dan ibuku kembali menenangkan diriku. Setelah sekian lama menenangkanku, akhirnya air matapun berhenti keluar.
"Miya, tidurlah kembali hari masih gelap." Kata Ibu
Akupun menuruti apa yang Ibu perintahkan dan merekapun meninggalkan kamarku.
***
"Sayang, bangun."
"Uh, cahaya apa ini? Terang sekali." Batinku.
"Miya, bangun Sayang."
Akupun terbangun dari tidurku. Aku meregangkan badanku dan duduk di tepi tempat tidur.
"Pagi, Bu."
"Pagi juga, Miya." Kata Ibuku sambil mengecup keningku.
Aku lalu berjalan menuju dapur untuk membasuh mukaku. Setelah itu aku mengambil gelas dan mengucurkan air dari dispenser yang letaknya tidak jauh.
Aku lalu kembali ke kamarku dan mengambil ponselku.
"Tidak biasanya dia tidak mengirim pesan." Batinku.
"Mungkin aku coba menelponnya saja." Batinku.
"Maaf, nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif. Silahkan menghubungi beberapa saat lagi."
"Kemana dia? Dan mengapa nomornya tidak aktif."
"Akan ku coba kembali."
"Maaf, nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif. Silahkan menghubungi beberapa saat lagi."
"Hmm mungkin ponselnya memang tidak aktif."
***
(Author POV)Di sisi lain, Rey terbaring lemah di tempat tidur.
Dokter memvonis jika Rey tidak lama lagi. Mendengar itu, kedua orangtuanya sedih, terutama Ibu Rey.
Selain sedang lemah, Rey terkena koma. Pada saat kemarin dia terlalu memaksakan dirinya dan lupa pesan dokter.
Waktu terus berlalu. Sejak Rey pulang, diapun masih belum membuka matanya. Alat pendeteksi detak jantungpun menunjukkan angka yang kritis. Detak jantungnya sungguh lemah.
Langit biru berubah menjadi jingga menunjukkan matahari akan berganti bulan.
Detak jantung Rey semakin melemah. Dan bibirnya semakin pucat. Kedua orangtuanya khawatir.
***
Haripun berganti. Semua siswapun masuk sekolah setelah menikmati dua hari liburan karena diadakan festival.
Seorang gadis berjalan dengan penuh semangat, berharap jika sang kekasih hari ini masuk dan menjalani hari bersama kembali.
Namun saat berada di depan pintu, dia melihat pemandangan yang tidak ingin dia lihat.
Mejanya dipenuhi bunga-bunga dan semua teman sekelas Rey bersedih.
Melihat itu semua, Miya kembali teringat akan mimpi buruknya. Rey pergi... pergi meninggalkan dunia ini...
Dan Miya menangis, dia tidak mampu untuk menenangkan dan mengontrol dirinya.
Sahabat Miya mendekatinya dan mencoba untuk menenangkannya.
Dan akhirnya Miya pingsan.
*****
Holaa Readers~Kembali lagi sama author yang abal :3.
Part 6 rilis jugaa~
Yang baca mana suarany~ kok gak muncul mulu, jangan lupaa vote dan juga dicomment.
Sekian author note, tunggulah part terakhir~
- 13 Agustus 2016 -
- RL -
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Reason
Poetry"Kamu... Adalah alasan dibalik semuannya. Kamu menjadi alasan untuk aku selalu hidup. Aku sampai tidak mengerti kenapa kamu ditakdirkan untuk bersamaku. You'll Always be My Reason" Cerita singkat mengenai kehidupan sepasang kekasih. Ditulis dalam be...