[7] Secarik kertas

7.9K 1K 45
                                    

Saat ini waktu masih menunjukkan pukul 05.15. Matahari esok perlahan mulai menampakkan dirinya dari ufuk timur hingga membuat langit diluar terlihat gelap dengan semburat bercak orange. Seperti sebuah perpaduan warna diatas kanvas. Indah. Memukau. Bersamaan dengan itu Ali mulai membuka matanya perlahan, sebagai tanda bahwa pemuda itu telah terbangun dari tidurnya.

Tak berselang lama, pemuda itu segera bangkit dari kasur dan bergerak menyingkap gorden yang menutup jendela kamarnya. "Ah udah pagi, Kiara udah berangkat ke Solo belum ya?" Tanya pemuda itu pada dirinya sendiri.

Hari ini adalah hari keberangkatan Kiara menuju Solo. Awalnya, Ali bersikeras ingin mengantarkan Gadis itu menuju bandara. Namun segala keinginannya itu ditolak mentah-mentah oleh Kiara, mengingat bahwa Ali memiliki peran yang besar pada kegiatan OSPEK dikampus mereka.

Memang, penolakan bukan sesuatu yang berarti bagi Ali, karena pemuda itu tergolong sebagai orang yang sangat keras kepala dan nekat. Namun, ketika Kiara mengancam bahwa Ia tak akan mau ber-skype-an dengan pemuda itu bila Ia memaksakan diri, maka tamatlah riwayat Ali. Mau tidak mau, Ia harus memupus dalam-dalam keinginannya untuk mengantarkan Kiara.

Berbicara soal Kiara, pemuda itu terhenyak untuk beberapa saat memikirnya kejadian kemarin. Kejadian dimana tanpa sengaja Prilly menumpahkan secangkir Hot chocolate dan sukses mengenai kaosnya. "Kasian juga sih sebenernya. Harusnya, Gue nggak perlu ngelontarin kata-kata sekasar kemaren. Bego Lo, Li. Bego." Ujar Ali dengan suara penuh penyesalan

Jauh didalam hati Ali, sebenarnya Ia merasa bersalah telah melontarkan kata-kata sekasar itu pada Prilly. Namun ketika Ia mengingat bahwa kaos itu merupakan pemberian dari Kiara, segala rasa bersalah itu seakan sirna dan Ali kembali merasa naik darah. Karena bagi Ali, apapun pemberian Kiara itu penting, salah satunya kaos itu.

Tidak mau memusingkan itu semua, Pemuda itu memutuskan untuk segera mandi. Kurang lebih 30 menit setelahnya, Ali telah selesai dari aktivitas mandinya. Ia lantas membuka almari pakaiannya. Namun, ketika Ia ingin mengambil salah satu baju pilihannya, Ia menyadari ada sesuatu yang menarik Indra penglihatannya.

"Ini kan kaos Gue yang kemaren kena noda hot chocolate." Pekik Ali heran seraya menarik keluar kaos itu. Kaos itu tampak terlipat rapi. Bersih, bahkan tak ada bekas noda sedikitpun disana. Dan ketika Ali membuka lipatan kaos tersebut, ada secarik kertas yang jatuh dan disana tertera tulisan yang begitu rapi.

Dear Ali,

Pagi senior terhormat, Gue minta maaf atas kejadian kemaren. Demi apapun, Gue beneran bercanda dan nggak sengaja. Dan sebagai tanda permintaan maafnya, nih Gue cuciin kaos Lo sampai bersih. Sebelum berangkat kekampus, Gue juga masakin Lo nasi Goreng. Bye.

Membaca secarik kertas itu, Ali mengulas senyum sempurna.

"Lucu juga. leh ugha, Pril" kekeh Ali singkat.

*****

SLURP

Suara nyaring terdengar dari jus yang diminum Aulia. Namun, itu semua tak menarik perhatiaan Prilly untuk menatap sahabatnya itu. Karena saat ini, Ia sibuk mengarahkan pandangannya pada pepohonan rindang yang menari kecil mengikuti arah angin yang berhembus nakal.

"Lo harus cerita, Pril. Kemaren, Lo kenapa nggak masuk? Bahkan, sampai nggak pulang semalem?" Tanya Aulia yang kini membuat Prilly terlonjak kaget dan langsung menatap tajam kearah Aulia.

Gadis itu bungkam, mungkin lebih tepatnya bingung. Ia tidak tahu bagaimana caranya memberitahu pada Aulia bahwa semalam Ia tidur di appartement milik Ali, senior mereka.

Prilly mengaduk asal jus jambu yang ada didepannya. "Ehm.."

"Anjir lama ah Lo, kepo nih Gue." Aulia kembali bersuara, dan mendesak Prilly untuk segera menjawab pertanyaannya. 'Nih bocah kalo udah kepo emang suka nggak kira-kira, ish.' rutuk Prilly seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

PERFECT SCANDALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang