Hari Selasa berlangsung seperti biasa, tidak ada yang spesial. Ulangan Bahasa Indonesia dan PKn dilewati Anna tanpa kesulitan.
Hari ini adalah hari turnamen.
Seperti yang direncanakan, setelah selesai ujian Anna langsung keluar dari ruangannya dan berlari ke parkiran, tempat Pak Agung sudah menunggu.
Sesampainya di lokasi turnamen, Anna langsung mengganti baju dan pemanasan ringan. Ia bisa melihat ibunya duduk di kursi penonton, dengan kacamata hitam dan pakaian seakan ingin pergi pesta.
"Annara Ophelia Harris dan Alvin Radia Hastomo harap ke meja utama. Sekali lagi, Annara Ophelia Harris dan Alvin Radian Hastomo harap ke meja utama. Terima kasih." Suara panitia terdengar dari pengeras suara, membuat Anna mengerutkan dahinya, lalu menghentikan pemanasannya dan berjalan ke meja utama. Laki-laki yang ia yakin bernama Alvin Radian Hastomo sudah berdiri, di tangan kanannya terdapat busur.
"Annara?" Tanya panitia itu ketika Anna berdiri di depan meja, di samping Alvin.
"Ya, ada apa ya?" Tanya Anna.
"Baru aja ada peserta yang mengundurkan diri, jadi kamu dan Alvin dimajukan nomor urutnya karena kalian peserta nomor lima dan enam. Annara tetap di kloter satu, Alvin jadi di kloter satu ya, kamu tadinya kloter dua," jelas panitia itu sambil memberi Anna dan Alvin itu kartu peserta yang baru.
"Oke deh, makasih ya Mas," ucap Alvin itu. Anna juga mengucapkan terima kasih, lalu berjalan kembali.
"Eh!" Teriak seseorang, membuat Anna berhenti dan menoleh. Si Alvin.
"Lo Annara kan? Yang dua tahun lalu menang SAAC?" Tanya Alvin. SAAC adalah singkatan untuk Southeast Asia Archery Competition.
"Iya, kenapa?" Tanya Anna sambil tersenyum tipis.
"Gue Alvin, gue ikut babak kualifikasinya dua tahun lalu, bareng lo, tapi kita beda satu poin, jadi lo yang masuk." Alvin mengulurkan tangannya, mengajak Anna bersalaman. "Lo keren banget, parah."
"Anna, hehe makasih, semoga tahun ini lolos ya," jawab Anna sambil menjabat tangan Alvin.
"Boleh minta ID LINE lo gak? Kali aja kita bisa latihan bareng, biar gue bisa sejago lo." Alvin mengeluarkan ponselnya, lalu menyodorkannya ke Anna.
"LINE gue di private. LINE lo aja, gue yang add." Gantian Anna yang menyodorkan ponselnya. Alvin mengetikkan ID LINE-nya di ponsel Anna, lalu mengembalikannya.
"Tha--" ucapan Alvin terpotong ketika ia melihat seorang wanita di belakang Anna.
"Alvin? Putranya Prama Hastomo?"
"Iya betul, Tante."
"Saya ibunya Annara. Saya kenal baik dengan ayah kamu. Saya harap kita bisa bertemu lagi lain waktu, dengan ayahmu juga."
"Wah, boleh Tante. Diatur aja, hehe," jawab Alvin sambil nyengir. Ibu Anna mengangguk, lalu dengan senyuman tipis, ia merangkul putrinya kembali ke tempat Anna tadi pemanasan.
*
"Anna!" Teriak seseorang ketika Anna sedang merapikan barang-barangnya.
"Wah parah lo keren banget!" Jovanca memeluk Anna erat. "Lo kaya Merida yang di film Brave, panah lo pas banget di tengah. Kok bisa sih?"
"Sama aja pertanyaannya kayak kok lo bisa main softball?" Tanya Anna balik.
"Karena gue latihan."
"Nah sama," jawab Anna sambil tersenyum manis.
