[5] Hujan

8K 1K 13
                                    

Seorang Gadis dengan pakaian lusuh yang melekat erat ditubuhnya itu masih tetap setia disana, dibawah tiang merah putih dengan sikap hormat sempurna.

Namun itu semua tidak bertahan lama saat Ia rasa keseimbangan tubuhnya mulai goyah, Prilly merasa seolah melayang dan..

"Kenapa mesti dipaksain sok kuat segala sih?" tutur seorang pemuda yang kini tengah menjadi tumpuan bagi tubuh Prilly.

Ya, saat keseimbangan Prilly mulai goyah terdapat sepasang tangan milik seorang pemuda yang entah bagaimana terulur untuk menopang tubuh Prilly.

Untuk beberapa saat, Prilly terdiam.

Tidak berkata apapun.

Tidak menjawab apapun.

Gadis itu hanya membisu seraya menatap lekat sepasang mata elang milik seorang pemuda yang kini hanya berjarak beberapa cm saja dari wajahnya.

Prilly akui, ada secercah kehangatan yang Prilly rasa membalut tubuhnya melalui sepasang tangan kekar milik pemuda didepannya ini.

Kehangatan yang dulu pernah Prilly dapatkan secara cuma cuma, kini nyata Ia rasakan.

"Prill?" Teguran Ali mampu membuat Prilly sedikit terkesiap, Gadis itu berusaha bangkit dari pelukan Ali.

Gagal.

Tubuh Prilly terasa benar benar tak berdaya untuk saat ini, hingga Ali mampu dengan mudahnya menuntun Gadis itu untuk sedikit berteduh di dekat cafetaria.

"Dingin ya?"

"Dikit."

Ali sedikit menyunggikan senyum pada Gadis disampingnya itu, bagaimana bisa Gadis itu mengatakan bahwa Ia hanya merasa 'sedikit' kedinginan, padahal jelas terlihat bahwa saat ini Ia tengah menggigil.

"Kayaknya bakal makin dingin kalau tetep disini, hujannya deres soalnya. Mending langsung pulang aja, ntar Lo sakit lagi." Sepersekian detik setelah Ali mengatupkan mulutnya, Ia segera menuntun tubuh Prilly untuk berjalan kearah mobilnya.

Setelah membawa Prilly masuk kedalam mobil, Ia lantas segera mencari pakaian cadangan yang selalu Ia simpan di jok belakang, dengan alasan untuk berjaga-jaga. Setelah menemukan apa yang telah Ali cari, Ia segera memakaikannya pada tubuh Prilly yang telah menggigil hebat disamping jok kemudi, "Pakai ini dulu, Prill." sebelum pada akhirnya Ia kembali kearah kemudi.

*****

Pagi ini, semuanya kembali seperti hari kemarin. Pasalnya ketika Prilly membuka kelopak matanya, Ia menyadari bahwa kini Ia berada ditempat yang sama dengan kemarin saat Ia terbangun. Tempat asing yang Prilly sendiri tidak tahu siapa pemiliknya.

"Udah bangun?" Sumber suara yang berasal dari ambang pintu, mampu membuat Prilly menoleh cepat dan mendapati sosok, "Lo?!" Pekik Prilly kencang ketika mendapati Ali yang kini berjalan kearahnya.

"Kenapa? Kaget? Terimakasih kek, nggaktahu terimakasih banget." Bukannya berterimakasih, Gadis ini justru diam dan bungkam.

Dan baru tersadar ketika tangan Ali hendak menyentuh keningnya, "EH? Lo mau ngapain?" Prilly kembali memekik dengan diikuti gerakan tubuh mundur menjauhi Ali.

"Gue cuma mau ngecek suhu badan Lo aja. Semalem Lo itu demam tinggi, nyusahin emang." Balas Ali seraya tetap memaksakan tangan kanannya untuk menyentuh kening Prilly, "Udah mendingan sih, tapi Lo nggak usah masuk dulu. Ntar tambah nyusahin Gue lagi kalo Lo kenapa-napa."

"Gue mau ke kampus dulu. Kalo Lo mau mandi, mandi aja. Sementara ini, Lo bisa pake baju Kiara yang ada dikamar sebelah.'' Lanjut Ali yang kemudian langsung dibalas anggukan paham oleh Prilly.

Namun tak berselang lama, dengan raut wajah yang sedikit cemas, Gadis itu dengan cekatan membuka selimut tebal yang kini membalut tubuhnya dan menyadari bahwa saat ini Ia tengah menggunakan pakaian yang berbeda dari kemaren, "AAAAAAAA!"

Teriakan kencang begitu menggema ketika Prilly berteriak histeris, "Baju Gue kok beda? Lo yang nggantiin baju Gue ya? Kurang ajar! Senior Mesum!"

Ali tertawa hebat seiring dengan makian dan pukulan kecil yang tertuju kearahnya, "Ngaco Lo, nggak napsu Gue sama Lo."

"Terus, siapa yang ngegantiin baju Gue?" ujar Prilly dengan suara pelan, setidaknya Ia cukup tenang mendengar jawaban Ali sepersekian detik lalu.

"Pembantu Gue."

"Yaudah Gue cabut dulu, keburu macet. Makanan udah siap, habis makan obat Lo diminum." Ali kembali melanjutkan kalimatnya sebelum pada akhirnya Ia berjalan keluar dari sana. Membiarkan Prilly, yang diam-diam menarik kedua ujung bibirnya, tersenyum.

"Thanks, Ali."



PERFECT SCANDALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang