Aku tersentak saat mimpi buruk itu berakhir pada titik dimana aku tak ingin melanjutkan nya. Mataku begitu saja membulat hebat menatap langit-langit kamar. Napasku seakan berubah menjadi sesak dan sedikit sulit untuk bernapas.
"Cuma mimpi" ucapku sendirian dalam keadaan masih terbaring di tempat tidur
Saat itu aku langsung menghela napas lega dan kemudian menoleh kesebelah dimana gracia tidur bersama ku. Ku dapati gracia tak ada di sebelahku, hanya terlihat singkapan selimut yang ada. Seketika itu juga aku langsung bangun dan sejenak duduk untuk mengembalikan nyawaku. Tak berapa lama aku turun dari ranjang sembari mengikat cepol rambutku yang tergerai panjang
"Gre... gre... sayang~" panggil ku menuju ruang bermain nya
Entah kenapa dengan perasaan aneh pintu ruang bermain itu tiba-tiba saja terbuka lebar. Aku masuk perlahan mencari gracia, namun sama sekali aku tak menemukan putriku, melainkan boneka kesayangan nya itu tergeletak di lantai. Keadaan ruangan pun berantakan.
Aku menatap bingung ruangan ini sejenak dan tiba-tiba saja tersentak kaget mengingat mimpi buruk yang baru saja aku alami. Seketika perasaan ku jadi berdebar hebat dan tak bisa ku atur. Ku pengang dadaku yang tiba-tiba saja berdebar, dan saat itu juga aku ketakutan bercampur khawatir.
Aku pun keluar dan berlari mencari gracia. Sungguh aku sangat khawatir, aku tak ingin mimpi itu terjadi. Siapa pria yang tega-teganya mengambil gracia tepat di hadapanku. Ia menangis bagaikan sisi kaca yang terus menjatuhkan air. Aku tak sanggup jika gracia pergi dan meninggalkan ku.
Aku terus memanggil-manggil namanya dan berusaha mencari nya hingga ke semua ruangan di lantai dua. Sama sekali aku tak menemukan gracia, hingga akhirnya aku turun dan terus mencarinya.
"Mba, lihat gracia?" Tanyaku pada mba Sri yang sibuk menyirami tanaman halaman depan
"Loh non, muka nya kok khawatir gitu?"
"Gracia mana mba?"
"Di halaman belakang non, lagi..." balas mba Sri
Saat itu juga aku langsung berlari ke halaman belakang dengan masih memasang wajah khawatir.
"Gracia.... gracia...." panggil ku saat tiba di halaman belakang
Tidak ada! Apa yang sebenarnya terjadi? Jangan katakan ini akan benar terjadi. Aku hanya bisa berdiri lemas menatap sekeliling halaman yang kosong tak ada siapapun. Napasku semakin terasa sesak, mataku terasa ingin menjatuhkan gumpalan air yang sedari tadi memenuhi mataku.
"Mama?"
Suara itu! Terdengar pelan dan lucu. Saat itu juga aku langsung menoleh kearah Sumber suara dan ku dapati Putri kecil ku berdiri di sebelah ku sambil memegang sebuah ember kecil. Bajunya pun terlihat kotor, tangan nyapun penuh dengan pasir.
"Gre~" lirihku terkejut dan seketika memeluknya erat
Jangan ambil dia dariku. Tolong siapa itu, aku tak ingin ia jauh dariku. Hanya dia kebahagiaan ku saat ini. Demi apapun akan aku lakukan jika itu harus berhubungan dengan nyawaku.
Ku peluk erat tubuhnya yang mungil itu. Tanpa tersadar air mataku jatuh tak tertahan kan. Aku menangis di balik punggung gracia, hanya itu yang selalu aku lakukan. Menangis di balik punggung seseorang yang bisa benar-benar membuat ku tenang.
"Mama kenapa?"
"Ngak papa" balasku kemudian melepaskan pelukan ini sembari menghapus air mata
"Mama nangis?"
"Ngak kok, siapa bilang?"
"Mama nangis, jangan. Mama ngak boleh nangis, gre ngak mau mama nangis" balasnya dengan aksen anak kecil yang lugu sambil mengusap pipiku
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dan Benci
General Fiction[COMPLETED] Kini hanya tinggal rasa penyesalan yang ada di benak Ve. Bagaimana tidak, entah kenapa ia bisa jatuh kedalam perlakuan yang sungguh ia hindari. Kesalahan terbesar membuatnya harus berani mempertahankan semuanya. Rinal sang kekasih pun m...