Aku tutup buku kenangan yang sempat terukir Indah di benakku. Kemudian aku buang begitu saja tanpa memikirkan perasaan ku. Sama sekali aku tak ingin kembali di kehidupan nya itu. Cukup pertama dan kedua kalinya aku merasakan penghianatan yang sangat kejam ini. Meski sedikit rasa perih di dadaku ketika semua tentang nya harus benar-benar aku lupakan
Duduk di atas sofa dengan kaki ku panggukan diatas sofa lainnya. Sambil ku elus pelan perut ku ini. Kenapa disaat seperti ini dengan mudah ia meninggalkanku. Memilih wanita lain dan menikahi nya. Aku merasa memang hidupku ini tak ada seseorang yang benar-benar tulus mencintaiku
Tanpa tersadar air mataku jatuh dengan sendirinya disaat semua benar-benar harus aku lupakan. Menatap kearah balkon yang pintunya kini terbuka lebar itu. Langit biru yang Indah dengan awan putih yang terlihat begitu lembut. Tetesan air mata ini tak akan bisa mengembalikan semua yang telah di renggut oleh orang-orang di luar sana
"Ve?" Panggil jeje saat itu juga
Aku hanya terdiam dan tak menggubris panggilan nya itu. mataku seakan tak bisa lepas dari langit yang sangat Indah diluar sana. Tanpa tersadar jeje langsung memelukku sangat erat. Ia elus punggungku pelan seraya memberikan ku ketenangan. Hingga akhirnya air mata ini kembali jatuh berderai dengan sejumlah kesakitan yang begitu teramat ini. Aku begitu terisak-isak sampai aku sedikit sulit bernafas
"Lo sama gue aja, jangan pikirkan yang lain" tukas jeje yang masih terus memelukku
"Je~" lirihku
Mungkin hanya jeje yang kini bisa mengerti dan memahami perasaan ku. Hanya dia yang selalu ada buatku disaat senang maupun sedih. Ia terus memperhatikan ku hingga benar-benar ia seperti sosok suami yang sangat aku idam-idamkan. Meski ia terus sibuk dengan pekerjaan nya, tapi ia tetap tak melupakan aku.
"Gue ke kantor ya, lo di rumah aja. Kalau ada apa-apa langsung kabari gue" serunya sambil menghapus air mataku
"Hm.." balas ku mengangguk
Ia kemudian berjalan meninggalkan ku. Senyum kesedihan ia torehkan padaku. Bagaimana ia benar-benar merasakan apa yang sedang aku rasakan.
Tak ada hari dimana semua terasa sama. Setelah malam dimana ia bertemu dengan ku, dan aku mengakhiri semuanya. Cincin yang dulu sempat melingkar di jari manisku kini hilang dan tak berbekas. Aku hanya mengelus jari manis ku ini
Disaat seperti ini tiba-tiba saja ponsel ku berdering. Aku langsung menoleh kearah ponsel ku yang terletak di atas meja hadapanku. Aku hanya menoleh kecil kemudian tak memperdulikan kan panggilan itu. Namun entah kenapa panggilan ini terus-menerus menggangguku. Hingga akhirnya aku langsung menganggat panggilan itu
"Halo..." sapa ku
"Halo.. ini veranda?" Tanya seseorang dari balik telfon ini dengan suara wanita
"Iya benar, ini siapa ya?"
"Oh aku Naomi"
Naomi? Dia? Bukankah dia adalah wanita yang baru saja di nikahi oleh Rinal. Kenapa secara tiba-tiba ia menghubungi ku. Sama sekali aku tak mengenal nya. aku merasa kaget dan tak percaya wanita ini tiba-tiba menelfon ku disaat seperti ini
"Ka-kamu istrinya rinal kan?"
"Hm iya, apa kita bisa bertemu? Aku ingin bicara sesuatu sama kamu"
"Bicara apa?"
"Sesuatu hal yang penting, yang harus kamu tau. Aku tunggu di cafe dekat fly over" jelas wanita ini
"Hm baiklah"
Aku mengiyakan ajakan nya itu untuk bertemu. Malah perasaan ku timbul menjadi penasaran. Sesuatu hal penting dan harus aku ketahui. Apa ini menyangkut dengan Rinal?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dan Benci
General Fiction[COMPLETED] Kini hanya tinggal rasa penyesalan yang ada di benak Ve. Bagaimana tidak, entah kenapa ia bisa jatuh kedalam perlakuan yang sungguh ia hindari. Kesalahan terbesar membuatnya harus berani mempertahankan semuanya. Rinal sang kekasih pun m...