[9] Tinggal lebih lama

7.9K 1K 42
                                    

Minggu ini segalanya tampak berbeda bagi Ali. Biasanya, Ia akan tersenyum bahagia menyambut kedatangan hari itu. Karena hanya pada hari Minggulah Ali dapat menghabiskan segala pergantian waktu bersama dengan gadis yang Ia sayangi, Kiara. Entah untuk movie maraton bersama, bermain timezone, menjelajah kuliner, atau melakukan kegiatan apa saja, asalkan bersama Kiara. Ia mau, dengan senang hati.

Namun sayangnya, semua itu tidak berlaku untuk hari.

Kiara masih berada di Solo, itu artinya Gadis itu tidak ada disini. Dan tidak adanya Kiara, seolah mampu mengubah Minggu Ali yang secerah mentari menjadi segelap kelamnya malam.

Jadi, sepenting itukah Kiara?

"Baru dua hari Lo disolo, tapi rasanya udah kayak dua dekade, Ra." lirih Ali yang kini tersenyum kecut memandangi wajah cantik Kiara yang Ia simpan didalam dompetnya.

Dan kini, Ali akui bahwa satu-satunya hal yang mampu memperlambat waktu adalah rindu. Perasaan yang memaksa untuk bertemu.

"Adek Lo cantik." Ujar seseorang yang Ali yakini berasal dari belakang tubuhnya. Dan bisa Ia tebak, bahwa pemilik dari suara itu adalah Priilly. Karena tidak mungkin bukan bila itu adalah suara dari pembantu Ali, Bi Irah.

"Lebih tepatnya, cantik banget." Ali akui, Kiara memang merupakan sosok gadis yang begitu cantik.

"Duduk sini, Pril." Lanjut Ali seraya tersenyum kearah Prilly. Gadis itu mengangguk kecil, lalu mengikuti perintah Ali. Ia duduk disamping pemuda itu, sambil memandangi air kolam renang yang perlahan bergerak karena tertiup angin. Sama persis, seperti apa yang kini tengah Ali lakukan.

"Namanya Kiara, kan?" Tanya Prilly, memecah keheningan.

Ali menoleh, memperhatikan Prilly yang saat ini tengah duduk tepat disampingnya.

"Tau dari mana, Lo?"

"Ah kepo banget, Lo." Balas Prilly diikuti dengan juluran lidah yang Ia tujukan kearah Ali.

"Oh nggak papa kalo Lo nggak mau ngasi tau, tapi.." Ali sedikit mencondongkan tubuhnya mendekat kearah Prilly seraya membiarkan ucapannya tetap tertahan, sehingga dari jarak sedekat ini Ali bisa melihat dengan jelas bagaimana penasarannya wajah Prilly menunggu kelanjutan kalimat Ali.

"RASAIN INI!" Teriak Ali yang dibarengi dengan aksinya menggelitiki tubuh Prilly.

"Ud..dah, Li.."

"Amp..pun.."

"Ali, sialan.. udah.."

"Ge-geli, Li.."

Gadis itu terus meronta, seraya mengucap ampun berulangkali. Namun, Ali masih saja melanjutkan aksinya. Entahlah, namun saat ini Prilly tampak begitu lucu dimata Ali.

"Kasih tau Gue dulu, ntar baru Gue stop." Ucap Ali santai, namun langsung dibalas anggukan mantab oleh Prilly. Sepertinya, Gadis itu sudah tidak tahan berada dibawah gelitikan Ali. Terasa sangat tersiksa, mungkin.

"I-iya d-eh.."

Tak berselanglama, Ali mulai memberhentikan aksinya dan membiarkan Prilly bernafas lega.

"Gue tahu dari Bi Irah, waktu masak bareng kemaren. Dia banyak cerita tentang Lo sama Kiara gitu, kayaknya Lo sayang banget sama Kiara ya?"

Ali tersenyum, lalu mengangguk meskipun tanpa menatap kearah Prilly yang kini tengah memandangnya. "Kalo ada kata yang lebih meyakinkan dari 'banget', Gue bakal pilih itu."

"Sayangnya nggak ada kata lain yang lebih meyakinkan." Balas Prilly seraya merapikan rambut nya yang terlihat begitu berantakan akibat ulah Ali tadi, menyebalkan.

PERFECT SCANDALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang