[28] Bukan Kiara?

4.3K 442 29
                                        

Keano menjatuhkan tubuhnya diatas kursi yang sebelum sudah Ia tarik terlebih dahulu. Ia menghela nafas panjangnya, kemudian menyeduh teh panas yang barusaja Ia buat. Keano harap, ini akan sedikit bekerja pada pelipisnya yang berdenyut. Kepalanya begitu pening ketika fragmen bayangan wajah Prilly ketika Ia tadi bercerita padanya, kembali terputar dimemorinya.

Keano menuntun Prilly tiba dikamar kosong disamping kamar miliknya. Itu adalah kamar milik Sheila.

Sheila Anastasya. Gadis cantik dengan rambut kecoklatan sebahu yang saat ini masih erat dipikiran Keano. Dulunya, mereka adalah sahabat dekat. Keano sering menghabiskan waktu bersama Sheila. Tak jarang Keano bermain dirumah Sheila, begitupula sebaliknya. Maka dari itu, kedua orang tua Keano yang begitu menyangai Sheila memutuskan untuk membuatkan Sheila kamar sendiri, agar gadis itu betah berlama-lama berada dirumah Keano.

Persahabatan antara laki-laki dan perempuan, seringkali menghasilkan perasaan yang berbeda. Iya, Keano mencintai Sheila. Sayangnya, belum sempat Keano mengatakan itu, Sheila sudah lebih dulu berpacaran. Awalnya Keano melarang keras hubungan Sheila dengan kekasihnya. Keano khawatir karena kekasih Sheila itu adalah musuh besar Keano saat berada disekolah menengah atas. Namun Sheila tak mengindahkan Keano sedikitpun, hingga kejadian buruk  menimpa Sheila. Yang kemudian menjadi titik awal direnggutnya sosok Sheila dari kehidupan Keano.

Sheila diperkosa oleh kekasihnya sendiri, Satria Alandio. Hal tersebut membuat Sheila harus dinikahkan secara paksa dengan Satria seusai mereka lulus. Keduanya kemudian tinggal di luar kota. Dan hingga kini, Keano sama sekali tidak pernah lagi bertemu dengan Sheila.

Maka dari itu, Keano bebas mengisyaratkan gadis itu untuk berbaring sejenak. Menenangkan diri, sembari menunggu Keano mengambilkan minum untuk Prilly.

"Gue ambilin Lo minum dulu, ya? Bentaran doang, kok." tutur Keano pelan seraya mengelus lembut pucuk kepala Prilly.

Gadis itu menggeleng, tangan kanannya bergerak cepat menahan pergelangan tangan Keano yang langsung membuat pemuda itu memberhentikan langkahnya.

Keano menatap kearah Prilly yang memilih untuk bangkit dari posisinya semula dan bersandar di kepala ranjang. Memilih duduk menumpukan wajah diatas kedua lututnya yang Ia tekuk, sembari menangis kembali.

Melihat itu, Keano menjadi tidak tenang. Tangis Prilly yang kemarin, tidak ada apa apa nya dengan saat ini. Keano cemas, hingga Ia tidak bisa menahan diri untuk mengelak atas apa yang bersarang di pikirannya.

Pelan-pelan, Keano mendekati Prilly. Ia duduk dipinggir ranjang, agar lebih mudah baginya untuk mengelus pelan kepala Prilly. "Lo kenapa, Pril?"

Tangis Prilly kontan saja mengeras seiring dengan lolosnya pertanyaan Keano yang mampu menghantam tubuhnya seolah kembali pada kejadian semalam. Kejadian menjijikan hingga dirinya merasa menjadi gadis paling kotor didunia ini.

"Semalem Gue..." Prilly menggantungkan kalimatnya. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana ekspresi Keano bila Ia mulai bercerita.

Prilly sendiri tidak tahu, mengapa langkah kakinya tadi, saat pagi buta, justru mengarahkan dirinya pada Keano. Pemuda yang kemaren sempat meninggalkan alamat rumah dan nomor telfon dirinya. Katanya, untuk berjaga-jaga. Namun, Prilly benar-benar memanfaatkan itu dengan baik. Prilly pikir, Ia tidak ingin merepotkan Aulia lebih banyak lagi.

"Maafin Gue, Kean. Maafin Gue! Gue ngecewain semua orang, ngecewain Lo. Gue nggak bisa jaga diri.."

Keano terkesiap. Setiap kata yang keluar dari bibir Prilly, seakan menghantarkan Keano pada kekhawatiran yang mati-matian Ia harap agar tidak terjadi pada Prilly. Kekhawatirannya akan kejadian yang dulu sempat menimpa Sheila.

PERFECT SCANDALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang