"Timmy, aku ingin bertanya padamu.."
Timmy menatapku, ia mengumbar senyum manis, entah mengapa ia selalu saja terlihat bahagia setiap kali aku melihatnya.
"Setiap malam aku melihat lampu - lampu kecil berterbangan di sekitarku, memangnya itu apa?"
Ia tertawa, mungkinkah pertanyaanku lucu baginya?
"Itu namanya kunang - kunang."
"Oh.. jadi lampu - lampu kecil itu namanya kunang - kunang."
"Hahaha, tentu saja bukan. Kunang - kunang adalah nama makhluk hidup yang bisa mengeluarkan cahaya."
Aku tetap tidak mengerti, kufikir yang namanya makhluk hidup hanya ada dua, yakni tumbuhan dan manusia, rupanya ada juga yang hidup selain kita berdua.
"Mereka disebut hewan atau binatang, mereka juga tidak hanya memiliki satu jenis hewan melainkan ribuan, sama seperti bunga."
"Jadi, mereka sama seperti kita, hanya saja berbeda?"
"Iya."
Tetapi aku tetap tidak mengerti, apakah yang namanya hewan itu sama - sama makhluk hidup sama seperti kita atau mungkin yang lain.
"Apakah hewan bisa berbicara juga?"
"Tidak, mereka hanyalah makhluk hidup yang bisa bersuara tapi tidak bisa bicara, tetapi mereka memiliki otak untuk menangkap dan mengerti setidaknya sedikit yang dikatakan oleh sesama hewan atau manusia."
Sudah kuduga, sampai kapanpun aku memanglah berbeda dengan Timmy, aku hanyalah tumbuhan kecil tidak berguna.
"Apakah itu yang namanya hidup? Lalu kehidupan itu apa?"
"Kehidupan adalah dimana seseorang ingin mencapai apapun yang ia mau, harapan, perasaan dan mencari apapun serta meraih apapun."
"Lalu harapan itu apa?"
Timmy mendengus, sepertinya aku terlalu banyak tanya, tetapi ia tidak pernah marah padaku dan justru memakluminya.
"Harapan adalah, sesuatu yang amat kita inginkan sehingga kita selalu ingin berusaha untuk mendapatkannya atau mencapainya."
Rupanya sesuatu yang bernamakan 'harapan' adalah sesuatu yang amat luar biasa maknanya, rupanya harapan adalah sesuatu yang amat diperlukan oleh semua makhluk hidup.
"Kalau begitu.. bolehkah aku berharap sesuatu?"
"Tentu saja boleh! Aku juga memiliki harapanku sendiri. Memangnya kau mengarapkan apa?"
"Entahlah.. aku tidak tau."
Baguslah jika aku boleh berharap sama seperti Timmy, jika aku boleh berharap sesuatu, maka aku sangat ingin, bisa selalu didekat Timmy hingga akhir dari hidupku.
****
"Ahjussi.."
Yoongi amat tercengang melihat Ayah Jihyun berada disana bersama waria lainnya dengan berdandan ala waria.
"Yoongi, apa yang kau lakukan disini?"
Ia mendekat, berjalan mendekati Yoongi dengan raut wajah bingung.
"Bu-bukan apa - apa, aku hanya sedang jalan - jalan."
Yoongi tidak tau harus berkata apa, ia bahkan tidak ingin percaya bahwa pekerjaan Ayah Jihyun jika siang menjadi kuli pikul barang dan jika malam akan menjadi seorang waria.
Yoongi tidak mau percaya semua itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Winter Rose
Fanfiction"Kim Jihyun, aku menyukaimu__ ah, tidak, aku mencintaimu, bolehkah?" Kim Jihyun sangat bodoh karena begitu menyukai Jungkook. Dan Jungkook begitu bodoh karena tidak menyadari perasaan Jihyun. "Apakah aku berhak untuk bahagia bersamanya?" Namun Jungk...