Asa muncul dari belakang Jovanca bersama Evra dan Kiki, dengan sebotol air putih di tangannya. "Cie," ucap Asa singkat sambil mengangkat tangan kanannya yang terkepal ke arah Anna. Dengan senyuman lebar, Anna menyatukan kepalan tangan kanannya ke kepalan tangan Asa. Fistbump.
"Udah mi--" ucapan Asa terpotong ketika seseorang memanggil nama Anna, membuat kelima remaja itu menoleh.
"Anna! Lo langsung lolos ya?" Tanya Alvin setelah berhenti tepat di depan Anna.
"Iya, hehe. Lo gimana? Nanti main lagi kan?"
"Iya, kualifikasi terakhir antar provinsi. Doain ya." Alvin menepuk pundak Anna, lalu berlari pergi ketika mendengar kloternya dipanggil.
"Siapa?" Tanya Kiki begitu Alvin sudah jauh.
"Alvin, dia lawan gue dua tahun lalu. Tahun lalu juga harusnya, tapi gue cedera, jadi dia yang lolos. Jago banget dia manahnya," jelas Anna.
"Tapi jagoan lo kan?" Tanya Jovanca.
"Sama kok. Gue kadang lebih hoki aja. Panah butuh hoki gede."
"Merendah untuk meroket," gumam Kiki bercanda. Anna hanya terkekeh sambil mengangkat tasnya.
"Pulang gih kalian, besok kan masih ulangan. Belajar," ucap Anna.
"Oke oke. Dah!" Kiki menepuk pundak Anna, lalu berjalan ke arah pintu keluar bersama Jovanca dan Evra.
"Main lagi kapan?" Tanya Asa yang masih menunggu Anna.
"Lusa sama Jumat kayaknya."
"Kalo menang terus?"
"Ke Korea, tanding di sana."
"Serius?" Tanya Asa kaget.
"Iya serius."
"Keren," gumam Asa kagum.
"Hehe. Lo pulang sana, belajar. Besok kan Fisika. Kertas tutor waktu itu masih ada kan?" Tanya Anna.
"Ada."
"Ya udah, pulang gih. Belajar. Yang bener ya. Sia-sia gue tutorin lo kalo nilai lo masih anjlok. Kalo ada yang gak ngerti tanya Jovan aja, atau LINE ke gue."
"Siap. Dah." Asa menepuk pundak Anna, lalu berpisah.
Anna berjalan menuju mobil, di mana ibunya sudah menunggu sejak Anna membereskan barang-barangnya.
"Siapa itu?" Tanya ibunya begitu Anna masuk mobil.
"Teman sekolahku," jawab Anna sambil memasang sabuk pengaman. Ia selalu duduk di depan jika ia bersama ibunya.
"Siapa?"
"Asa, Jovanca, Kiki, Evra," jawab Anna datar.
"Sesampai di rumah Mama mau kamu langsung mandi lalu belajar. Paham?"
"Iya."
-----
Special update hehe!
Minal aidin wal faizin semuanyaa, mohon maaf lahir dan batin! Maafin ya gue banyak salah, suka nyindir-nyindir di wall wattpad, suka ngomong kasar, dll. Maaf ya, ku hanya manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Maafin juga di buku-buku gue banyak kesalahan; salah tanda baca, kapitalisasi, typo, salah nulis nama (sering terjadi hiks), ceritanya ngebosenin, terlalu cepet atau terlalu bertele-tele, dan lain-lainnya.
Terima kasih buat kalian yang udah baca dan ngasih vote dan comment di buku-buku gue yang masih sangat ancur, you da MVP!
Semoga amal kita di bulan Ramadhan ini diterima dan menjadi berkah dan semoga kita bertemu di bulan Ramadhan tahun depan :D
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma
Teen FictionEnigma [ɪˈnɪɡmə]: Noun 1: A person or thing that is mysterious or difficult to understand. Asa tidak pernah berusaha untuk memahami kepribadian orang. Untuk apa? Bikin pusing. Lagi pula dia bukan cenayang. Setelah bertemu Anna, Asa mulai menyesali k...