Chapter 4

14.5K 620 12
                                    

Pagi yang indah dan sejuk. Aku keluar kamar menuju balkon dengan masih mengenakan pajama berwarna biru muda dengan motif beruang madu yang lucu. Rambut ku ikat cepol agar tidak terlihat berantakan. Ku hirup udara pagi nan segar ini. Menutup mata seraya mengikuti hembusan angin dan mendengarkan kicauan burung yang indah terbang menghiasi langit pagi ini.

"Selamat pagi anak mama sayang~ apa kamu merasakan udara pagi yang sejuk ini?" Ucapku sambil mengelus perut yang semakin membesar

Ah iya, hari ini tepat usia kandungan ku menginjak 3 bulan. Tak terasa waktu semakin berlalu dengan cepat. Tak sabar rasanya ingin melihat dedek bayi yang ada di dalam rahim ku ini. Ketika lagi senangnya berinteraksi dengan bayi yang ada di perutku tiba-tiba jeje beteriak dari dalam kamar dan membuat ku kaget kemudian langsung menemui dirinya

"Ada apaan sih? Masih pagi je?!"

"Lihat blazer warna abu-abu gue ngak? Perasaan gue taruh sini. Kok ngak ada?" Ucapnya terlihat bingung di depan lemari pakaian nya

"Bener udah di taruh di situ? Masa bisa ngak ada?" Balas ku pun kemudian membantunya mencari blazer itu

Sudah sekitar 30 menitan aku dan jeje mencari blazer itu. Dan tak lama mba sri mengetuk pintu kamar dan membuat ku langsung membuka pintu itu

"Non jeje, blazer ini masih baru apa sudah di pake kemarin? Saya ketemu di sofa dekat tv"

Blazer yang di cari! Aku pun menatap jeje dengan tatapan kesal. Ia yang menyadari akan hal itu langsung nyengir ngak jelas melihat hasil keteledoran nya itu.

"Ah makasih loh mba, ini masih baru kok"

Mba sri pun kembali kedapur untuk menyelesaikan sarapan pagi ini. Aku masih menatap jeje dengan sedikit kesal. Membuatku sampai kacak pinggang menatap nya itu.

"Kamu ini je!"

"Haha gue baru inget, tadi gue kebawah sebentar sambil bawa blazer ini dan gue taruh di sofa"

Aku hanya menatap jeje sakartis. Sifat pelupa nya seperti termasuk akut sekali sehingga barang yang baru saja ia tinggal sudah lupa. Bagaimana dengan aku nantinya? Apa dia akan lupa juga? Ah aku harap tidak. Aku tak ingin dia lupa padaku.

"Hm je, aku nanti ke boutique shania yah, udah lama ngak main-main kesana. Boleh yah?" Pinta ku melas di hadapan nya

"Hm iya, tapi ingat. Jangan sampe kelelahan ya" ucapnya memperingat kan ku

"Siap pak bos!"

Jeje pun pergi ke kantor dengan mengenakan setelan rok pendek dan blazer yang ia cari-cari itu dengan lapisan kemeja dalam berwarna coklat muda. Aku mengantarkan nya hingga sampai depan pintu dan menunggu mobil nya sampai melaju meninggalkan rumah. Haha jeje seperti ku jadikan seorang suami, tapi bukankah di awal itu ia sempat bilang ia kan bertukar peran ketika di rumah menjadi seorang suami untukku.

Aku duduk di kursi meja rias ku dan memoles seluruh wajah ku dengan make up. Aku merasa heran ketika saat ini aku lebih sering menggunakan make up. Padahal sebelumnya aku hanya menggunakan make up sesimple mungkin untuk tidak terlihat pucat dan kusam. Apa ini faktor ku sedang hamil? Bawaan bayi? Aku masih terheran-heran sehingga membuat ku bingung.

Aku diantar oleh pak egi ke boutique shania. Hingga tak lama aku sampai dan di sambut hangat oleh pegawai-pegawainya. aku ketuk pintu ruangan shania dan langsung mendorong pintu itu. Ketika aku masuk ku lihat shania tengah berbicara dengan seorang pria, tentunya dia, bastian. Pria yang sempat bertemu dengan ku kedua kalinya di tempat jual coto makassar itu. Sudah lama tak bertemu dan akhirnya ketemu lagi di kantor shania.

"Ups... maaf, aku nyelonong masuk" tukas ku segan

"Loh ve, gpp kok. Ayo masuk" balas shania kemudian menyambutku dan menyuruh ku duduk di sofa

Cinta dan BenciTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang