Perasaan ku berdebar disaat tangan nya kini mulai perlahan mendekat kearah perutku. Namun entah kenapa ia langsung menggambil tangan ku begitu saja dan langsung menekuk hingga melingkar di perut ku. Tangan nya berada diatas tangan ku, aku langsung menatap tangan nya yang melingkari tangan ku.
Sungguh jantung ku semakin berdegup lebih kencang. Kini ia seperti memelukku dari belakang. Disaat itu juga aku mendongkak kearah wajahnya dan ku dapati dagu nya itu. Mungkin ia menyadari akan hal itu seketika langsung menunduk melihat ku kemudian tersenyum. Apa yang membuat ku benar-benar semakin tak bisa melupakan nya. Wajahnya yang sangat dekat membuat semuanya menjadi sempurna
"Para suami harus memeluk erat istri sebagai pemberi kenyamanan" ucap coach ini
Tentu aku mendengar nya, namun tatapan ku tetap mendongkak kearah nya yang kini memperhatikan coach. Hingga musik pun mengalun, pelan hingga terasa tenang. Ia semakin erat memeluk ku saat ini, apa yang sedang ia rasakan. Aku pun tak bisa lagi menahan rasa nyaman ini hingga akhirnya aku tenggelam kan wajahku di balik leher nya. Memejamkan mata merasakan pelukan hangat nya.
Andai kita bersatu dalam sebuah ikatan, mungkin aku akan selalu merasakan hangat nya pelukan mu. Tetap dengan ku dan jangan pernah berpaling.
"Maaf~" lirihnya
"Maaf apa?" Balas ku dengan masih memejamkan mata
"Sebulan ini aku tak menemui atau tak mengabari mu karena urusan kantor menuntut ku untuk keluar kota"
"Iya tak masalah, kamu kembali saat ini sudah membuat ku senang"
Disaat aku mengucapkan hal itu seketika aku merasa aneh. Aku langsung membuka mata dan membelalak hebat. Apa yang telah aku ucapkan padanya? Seperti aku tak menyadari akan ucapan ku barusan itu.
Seketika aku langsung bangun dari kenyamanan itu dan langsung melihat kearah Rinal. Ia hanya diam menatap ku bingung, aku malah salah tingkah dan bingung. Entah apa respon nya setelah mendengar ucapan ku
"Ve?" Panggil nya dengan tatapan keheranan
"Ok, senam hari ini selesai~" ucap coach itu seketika memecahkan perhatian nya kearahku
Aku langsung menghela napas lega dan mencoba mengalihkan pembicaraan dengan mengajak nya kembali ke tempat duduk yang tadi ia duduki.
Sebelum meninggalkan kelas hari ini, aku menemui coach untuk menanyai sesuatu hal. Aku membiarkan rinal kembali begitu saja. Namun disaat aku tengah berbicara dengan coach ini, dari dalam terdengar suara seperti orang sedang marah-marah. Terdengar cukup keras hingga sampai kedalam sini
Aku mencoba mencerna suara itu dan akhirnya aku mengenali suara itu. Dengan cepat aku akhiri pembicaraan ku pada coach ini kemudian keluar. Entah apa yang terjadi pada dua pria ini lagi. Rinal dan Bastian kini terlihat adu mulut, seperti berdebatan yang terjadi sebelum nya
Aku langsung mendekat kearah mereka berdua dan mencoba menenangkan nya
"Apa yang kalian lakukan? Kalian ngak sadar ini tempat apa?" Ucapku sedikit berbisik dengan bercampur kekesalan
"Sebanyak apapun cara lo, gue ngak akan kalah!" Ucap bastian
Rinal hanya diam disaat bastian terus mengolok-olok dirinya. Namun terlihat rinal juga sudah mulai memuncak emosi nya ketika rahang nya itu terlihat mengeras. Entah bagaimana aku bisa melerai mereka berdua, perkataan ku pun tak ada satupun yang dengar. Hingga aku mulai merasa menyerah
"Lo itu pecundang!" Ucap bastian dihadapan Rinal
Disaat ucapan itu terlontar dari mulut bastian, seketika Rinal langsung mengerat kuat kerah baju bastian dan terlihat sangat marah. Tubuh bastian pun terhempas ke dinding ketika dorongan kuat Rinal tak bisa ia bendung. Napas Rinal pun terlihat tak beraturan, emosi nya pun terlihat menggebu-gebu. Entah apa yang akan di lakukan rinal pada bastian, ia hanya menatap kasar wajah bastian itu

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dan Benci
General Fiction[COMPLETED] Kini hanya tinggal rasa penyesalan yang ada di benak Ve. Bagaimana tidak, entah kenapa ia bisa jatuh kedalam perlakuan yang sungguh ia hindari. Kesalahan terbesar membuatnya harus berani mempertahankan semuanya. Rinal sang kekasih pun m...