Jam sudah menunjuk pada angka 13.00 dan itu berarti OSPEK telah selesai tepat pada waktunya. Hampir semua peserta mengemasi barang mereka, tak terkecuali Aulia dan Prilly. Setelah dirasa bahwa semua barang telah mereka masukan kedalam tas, kedua gadis itu mulai beranjak keluar dan menyusuri koridor kampus yang kini tampak begitu ramai.
"Eh gimana tadi pagi, Kak Ali ngomong apa aja ?" Tanya Aulia dengan gurat wajah penasaran. Mendengar nama Ali disebut, seketika Prilly teringat akan ucapan Ali yang tadi menyuruhnya untuk menunggu di depan gerbang seusai OSPEK berakhir.
"Hello, kok Lo bengong sih?" Suara Aulia kembali terdengar nyaring ditelinga Prilly, sontak membuat gadis itu cepat-cepat tersadar dari pikirannya.
"Gue diminta Ali untuk nunggu di deket gerbang kampus, menurut Lo gimana?" Tanya Prilly hati-hati. Entahlah, Gadis itu hanya takut bila seniornya itu akan mengerjainya. Toh selama ini hubungan mereka tidak terlalu baik, jadi bisa saja ketakutan Prilly itu terjadi.
Diluar dugaan, Aulia justru merespon pertanyaan Prilly tersebut dengan kekehan geli. "Sumpah ya, Pril. Yaudah tinggal turutin aja, sanah cepetan ke gerbang!" Ujar Aulia dengan nada perintah yang begitu kentara.
"Aul, Lo tuh nggak ngerti ya? Gimana kalau nanti Gue diapa-apain sama Dia?"
"Nggak akan, percaya sama Gue."
"Yaudah, Gue cabut dulu ya mau ke perpus bentar. Have fun, Prilly!" Lanjut Aulia yang kini mulai berjalan kearah yang berbeda. Sementara Prilly, terus melanjutkan langkahnya menuju gerbang kampus.
Perlahan namun pasti, Gadis itu telah mencapai gerbang kampus. Selama beberapa saat, Ia menghentikan langkahnya seraya melemparkan arah pandangnya ke area sekeliling guna mencari sosok Ali.
Namun, nihil.
"Sialan nih, kayaknya Gue beneran dikerjain." Rutuk Prilly yang sedari tadi tidak menemukan sosok Ali disekelilingnya.
Prilly lantas beralih menatap arloji putih yang terpantri dipergelangan kirinya, sudah 15 menit Ia menunggu sosok Ali yang tak kunjung datang. Hingga pada akhirnya, Ia memutuskan untuk beranjak pergi. Gadis itu memutar tubuh kearah jalanan, bersiap untuk melangkah.
Namun, gerakan Prilly tiba-tiba terhenti ketika Ia mendengar ada suara berat yang Ia yakini berasal dari balik tubuhnya. "Bukannya Gue minta Lo buat nunggu, ya?"
Dengan malas, Prilly terpaksa memutar kembali tubuhnya dan mendapati sosok Ali tengah bersandar di pagar. 'Sok Cool banget.' pikir Prilly ketika Gadis itu melihat kedua tangan Ali yang disilangkan didepan dada, dan sorot mata menatap kearah Prilly tajam.
"Kok Lo main pergi gitu aja, sih? Padahal ini perintah senior hlo." Kali ini, Ali kembali bersuara dengan diikuti langkah kaki yang Ia biarkan bergerak kearah Prilly. Seakan, pemuda itu tengah mempersempit jarak diantara keduanya.
"Bisa aja kan kalau Lo ngerjain Gue. Lo nyuruh Gue nunggu, sementara Lo nggak dateng." Balas Prilly ringan dengan senyum miring yang memberi kesan 'sinis' pada siapapun yang melihatnya.
"Astaga, Gue nggak mungkin sejahat itu kali."
"Waspada kan nggak ada salahnya."
"Gue lagi males debat sama Lo. Cabut, yuk." Ujar Ali seraya mengendikkan dagunya kearah sebuah mobil yang terparkir tak jauh darisini dan Ia mulai berjalan kesana. Namun, tidak dengan Prilly. Karena gadis itu masih ditempatnya semula, diam mematung.
Seakan menyadari bahwa Prilly tak mengikuti langkahnya, Ali membalikkan tubuhnya dan menatap bingung kearah juniornya itu. "Kenapa diem sih, punya kaki kan? Jalan kek."
Sementara yang ditatap, justru dengan cepat menggelengkan kepala seakan menolak ajakan Ali secara telak. "Nggak ah, ntar Gue kenapa-napa lagi."
"Lo takut Gue psikopat ya?" Tanya Ali cepat ketika Prilly baru saja menyelesaikan kalimatnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT SCANDAL
FanfictionHidup dalam keluarga yang jauh dari kata harmonis, membuat Prilly Axelia enggan untuk jatuh cinta pada siapapun untuk alasan apapun. Bahkan, Ia juga tidak percaya akan adanya cinta. Sampai pada suatu saat, takdir menyadarkannya akan cinta melalui A...