"Hai ve?" Sapa nya hangat
Aku masuk dengan sedikit ragu. Seketika jeje mendekat kearah ku. Kemudian ia genggam pergelangan tangan ku dan ia tarik pelan hingga aku kini dekat di hadapan Rinal. Kini hanya sebuah meja yang membatasi aku dan Rinal. Jeje mempersilahkan ku duduk di sofa, begitu juga Rinal. Entah apa maksud jeje saat ini, aku hanya diam dan mengikuti arahan nya itu
"Hm gue keluar dulu ya, mau cek kerjaan karyawan" tukas jeje
"Loh je?"
"Ini saat nya lo minta maaf, dan lo jelasin semua nya" bisik jeje kemudian langsung meninggalkan ku berdua bersama Rinal di ruangan ini
Hening. Itulah yang terjadi di dalam ruangan ini. Akun hanya tertunduk sambil memainkan kuku jemariku. Tapi entah kenapa ia malah menatap ku sampai aku merasa tak enak jika di tatap seperti itu
"Kamu sudah minum vitamin?" Tanya nya kini membuka suara
"E-e-e udah kok"
"Kamu jangan capek-capek, kasian bayi yang kamu kandung" ucap nya
Bayi? Kenapa kamu ucapkan kata itu. Ini anak kamu nal, tolong jangan buat ku malah merasa sangat bersalah saat ini. Aku hanya ingin memperbaiki semuanya. Jika hati ku sangat menginginkan mu, tapi raga ku seakan menolak mu.
"Hm iya, makasih"
"Nal?" Lanjutku memberanikan diri untuk memulai
"Ya?"
"Maaf soal kemarin itu, aku tak bermaksud apa-apa, hanya saja..."
"Aku tau ve, seharusnya aku yang minta maaf. Aku yang salah, tak seharusnya aku memaksa mu untuk melakukan hal itu" balasnya seketika langsung memotong ucapan ku
"Kamu benar, itu hak mu untuk dekat dengan siapapun" lanjutnya lagi
"Nal~" lirihku
"Mulai saat ini, aku tidak akan melakukan hal bodoh. Aku akan berjuang untuk kembali dapatin hati kamu. Meski itu sulit"
Kini aku menatap nya dalam. Apa yang kini ada didalam pikiran nya. Sungguh ia kini terlihat berubah, jauh dari Rinal yang dulu. Kini ia lebih tegar dan sabar. Apa kamu benar-benar berubah untuk ku nal?
"Oiya ve" ucapnya kemudian tangan nya bermain di saku dalam jas nya itu
Ada sesuatu yang akan ia ambil dan akan ia tunjukan padaku. Aku hanya menatap nya bingung. Tak lama sebuah kertas kecil keluar dari saku dalam jas nya itu. Ukuran kertas yang tak begitu besar. Aku merasa heran, seperti aku pernah melihat kertas itu
"Ini hasil foto USG mu, aku tak sengaja melihat ini di lantai ruangan jeje disaat kamu pingsan"
Foto USG? ternyata foto itu kini ada di tangan Rinal. Aku kira foto itu tercecer entah dimana. Aku kaget merasa tak percaya bahwa foto itu yang menemukan nya adalah Rinal.
"Ka-ka-kamu?"
"Maaf aku lancang ve, aku tidak mengembalikan nya padamu. Karena cuma ini yang bisa membuat rasa rindu ku terbayarkan ke kamu dan anak kita"
Bagaikan aku kini berada di dalam sebuah drama kehidupan tingkat khayalan tinggi. Ucapan nya membuat perasaan ku terhenyuk hebat, aku terharu. Rasa nya ingin nangis dan mengatakan cukup jangan biarkan aku terus-terusan manahan perasaan ini.
"Aku belum bisa menggapai mu saat ini, aku juga belum bisa mendengar detak jantung anak kita. Izinkan aku untuk menyimpan foto ini"
Tak bisa ku tahan dan akhirnya air mata ini menetes. Aku menatap nya penuh tanda tanya. Apa benar ini kamu nal? Aku sama sekali tak melihat sosoknya yang hebat dan gentle. Kini ia terlihat rapuh seperti akan hancur jika suatu saat ada satu Palu yang akan menerjang nya
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dan Benci
General Fiction[COMPLETED] Kini hanya tinggal rasa penyesalan yang ada di benak Ve. Bagaimana tidak, entah kenapa ia bisa jatuh kedalam perlakuan yang sungguh ia hindari. Kesalahan terbesar membuatnya harus berani mempertahankan semuanya. Rinal sang kekasih pun m...