Anna menang babak final.
Di final kali ini ia melawan pemanah dari Sulawesi Selatan dan hasilnya sangat-sangat tipis. Jika saja hari Jumat itu bukan hari terakhir UTS, ada kemungkinan Anna bisa kalah. Karena UTS sudah selesai, satu beban seperti terangkat dari pundaknya.
Tekanan di final itu juga sangat terasa untuk Anna, ibunya seperti biasa datang, teman-temannya yang datang menonton lebih banyak dari biasanya, bahkan kali ini ada Adit dan gebetan Kiki, Mirza. Mirza bahkan tidak mengenal Anna, begitu pula sebaliknya.
Lelaki yang tempo hari memberinya kertas foto itu juga hadir, duduk di paling belakang dengan topi dan kaca mata hitam. Ia tidak begitu menarik perhatian dengan dandanan seperti itu, karena saat itu cukup panas dan banyak orang lain yang bergaya sama; topi dan kaca mata hitam. Lelaki itu nyaris mengalihkan perhatian Anna, karena Anna tidak bisa menghilangkan image lelaki itu dengan dirinya waktu kecil di foto yang ia temukan di album.
Ketika pengumuman pemenang, teman-teman Anna yang hadir berteriak heboh, menyerukan nama Anna dan teriakan-teriakan lainnya saat Anna dikalungkan medali dan diberikan piala.
Ia berlari menghampiri teman-temannya dengan senyuman lebar begitu ia turun dari podium. Jovanca yang pertama kali menubruknya dengan pelukan erat.
"AAAAAAAA GILA!! Keren banget temen gue pemanah internasional! Ughhhh bangga banget gue!" Jovanca berseru heboh.
"Gantian!" Teriak Kiki sambil mendorong Jovanca, lalu memeluk Anna yang sudah bebas. "Ikut dong ke Korea! Mau ketemu Jong Ki!"
"Jong Ki lagi tour DOTS," celetuk Evra santai.
"Dih kok lo tau?"
"Gue kan nge-stalk pasangannya Jong Ki, bidadari dunia dia seriusan." Evra mengangkat kedua bahunya bersamaan. "BTW, congrats ya, cie ke Korea."
"Makasih," ucap Anna ceria sambil ber-high five dengan Evra dan Adit.
"Na, ini Mirza, temen gue." Kiki menarik Mirza agar berdiri di sebelahnya. Laki-laki bertubuh tinggi dengan ekspresi wajah lembut.
"Mirza," katanya sambil mengulurkan tangan.
"Anna." Anna menyambut uluran tangan Mirza. "Gebetannya Kiki kan?"
Wajah Kiki merah padam ketika ia mendengar pertanyaan polos Anna, sementara Mirza hanya tersenyum malu sambil mengusap tengkuknya. "Gitu deh."
"Apaan sih!" Kiki menyikut pinggang Mirza, namun senyum salah tingkah di bibirnya membuat Anna memutar kedua bola mata.
"Aduh! Za, sakit gue mah, gak diakuin," ledek Adit, tangan kirinya memegang dadanya,l dan tangan kanannya bertumpu di Evra.
"Ah! Aku terpanah! Sakit!" Evra ikut-ikutan, lalu kedua bocah itu asik dengan drama dadakannya. Kiki hanya menatap Mirza dengan wajah pasrah, Mirza juga hanya tersenyum, memaklumi kegilaan Evra dan Adit.
"Hai!" Seseorang merangkul Anna dari belakang dan bersamaan dengan itu sekaleng softdrink dingin menempel di pipi Anna.
"Dingin!" Teriak Anna sambil mendorong orang itu, yang ternyata adalah Asa.
"Boh! Udah rangkul-rangkul dia!" Teriak Evra sambil menepuk pundak Adit dengan wajah kaget.
Adit menepuk pundak Asa dengan ekspresi sok terharu. "Papa bangga, Nak, kamu bergerak cepat. Papa bangga."
"Jadi, udah official nih?" Tanya Evra sambil menaik turunkan kedua alisnya bersamaan.
"Mulut lu gede, sok-sok nanyain gue. Adek gue tuh jangan lo gantungin!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma
Teen FictionEnigma [ɪˈnɪɡmə]: Noun 1: A person or thing that is mysterious or difficult to understand. Asa tidak pernah berusaha untuk memahami kepribadian orang. Untuk apa? Bikin pusing. Lagi pula dia bukan cenayang. Setelah bertemu Anna, Asa mulai menyesali k...