Chapter 10

8.8K 374 8
                                    

RINAL POV

Keyakinan ku kini berada di ujung batas. Sudah saat nya aku memberanikan diri untuk mengatakan semua nya. Ve kini terlihat sudah mulai hangat dan sepertinya akan siap menerima ku. Kini tinggal meyakinkan kedua orang tua ku, mengatakan bahwa aku akan menikah bersama wanita yang ku Cintai

Kini posisi ku berada di depan jendela ruangan sambil menatap langit-langit yang berubah menjadi orange. Menikmati waktu sore seperti ini sambil menyeruput teh hangat. Ku lihat kearah jam tangan ini, yap! Jam 8 nanti aku akan datang menemui nya untuk bicara. Dan ia mengizinkan ku untuk datang ke rumah nya

Disaat menunggu waktu yang terus bergulir ini tiba-tiba saja sebuah dorongan pintu terhempas kuat ke dinding seketika membuat ku kaget

"Bastian? Lo kalau mau masuk ketuk pintu dulu"

Disaat itu juga bastian datang mendekat kearah ku dengan wajah kesal. Rahang nya terlihat mengeras. Aku menatap nya bingung. Tak lama langkah nya semakin dekat kearah ku dan...

Bug!

Satu kepalan tangan mendarat di perutku. Aku kaget dan langsung membungkuk sambil mengeram perut ku yang terasa sakit. Kenapa bastian tiba-tiba saja memukulku dengan kemarahan yang besar itu

"Apa maksud lo bas?"

"Berdiri lo! Lo pantes dapetin ini" ucap bastian kasar kemudian kembali kepalan tangan nya mendarat di pipi kanan ku

Aku terjatuh ke lantai dan melemas setelah pukulan kerasnya itu melukai sudut bibirku. Melihat darah yang ada di bibir emosi ku mulai memuncak dan langsung berdiri di hadapan bastian yang masih terlihat marah itu

"Apa maksud lo huh?"

"Lo laki-laki pecundang! Pe-cun-dang!" Ucap bastian

Kata yang begitu aku benci terlontar dari mulut sahabat ku sendiri. Dengan lidah tak bertulang nya itu ia dengan mudah mengucapkan nya. Mataku membelalak hebat dan membuat emosi ku semakin meluap. Tangan ku seketika mengkepal erat dan refleks langsung memukul wajah bastian dan membuat nya jatuh hingga sudut bibir bastian pun berdarah

"Ini pertama kali nya gue mukul lo dengan benar-benar emosi. Mau lo apa huh?" Tukas ku kasar kini napas ku menjadi tak beraturan

Disaat itu juga bastian kembali menyamai posisi nya dengan ku dan menatap ku tajam

"Kata itu pantas buat lo, karena lo udah sia-siain ve gitu aja!" Ucap bastian sambil menaikkan nada bicara nya

Seketika aku tertegun mendengar perkataan bastian yang begitu memojokkan ku. Apa maksud nya dan atas dasar apa ia melakukan hal ini

"Ma-ma-maksud lo?"

"Lo yang udah menghamili dia, dan lo ngak mau ngakuin kalau anak yang dia kandung adalah anak lo!"

"Da-da-dari mana lo tau?" Tanya ku gugup dan kaget disaat bastian telah tau semua nya

"lo ngak perlu tau dan Lo ngak bisa ngelak lagi dari gue. Sumpah nal, gue ngak nyangka lo serendah ini"

Kini apa yang bisa ku perbuat? Hanya ucapan kecewa yang terdengar dari mulut sahabat ku ini. Entah kenapa semua harus seperti ini, jalan ku seperti ada pada lingkaran kehidupan orang-orang terdekat ku.

"Gue Cinta sama ve, nal. Jadi jangan pernah paksa gue buat berhenti mencintai dia. Meski anak yang dia kandung adalah anak lo!"

Apakah ini awal dari hancur nya persahabatan ku dengan bastian? Ketika aku dan dirinya mencintai wanita yang sama. Aku terjerat dalam lingkaran kehidupan yang cukup sulit. Kini aku hanya menatap dirinya yang terlihat emosi nya itu masih menggebu-gebu, napas nya pun terlihat tak beraturan.

Cinta dan BenciTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang