Dengan perhatian yang baik dari Bi Atih, memar di pipi Anna sudah menghilang pada hari Sabtu, namun lingkaran hitam di bawah matanya malah semakin jelas.
Latihan memanah, les, belajar sampai pagi sudah menjadi keseharian Anna. Ia hanya tidur tiga jam sehari, empat jam jika sedang beruntung, lima jam sudah pakai nyaris diguyur air.
Kurangnya tidur membuat Anna jadi kurang fokus, kepalanya pusing, kulitnya sangat pucat, dan beberapa kali ia nyaris jatuh karena pandangannya kabur. Kiki sudah berkali-kali bertanya apa ia baik-baik saja, Jovanca juga. Namun Anna hanya menjawab dengan anggukan dan senyuman manis.
Pagi ini, Anna sudah siap di lapangan bersama Kak Andri. Ini latihan terakhir mereka sebelum pertandingan yang dimulai hari Selasa esok.
"Nara, kamu pucet banget ya ampun, gak apa-apa?" Tanya Kak Andri begitu Anna datang.
"Nggak kok Kak, cuma kurang tidur." Anna tersenyum manis, lalu meletakkan tasnya dan menyiapkan busur dan panahnya.
Mengetahui Anna, apalagi ibunya, Kak Andri hanya menghela napas. Ia memutuskan untuk mempercepat latihan hari ini.
"Kita latihan sampe jam sepuluh aja ya, Kakak ada acara nikahan temen," ucap Kak Andri. Anna hanya mengangguk sebelum berdiri di posisinya.
"Yuk, kita mulai. Fokus, napas dalem, jangan buru-buru. Targetnya gak akan kemana-mana, take your time. Perhatiin anginnya."
Seperti yang dijanjikan, pukul sepuluh mereka selesai latihan. Anna pergi ke FX untuk makan, lalu mandi. Setelah berganti pakaian menjadi kaus dan jeans, ia langsung menghubungi Pak Agung untuk menjemputnya di lobby.
"Anna!" Panggil seseorang, membuat Anna menolehkan kepalanya. Asa dan Jovanca.
"Hai! Kalian ngapain?" Tanya Anna ketika kakak beradik itu berdiri di sebelahnya.
"Baru selesai latihan, terus sekarang mau makan sama mandi. Lo ngapain?" Tanya Jovanca yang nampak masih menggunakan jersey softball putih dan celana putih, sedangkan Asa kaus softball merah dengan lambang monas dan celana putih.
"Abis latihan juga, tapi udah mau pulang," jawab Anna, bertepatan dengan Pak Agung berhenti di depan lobby.
"Tuh, udah dateng, duluan ya." Anna melambaikan tangannya, lalu pergi ke mobilnya. Bodyguard yang disewa oleh ibunya untuk mengawasi kegiatan Anna duduk di kursi penumpang, kaku dan menyebalkan.
"Mau ke mana, Non?" Tanya Pak Agung setelah Anna menutup pintu mobil.
"Langsung pulang," jawab bodyguard yang bernama Pak Yanto itu. Badannya besar seperti satpam di sekolah Anna.
Pak Agung menatap Anna melalui kaca spion. Anna hanya mengangguk sambil tersenyum, karena hanya itu yang bisa ia lakukan.
*
"Mau makan lagi? Apa langsung pulang?" Tanya Jovanca ke kakaknya ketika keduanya bertemu di eskalator setelah mandi.
"Langsung pulang aja, gue mau belajar lagi," jawab Asa, yang dijawab dengan anggukan setuju oleh Jovanca.
"Tadi lo liat gak, di mobil Anna ada orang lagi duduk di depan?" Tanya Jovanca.
"Hm? Liat. Kenapa?"
"Serem anjir, kayak kuli bangunan. Gede gitu badannya."
"Bodyguard kali. Kalo nggak satpam rumahnya ikutan jemput."
"Dih, ngapain banget?"
"Ya au, dia gak ngomong ke gue."
"Hah? Dia siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma
Teen FictionEnigma [ɪˈnɪɡmə]: Noun 1: A person or thing that is mysterious or difficult to understand. Asa tidak pernah berusaha untuk memahami kepribadian orang. Untuk apa? Bikin pusing. Lagi pula dia bukan cenayang. Setelah bertemu Anna, Asa mulai menyesali k...