Malam merayap begitu cepat. Dan itu artinya, insiden tamparan telak yang tercetak jelas di sisi kiri wajah Prilly semalam, sudah berlalu.
Namun entah mengapa, rasa sakit itu masih ada. Masih bersarang di relung hatinya. Terlebih, ketika kenyataan menyadarkannya bahwa laki-laki hebat yang sewaktu kecil dulu selalu Prilly banggakan, kini telah menjelma menjadi sosok iblis yang membabi buta.
"Diminum dulu, nih." Tutur seorang Gadis yang tiba-tiba datang dan langsung meletakkan secangkir vanilla latte tepat dihadapan Prilly.
"Thanks, Aul."
Gadis itu mengangguk, kemudian segera memposisikan dirinya untuk duduk dihadapan Prilly.
Malam ini tidak seperti biasanya, karena saat ini Prilly memilih untuk berada di rumah seorang Kinara Aulia Adriana --Sahabat Prilly-- Bahkan mungkin, keduanya sudah lebih dari sekedar sahabat. Mengingat bahwa kedekatan mereka sudah layaknya belahan jiwa yang saling berpeluk secara nyata, juga dalam doa.
Kinara Aulia Adriana
Awalnya, Prilly hanya berniat untuk sekedar mempersiapkan keperluan ospek bersama dengan Aulia.
Namun, niat itu berubah semenjak insiden semalam terputar kembali dalam memorinya. Sedikit banyak, itu semua membuat Prilly merasa jengah untuk berada di dalam rumah dalam kurun waktu yang lama.
Maka dari itu, kini Prilly memutuskan untuk menenangkan dirinya (sejenak) dirumah Aulia yang letaknya tak jauh dari rumahnya.
Dan saat ini, keduanya tengah sama-sama berada di minibar milik Aulia ditemani dengan secangkir vanilla latte yang berada tepat dihadapan mereka masing-masing.
"Lo kenapa?" Tanya Aulia seraya menyeduh vanilla latte yang masih terasa hangat. Meskipun begitu, sorot mata Aulia tak pernah lepas dari sosok Gadis sebayanya yang kini duduk dihadapannya.
"Biasalah, ini soal.." Balas Prilly lesu dengan suara yang masih tertahan.
"Keluarga Lo?" Potong Aulia cepat dan tepat sasaran. Sepertinya, ada suatu ikatan batin tersendiri yang mampu membuat Aulia mendengar sesuatu yang tak Prilly ucapkan.
"Mereka berantem lagi?"
Prilly mengangguk lemah sebagai jawaban atas pertanyaan Aulia.
"Apalagi yang dibanting?"
Pertanyaan Aulia sukses membuat Prilly menyunggingkan senyum miring dan tawa miris, "Sekarang bukan main banting lagi, muka Gue nih yang digampar!" Tutur Prilly dengan nada khas tersulut emosi.
"Eh, Serius Lo? Mana sini Liat!"
Dengan cekatan, Aulia segera mengalihkan pandangannya kearah sisi kiri wajah Prilly. Dilihatnya wajah sahabatnya itu dengan seksama, benar saja disana terlihat sedikit lebam.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT SCANDAL
Fiksi PenggemarHidup dalam keluarga yang jauh dari kata harmonis, membuat Prilly Axelia enggan untuk jatuh cinta pada siapapun untuk alasan apapun. Bahkan, Ia juga tidak percaya akan adanya cinta. Sampai pada suatu saat, takdir menyadarkannya akan cinta melalui A...