Ia bersandar padaku, memejamkan matanya pada pelukanku, ia benar - benar membuatku takut dan khawatir.
"Ayo kita kembali Jihyun-ah, salju tidak akan turun.."
Ia menggeleng, tetap menolak dan malah mencoba bangun dari pelukanku, tentu aku tidak melepaskannya.
Aku bisa melihat sinar matanya yang melemah.
Perlahan aku merasakan tubuhnya melemah, ia terlihat kelelahan dan kedinginan, aku semakin mengeratkan pelukanku.
Ia nyaris jatuh, buru - buru aku memeganginya sekuat mungkin agar ia tidak jatuh, kusandarkan kepalanya pada diriku.
"Jihyun-ah.. Ayo kita masuk." ajakku
Ia menggeleng lemah, terus bersandar padaku, aku tidak tau apa yang harus kulakukan, aku ingin berdiri dan membawanya pergi tetapi ia tidak mau pergi.
"Kookie, apa kau membenci salju?" ia bertanya padaku
Aku menatapnya, ia tersenyum meskipun tidak tepat kearahku.
Aku teringat akan pertemuanku dengannya ketika berumur lima tahun, saat itu salju turun dengan sangat indah."Tidak." jawabku
Matanya meredup dan semakin meredup
"Kookie, apa salju sudah turun?"Aku merasa kedua mataku memanas, air mata memenuhi kedua kelopak mataku, rasanya aku tidak akan mampu melihatnya seperti ini.
"Iya." jawabku bohong
Aku menatap langit, mengapa salju tidak turun juga.
"Apa saljunya indah?" tanyanya lagi
"Iya. Sangat indah.."
Ia terlihat bahagia dan aku tidak dapat menutupi kesedihanku, bagaimana mungkin ia bisa menjadi seperti ini.
Aku tau salju takkan turun dan ia tau salju takkan turun, mungkin saja ia merasa aku membohonginya tapi aku tidak peduli.
"Kookie, apa kau menyesal sudah bertemu denganku?" tanyanya lagi
"Tentu saja tidak.. hal yang paling membahagiakan dalam hidupku adalah bisa bertemu denganmu, Jihyun-ah."
Nafasnya berhembus menerpa wajahku, mungkin ia tidak akan pernah tau seberapa jarak wajahnya dengan wajahku saat ini.
"Aku juga bahagia bisa bertemu denganmu."
Kata - kata itu setidaknya menghiburku, membuatku merasa lebih baik dan bahagia, tetapi aku sadar bahwa bukan ini kebahagiaan yang kuinginkan.
"Kookie.. aku sangat lelah, bolehkah aku beristirahat."
Aku menatapnya, ia memejamkan mata dengan kepalanya yang masih bersandar di pundakku, wajahnya terlihat tenang walaupun sedikit aneh.
Lagi - lagi aku melihat langit, mengapa langit begitu kejam, dia bahkan tidak menurunkan satu tetes salju untuk membuat Jihyun bahagia.
Kurasakan kepala itu hampir terjatuh, aku memegang kepala itu dengan pelan aku kembali menyandarkannya di dadaku.
Aku menatap lurus ke depan, kulihat Yoongi hyung menatapku dari kejauhan dan aku tidak peduli.Tiba - tiba salju turun, salju benar - benar turun, perlahan aku memejamkan mataku.
"Jihyun-ah.. buka matamu. Salju sudah turun, dia benar - benar turun Jihyun-ah. Kau harus melihatnya.." ucapku pelan dengan mata tertutup
Dia tidak bicara dan tidak menjawabku.
"Jihyun-ah, apa kau tidak mendengarku?"
Aku membuka mata, tapi aku tidak berani melihat kearahnya.
Entah kenapa air mata keluar lagi tanpa kumengerti.
Tanganku semakin erat memegang tangannya yang dingin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Winter Rose
Fanfiction"Kim Jihyun, aku menyukaimu__ ah, tidak, aku mencintaimu, bolehkah?" Kim Jihyun sangat bodoh karena begitu menyukai Jungkook. Dan Jungkook begitu bodoh karena tidak menyadari perasaan Jihyun. "Apakah aku berhak untuk bahagia bersamanya?" Namun Jungk...