Tanpa kusadari ia langsung begitu saja memelukku dari belakang. Mendadak mataku membulat hebat dan seketika jantung ku berdegup kencang. Pelukan hangat nya kembali menyelimuti ku, tanpa terasa aku melupakan sejenak kebencian yang ada untuknya
"Aku mengaku salah, aku merasa bukan pria yang pantas untukmu. Tapi setidaknya izinkan aku mengubah hal itu menjadi pantas" ucapnya pelan terdengar dekat di telingaku
Aku hanya bisa terdiam sambil menahan gumpalan air mata yang akan siap membasahi pipi ini. Entah bagaimana aku bisa menerima semuanya setelah berkali-kali ia melukaiku. Tak ingin rasanya menjadi wanita yang terus di sakiti dan di bodohi seperti ini.
Seketika aku langsung berbalik dan membuat pelukan itu terlepas. Akupun menatap matanya yang teduh itu. Hingga tanpa kusadari tanganku bergerak mengarah ke pipinya. Lembut ku elus hingga membuat nya tersenyum manis kearahku. Tak berapa lama aku tersadar apa yang aku lakukan, dengan cepat ku turunkan tangan ini dan menjadi salah tingkah
"Kamu masih mencintaiku kan?"
Kini aku di Serang rasa gugup saat pertanyaan itu mengarah kearah ku. Sama sekali aku tak bisa menjawab nya, sungguh aku merasa takut dan khawatir. Seketika saja aku langsung berjalan cepat keluar dari ruangan ini dengan perasaan yang masih berdebar
"Ve?" Panggilnya kemudian membuatku terhenti di ambang pintu
"Pulanglah, aku sedang banyak pekerjaan, dan Gracia ia harus istirahat" jelasku dingin
Langsung saja dan tanpa memikirkan apapun aku melanjutkan langkah ku meninggalkan nya. Aku masuk ke kamar dan langsung menutup rapat pintu. Dengan larian kecil akhirnya aku terduduk di pinggir ranjang kemudian mengeram bagian atas dadaku. Napas kini terasa sesak dan jantung berdetak kencang.
"Kenapa? Apa yang terjadi?" Tanyaku sendirian dengan napas yang terputus putus
"Ve?" Panggil jeje membuatku refleks menoleh kearah nya
Jeje masuk ke kamar sambil menggandeng gracia. Aku sambut ia dengan senyuman ku. Saat itu gracia berlari kearahku dan ku tangkap ia dengan pelukan erat. Ku kecup Puncak kepalanya dan ku elus pelan.
"Dia sudah pulang" ucap jeje
"Hm..." balasku mengangguk
"Ve, gue mau ngomong sesuatu sama lo"
"Ngomong apa?"
Aku langsung membiarkan gracia keluar kamar menuju ruang bermain nya. Jeje saat itu terus menatap ku dengan tatapan sayu. Seolah ingin mengungkapkan apa yang selama ini ia rasakan
"Jujur sama gue, lo masih Cinta kan sama Rinal?"
"Ma-ma-maksud kamu?"
"Percuma lo sembunyiin ini ve, dari tatapan bola mata lo ke dia, sama sekali ngak ada rasa benci"
"Ck aku benci sama dia je, kamu kan tau itu"
"Hanya ego lo yang membuat lo benci, tapi sebenarnya di dalam hati lo sama sekali tidak membenci Rinal" jelasnya tegas
Aku terdiam disaat ucapan nya itu terlontar. Kemudian aku berdiri dan berjalan keluar kamar. Tak ada gunanya bagiku untuk menjawab atas pernyataan itu. Perasaan ku samar-samar saat aku harus di paksa mengungkapkan semuanya. Ada saat dimana rasa benci itu muncul dan berubah menjadi Cinta.
°
°
°
°
°Hari pun berlalu begitu cepat. Aku melupakan sejenak kesulitan perasaan yang sempat terjadi tiga hari yang lalu. Selama itu pun aku memutuskan hubungan ku dengan Rinal. Sama sekali aku tak mengangkat telfon nya dan tidak menemui nya ketika ia berkunjung ke rumah.
![](https://img.wattpad.com/cover/64283328-288-k100933.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dan Benci
General Fiction[COMPLETED] Kini hanya tinggal rasa penyesalan yang ada di benak Ve. Bagaimana tidak, entah kenapa ia bisa jatuh kedalam perlakuan yang sungguh ia hindari. Kesalahan terbesar membuatnya harus berani mempertahankan semuanya. Rinal sang kekasih pun m...