[7]

5.2K 249 2
                                    

tujuh - its time

[Edited]

"Nyet, are you okay?" Karina mengelus punggung Zian, hanya ia yang terlihat gugup diantara teman-teman bandnya yang lain.

"Gak nih, gue gemeter gini masa. Mules juga, shit." Karina menahan tawa, kebanyakan orang ketika sedang gugup pasti akan merasakan tidak enak perut.

"Gue peluk ya? Boleh? Butuh sengatan positive nih."

Gadis berkacamata itu melongo, menelan air liurnya kasar. Semenjak Karina merasa ada yang berbeda dengan perasaannya saat bersama Zian, ia jadi tidak mau bersentuhan dengan lelaki itu, sebenarnya.

Tanpa menunggu jawaban dari Karina, Zian memeluk dari samping lalu menenggelamkan kepalanya di bahu kecil milik Karina. Sementara yang dipeluk hanya diam, bingung harus bertindak seperti apa namun setelahnya tangan Karina seperti bergerak sendiri membalas pelukan Zian dan menaruh telapak tangan di punggung sahabatnya lalu mengusap perlahan.

"Mau dong di peluk juga."

Karina dan Zian menoleh ke sumber suara, siapa lagi kalau bukan Adji. Manusia terkepo se-Dwitama Nusantara.

"Monyet ganggu aja lo." Zian melepas pelukan 15 detiknya, menoyor kepala Adji lalu Zian mengusap tengkuk terlihat seperti orang yang sedang salah tingkah.

"Kalian itu kalo jadian lucu deh. Nanti manggilnya Mimi Pipi atau gak Ayah Bunda gitu kayak gue sama doi," Adji lagi-lagi berkomentar, membuat Petra dan Dylan geleng-geleng kepala.

"Geli ih Adji," Karina bersuara sementara Zian hanya berdecak mengabaikan Adji.

Saat ini Zian sudah memakai kemeja flannelnya, membuat ia berkali lipat lebih tampan. Karina membantu Zian untuk merapikan kerah kemeja agar cowok dihadapannya itu semakin sempurna. Sebentar lagi Zian dan band akan tampil.

"Udah rapi. Good luck ya Nyet," ucap Karina menepuk-nepuk pundak Zian sambil berjinjit karena tinggi badan yang berbeda sementara Zian hanya tersenyum kaku, entahlah mungkin ia masih gugup.

Cowok dihadapan Karina itu terdiam beberapa saat lalu tiba-tiba menarik tubuh Karina kedalam pelukan, lagi. Mendekap tubuh Karina hangat. Tentu itu membuat Karina kaget. Kali ini Zian memang sengaja bermain dengan perasaan Karina, membuat jantungnya seakan mau copot.

"Gue gugup Rin. Sorry," Zian mengusap wajahnya, menahan napas dan membuangnya kasar. Saat ini mungkin detak jantung Zian sedang kejar-kejaran.

"Gak apa Zi, gue ngerti." Karina terlihat normal walaupun kenyataannya tidak.

Zian meninggalkan Karina dan pergi ke belakang panggung tentu bersama teman bandnya sementara Karina masih penasaran dengan lagu yang akan di bawakan band Zian kali ini.

"Disini siapa yang udah nungguin band sekolah kita yang kece a.k.a Dalam Diam?" teriak Lian, sang pembawa acara yang juga anggota Osis itu. Fyi, nama band Zian adalah Dalam Diam. Ck, namanya indie sekali bukan?

Semua siswa-siswi di lapangan berteriak apalagi fans-fansnya Zian, Petra dan Dylan. Ada yang mau tau kenapa Adji tidak di idolakan? Jawabannya adalah Adji terlalu bocor jadi cowok, sifatnya gak banget dan kadang omongannya mesum membuat ia tidak berkharisma. Padahal Adji itu gak jelek-jelek amat, hanya saja sifatnya yang terlalu annoying. Beruntung Adji masih diterima baik oleh Dylan, Petra dan Zian.

Karina bisa melihat jelas wajah tak karuan milik Zian. Ia berada di samping stage dan mengacungkan kedua jempol kearah Zian dan di balas dengan senyuman tipis.

Stronger [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang