Harris

495 23 2
                                    

"Annara Ophelia Harris?"

"Hadir."

"Ini, nama kamu gimana cara bacanya sih?" Tanya Pak Anton bingung.

"Ya, Annara biasa, Pak," jawab Anna pelan.

"Bukan, maksud saya, yang Ophelia-nya." Pak Anton menaikkan kaca matanya yang turun. Beberapa siswa tertawa mendengar cara Pak Anton membaca nama Anna. Seharusnya dibaca O-Fey-Lia, namun Pak Anton membacanya Oh-Peh-Lia.

"Yaa, gitu deh, Pak. Enaknya Bapak aja gimana," jawab Anna sambil menggaruk tengkuknya, merasa tidak nyaman dengan beberapa pasang mata yang tertuju di dirinya.

Pak Anton hanya menggelengkan kepalanya mendengar jawaban Anna, lalu melanjutkan mengabsen kelas XI IPA 2.

Seperti biasa, Anna tidak memperhatikan keadaan sekitarnya. Ia bertopang dagu di tangan kirinya, tiba-tiba merasa tertarik dengan coretan-coretan yang berada di tembok.

"Na, nanti pulang sekolah ke rumah gue yuk," ajak Kiki, teman sebangkunya.

"Hm?" Anna tersadar dari lamunannya. "Oh, yah, gak bisa kalo hari ini. Gue ada les."

"Ya elah, lo udah pinter, ngapain les?"

"Bikin pahala,"

"Hah? Pahala apaan?"

"Nyenengin orang tua," jawab Anna santai. Kiki sempat bingung, namun beberapa detik kemudian ia paham apa maksud Anna.

"Na!" Entah ada apa, tiba-tiba Kiki memukul lengan Anna, membuat Anna tersentak kaget.

"Hm?!" Gumam Anna nyolot, namun enggan membuka mulut.

"Lo cakep banget elah!"

"Ih, camen ya lo," gumam Anna heran, namun pipinya bersemu merah.

"Ih najis lo sok-sok malu gitu," bisik Kiki sambil tertawa pelan.

"Serius, orang tua lo sukses parah."

"Sukses apaan?"

"Bikin anak."

"Ya Tuhan!"

"Na, tapi seriusan ih. Heran gue lo kenapa masih jomblo. Lo secakep ini, yakali gak ada yang nembak?" Tanya Kiki heran.

"Yang nembak mah ada. Cuma gak ada yang gue terima aja," jawab Anna pelan sambil mencoret-coret di buku tulisnya.

"Ih, heran."

"Ya udah gak usah dibawa pusing. Yang jomblo kan gue, bukan lo."

EnigmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang