Luka lama yang dulu sempat menghilang kini kembali terobek kembali hanya dalam waktu 2 detik saja. Tanpa kerjapan matapun semua berubah menjadi berbeda. Rasa sayang dan Cinta itu kini sirna setelah penghianatan yang membuat diriku harus mengeram kesakitan. Di dada ini.
Hanya ada kata 'i hate you!' Yang kini memenuhi pikiran dan perasaan ku. Mungkin kata 'hate' bagiku tak akan pernah ada lagi berubah menjadi 'miss'. Cukup ini, dan untuk yang kedua kalinya selama hidupku, aku tak akan pernah mempercayai pria. Meski hanya dia yang selalu menyakiti ku, tapi kini aku anggap pria itu sama saja.
Besok malam adalah hari pernikahan nya. Waktu malah seakan tak bisa berpihak padaku. Jangankan waktu, desahan napas nya pun tak bisa datang kepadaku untuk menjelaskan semuanya. Dan kini malah dengan mudah ia menusukkan sebilah pisau tajam tertanam di hatiku
"Makan ve, lo harus makan" ucap jeje sambil menyuapiku
"Aku ngak mood makan!" Balas ku
Sama sekali tak ada rasa inginku untuk melanjutkan hidup saat ini. Terasa semua sudah berakhir semenjak ia benar-benar menghianati ku. Pikiran itupun terus saja menggeluti otak ku. Sampai-sampai aku tak bisa menahan air mata ini. Hanya ada isakan tangis yang kini menemani sepinya malam ku. Ditinggal seseorang yang sangat kucintai itu.
"Ve, lo jangan gini terus" ucap jeje sambil menggenggam tangan ku erat
"Kenapa Cinta selalu saja datang hanya untuk menyakiti je~"
"Cinta bukan untuk menyakiti ve, tapi..."
"Tapi apa je?! Cinta itu ngak adil buatku! Kamu ngak lihat dia dengan mudah meninggalkan ku, menghianati ku, menenggelamkan semua janji nya untuk menikahi ku!" Balas ku kini sudah menada tinggi bercampur isakan tangis
Jeje saat itu juga terdiam di kala aku saat ini benar-benar sangat terpuruk. Terus dan terus aku hanya bisa menangis hingga napas ku menjadi terengah-engah.
"Cinta itu ngak adil je~ *hiks*" lirihku
"Menangis lah ve, biar lo tenang" ucap jeje saat itu juga langsung memelukku erat
Kenapa aku harus menanggung semua ini sendirian? Apa tak ada lagi yang bisa ku peroleh, kebahagiaan yang aku idam-idamkan. Menikah, membesarkan anak bersama nya. Hidup bersama nya hingga maut memisahkan. Tapi hanya ekspetasi yang menghantuiku, nyata nya realita sangat menjatuhkan ku.
Malam semakin larut, sama sekali aku tak bisa tidur. Ku lihat jeje yang sudah tertidur pulas di sebelahku. Mata ini tak bisa terpejamkan, dikala hari esok adalah hari bahagia nya. Ku tatap perutku yang sudah membesar ini dan ku elus pelan
Ayah mu ternyata tidak mencintai mama nak, apa yang bisa mama perbuat? Biar mama yang akan membesarkan mu, meski sendirian. Mama lebih bahagia bersama mu di banding dengan ayahmu.
Kembali dan tak akan bisa kutahan. Air mata ini kembali jatuh hingga membuatku sesak. Entah apa yang diinginkan takdir sehingga begitu menenggelamkan ku. Aku ini wanita yang sedang mengandung, tak ada kah sedikit rasa iba sehingga aku tak di campakkan seperti ini.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Pagi menjelang, aku duduk di kursi meja makan sambil menatap kosong kearah piring sarapan ku pagi ini. Sedari tadi aku hanya meneguk segelas susu tanpa menyentuh sarapan yang sudah di siapkan oleh mba sri.
"Ve, ayo dimakan, tadi malam lo ngak makan" lirih jeje
Perlahan mataku bergerak kearah jeje dan menatapnya sayu. Ia terlihat begitu mengkhawatirkan ku.
"Je! Nanti malam kita pergi ke resepsi nya!" Seruku tegas saat itu juga
"Uughh.... a-a-apa? Lo yakin ve?" Balas jeje kaget

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dan Benci
Ficțiune generală[COMPLETED] Kini hanya tinggal rasa penyesalan yang ada di benak Ve. Bagaimana tidak, entah kenapa ia bisa jatuh kedalam perlakuan yang sungguh ia hindari. Kesalahan terbesar membuatnya harus berani mempertahankan semuanya. Rinal sang kekasih pun m...